Kepulan asap dan segelas nira yang temaniku dalam kotak ini..
Tak ada alasan untuk memanjakan malam, berdiam diri lebih nyaman..
Namun aroma durja tak jua bisa ku hindari..
Kendati demikian air mata langit beriku senyuman..
Ada riang diantara jatuhan air hujan..
Terlihat menyenangkan..
Mereka serupa penghuni surga dalam novel yang kubaca..
Namun ini surga firdaus, bukan taman langit dan mereka hanya anak bumi..
Mereka berhenti tertawa setelah teriakan lantang setengah memaki menyuruhnya untuk pulang..
Keriangan sesaat, ya temporary seperti keberadaan setiap insan di muka bumi..
Pulang.. Ya kata pulang adalah kata yang jarang kutemui lagi..
Apalagi terdengar dari mulut ibu yang bersuara merdu..
Ataupun dari ayah yang lantang dan gagah..
Ya.. Delusi di antara jejatuhan hujan..
Masa kecil yang indah..
Canda gurau diruang tengah..
Menangis manja meminta tidur ditemani..
Malam malam yang hangat.. Erat dan bersahabat..
Ya.. Masa kecil yang singkat namun kan selalu teringat..
Minggu, 07 Desember 2014
Kolektifitas Bukanlah Tentang Finansial Saja
Kolektif adalah kata yang sering kita ucap dan dengar dalam scene saat
beremuk untuk sekedar berbagi cerita ataupun memobilisasi waktu luang
agar tidak menjenuhkan. Dalam setiap gigs yang kita adakan kata kolektif
selalu kita sematkan untuk memberitahukan pada semua band yang ingin
terlibat dalam gigs diberikan kewajiban dan hal yang setara. Namun
sesungguhnya makna kolektif tidak tersampaikan dengan baik, ya ada
kesalah pahaman atau mungkin kebodohan dalam menanggapi. Kolektif yang
kita maksud dalam scene d.i.y bukanlah tentang uang semata tapi tentang
tanggung jawab dalam berlangsungnya gigs kolektif itu sendiri, bila
kolektif kita artikan dalam segi semua bayar sama rata bukankah terlalu
materialistis.? Dan kita sadar betul bahwa tidak semua hal bisa ditukar
dengan uang, juga dimana kebersamaan kita bila yang kita bicarakan
temtang kesetaraan mengarah pada uang. Tak ada kebersamaan dalam
kolektifitas yang demikian, yang ada hanya antrian groupis yang ingin
manggung tanpa mau bekerja dan hanya ingin instan.
Sialnya akhir - akhir ini kebanyakan gigs yang mengatasnamakan kolektifitas berlangsung dengan jerih payah beberapa tangan saja, sisa tangan yang lainnya sibuk mengepal rokok, minuman keras, mic, gitar dan stick drym saja. Memuakan memang bila kita sadar betul menyaksikan seorang kawan sibuk membenahi peralatan untuk show kawannya namun kawannya itu tak hendak membantu. Apa yang salah dengan insureksi yang tak sekali duakali disampaikan.? Realitanya berbagi dengan orang yang menolak revolusi diri sangatlah memuakan. Tapi insureksi tetaplah harus disampaikan, itulah mengapa saya katakan satir menjadi martil bila yang ditimpai tak juga ada perubahan.
Tak ada yang ingin disampaikan lagi selain kolektifitas bukanlah tentang uang, melainkan kesetaraan dalam kebersamaan. Long life comradz..
Sialnya akhir - akhir ini kebanyakan gigs yang mengatasnamakan kolektifitas berlangsung dengan jerih payah beberapa tangan saja, sisa tangan yang lainnya sibuk mengepal rokok, minuman keras, mic, gitar dan stick drym saja. Memuakan memang bila kita sadar betul menyaksikan seorang kawan sibuk membenahi peralatan untuk show kawannya namun kawannya itu tak hendak membantu. Apa yang salah dengan insureksi yang tak sekali duakali disampaikan.? Realitanya berbagi dengan orang yang menolak revolusi diri sangatlah memuakan. Tapi insureksi tetaplah harus disampaikan, itulah mengapa saya katakan satir menjadi martil bila yang ditimpai tak juga ada perubahan.
Tak ada yang ingin disampaikan lagi selain kolektifitas bukanlah tentang uang, melainkan kesetaraan dalam kebersamaan. Long life comradz..
Pemikiran "KOLOT" Hanya Mewariskan Kemonotonan
Pada malam - malam dimana saya masih terjaga dan enggan memejamkan
mata sering terlintas beberapa celotehan yang agak mencubit dada, dan
kebanyakan adalah perkataan yang menyudutkan saya pada eksistensi
nihilis. Serupa pembicaraan bersama kawan, orang sekampung ataupun
mereka yang baru saya kenal, tentu saja bukan karena saya selalu membuka
pembicaraan tentang bidang politik ataupun serupanya tapi mungkin
karena hal - hal yang menyangkut pemerintahan dan kenegaraan memang
sudah lumrah dan umu untuk dibicarakan. Perkataan yang selalu membayang
di sela waktu sebelum tidur adalah kata "apa sih gunanya demo, mau
teriak sampai pita suara putuspun tak mengubah apapun.?" atau "alah,
perlawanan apaan lah.. ga ada yang bisa melawan pemerintah, kita cukup
menikmati aja.. toh melawan juga ga bikin kaya.." juga "dasar anak muda
jaman sekarang, demo - demo eh malah ngerusak fasilitas umum.."
perkataan tersebut hanya beberapa celotehan, masih banyak lagi bila saya
sebutkan semua.
Pertama mungkin tentang aksi demo, ketahuilah
bahwa aksi demo bukanlah aksi yang mengubah suatu hal dengan instan
karena para aktivis bukanlah dewa ataupun Tuhan yang dapat merubah suatu
hal hanya dengan satu kalimat kala berkehendak. Sejatinya aksi demo itu
sendiri bukan sekedar aksi menuntut pembenahan, pembatalan ataupun
keadilan semata. Ada hal penting lainnya selain hal hal tersebut, yaitu
peringatan kepada pemerintah bahwa ada yang salah dengan sistem,
perundang - undangan ataupun keputusan yang mereka buat. Untuk apa
peringatan itu ? tentu saja agar kita sebagai rakyat mendapatkan
kelayakan sebagaimana hak kita sebagai rakyat yang memiliki kedaulatan
tertinggi di negara ini. Dan tentu saja pemerintahpun tak boleh
meutuskan suatu hal seenak jidad, pemerintah harus meulek juga
terhadap kondisi sosial, perekonomian rakyatnya karena gunanya
pemerintah bukanlah untuk memerintah dan membuat peraturan melainkan
menjaga kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan begitu akan
terciptalah kedamaian.
Kedua tentang perlawanan, kenapa harus
melawan.? melawan adalah insting membela diri, karena ada sebab
musababnya. Ketika seseorang berada dalam keadaan terdesak, terancam,
tertindas dan sebagainya, rasa untuk membela diri tentu saja akan muncul
dan kemudian dengan adanya dorongan keberanian munculah aksi balasan
atau melawan secara reflek. Nah, apa kita menagih hasil ataupun bentuk
timbal balik lainnya setelah melawan.? tidak ada, hanya ada aksi "saling melawan"
atau sebut saja pergesekan dalam perihal ini. Demikian pula dengan aksi
- aksi yang kami lakukan, kami melakukan perlawanan karena ada yang
tertindas, ada yang tak dapati keadilan, ada yang terancam dan
perlawanan sesungguhnya serupa panggilan jiwa, sebut saja saya sakit
jiwa jika kalian anggap demikian namun kenyataannya demikian. Kita
memang memerlukan perlawanan, mungkin kebanyakan orang memilih
perlawanan untuk ancaman yang datang pada dirinya sendiri, sebut saja
mengindividualismekan diri dalam perihal melawan. Namun sejujurnya saya
tidak bisa menahan diri untuk setiap penindasan - penindasan,
pelanggaran ham dsb, dan yang saya lakukan ya melawan. Entah itu
pejabat, kyai, ulama ataupun presiden sekalipun, bila mereka melakukan
penindasan kepada kaum yang lemah tentu harus dilawan dan yang lemah
haruslah dibela. Bukan karena saya merasa kuat, so patriotis atau tek -
tek beungek serupanya, melainkan karena saya adalah manusia. Bukankah
yang membedakan manusia dengan hewan adalah moralitas, perasaan, akal
dan jiwa. Coba bayangkan bila kita menemukan seseorang tengah ditindas
oleh seseorang lainnya, apa kita merasa seolah - olah tak terjadi apa -
apa didepan mata kita.? Tentunya ada perasaan sedih, kesal, marah dan
ingin menolong yang lemah. Apalagi bila yang menindasnya itu adalah
seseorang yang mabuk akan duniawi dan menindas seseorang yang polos dan
tak memiliki daya untuk melawan. Dan untuk melawan pemerintah, telaah
dulu apa sebenarnya yang kita lawan dalam perihal melawan pemerintahan.?
Sistem yang korup dan keputusan yang menyengsarakan rakyat tentunya.
Bentuk perlawanannya pun bukan berbentuk fisik, dengan merusak berbagai
fasilitas misalnya. Kita melawan dengan bersuara, vandal dan hal yang
tidak menjatuhkan korban jiwa lainnya tentunya. Bila vandal kalian sebut
merusak, sesungguhnya korporasi dan pemerintahanpun melakukan hal
merusak yang serupa. Kenapa.? lihatlah poster dan baligho dimusim
parpol, apakah itu bukan vandalisme.? mereka sama - sama memprovokasi.
Yang membedakan hanya misi dan penilaian saja.Ketiga tentang aksi yang
merusak fasilitas umum, tentang hal ini saya sendiri sangatlah tidak
menyukai aksi tersebut. Bila sekedar membakar ban dijalan, coret - coret
dinding mungkin itu masih dalam batas maklum karena tidak terlalu
merusak, dengan sedikit sentuhanpun akan kembali terlihat seperti
semula. Mungkin untuk hal ini harus ada penekan kepada mereka yang aksi,
entah siapapun itu haruslah ada seseorang yang memberikan pengarahan
kepada mereka. Karena apa yang hendak mereka sampaikan tidaklah akan
efektif bila cenderung merusak, khalayak lebih fokus menilai keburukan
ketimbang maksud baik yang hendak disampaikan. Perlu kesabaran ekstra
dan kesadaran akan moralitas juga nilai - nilai estetik dalam melakukan
aksi. Dan mungkin harus fleksibel juga, karena bila kita bertindak
gegabah mungkin khalayak hanya akan mencemooh ketimbang memikirkan apa
yang kita insureksikan. Itu karena setiap kepala memiliki kaca mata yang
tak sama, bukan hal yang mudah untuk menempatkan diri dalam sudut yang
mereka anggap benar. Kenapa.? karena pemikiran yang "kolot" masih sangat
kental dinagara kita ini. Dan tentu saja itupun siasat tirani untuk
mencetak khalayak menjadi sedemikian rupa dan tetap tunduk pada putusan -
putusan yang mereka buat.
Catatan ini hanya sudut pandang saya
pribadi, dan hanya apresiasi kemuakan disela - sela malam kesatiran
saya. Maaf bila ada perkataan yang mengandung belati penyayat hati.
Namun ini tetaplah kejujuran dari apa yang selalu mengganjal dikepala
saya.
Jumat, 08 Agustus 2014
"MIMPI CHATTING BARENG TUHAN" By Arogansi Kapitalis
BUZZ!!!
TUHAN : Kamu memanggilKu ?
AKU : MemanggilMu ? Tidak.. Ini siapa ya ?
TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.
AKU : Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN : Sedang sibuk apa ? Semut juga sibuk.
AKU : Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikit pun. Hidup jadi seperti diburu buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.
TUHAN : Benar sekali. Aktivitas memberimu kesibukan. Tapi Produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu, Produktifitas membebaskan waktu.
AKU : Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghindarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisa-lah yang membuatnya jadi rumit.
AKU : Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa Senang ?
TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
AKU : Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyak ketidakpastian.
TUHAN :Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.
AKU : Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.
TUHAN : Rasa sakit tidak bisa dihindari, tetapi penderitaan adalah sebuah pilihan.
AKU : Jika Penderitaan itu pilihan,mengapa orang baik selalu Menderita ?
TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat dimurnikan tanpa API. Orang baik tidak dapat melewati rintangan, tanpa menderita.Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik bukan sebaliknya.
AKU : Kadang - kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan ?
TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain. Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain bekejaran dengan waktu.
AKU : Di dalam saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi ?
TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh kamu berjalan, daripada masih berapa jauh kamu harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau syukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.
AKU : Apa yang menarik dari manusia ?
TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya “Mengapa harus aku ?”. Jika mereka bahagia, tidak ada yang pernah bertanya “Mengapa harus aku ?”.
AKU : Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya disini ?
TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya di sini. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.
AKU : Bagaimana saya bisa mendapat yang terbaik dalam hidup ini ?
TUHAN : Hadapilah masa lalu-mu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.
AKU : Pertanyaan terakhir. Seringkali saya merasa doa-doaku tidak dijawab.
TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab. Seringkali jawabannya adalah TIDAK.
AKU : Terima Kasih Tuhan atas chatting yang indah ini.
TUHAN has signed out.
TUHAN : Kamu memanggilKu ?
AKU : MemanggilMu ? Tidak.. Ini siapa ya ?
TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.
AKU : Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN : Sedang sibuk apa ? Semut juga sibuk.
AKU : Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikit pun. Hidup jadi seperti diburu buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.
TUHAN : Benar sekali. Aktivitas memberimu kesibukan. Tapi Produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu, Produktifitas membebaskan waktu.
AKU : Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghindarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisa-lah yang membuatnya jadi rumit.
AKU : Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa Senang ?
TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
AKU : Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyak ketidakpastian.
TUHAN :Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.
AKU : Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.
TUHAN : Rasa sakit tidak bisa dihindari, tetapi penderitaan adalah sebuah pilihan.
AKU : Jika Penderitaan itu pilihan,mengapa orang baik selalu Menderita ?
TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat dimurnikan tanpa API. Orang baik tidak dapat melewati rintangan, tanpa menderita.Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik bukan sebaliknya.
AKU : Kadang - kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan ?
TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain. Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain bekejaran dengan waktu.
AKU : Di dalam saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi ?
TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh kamu berjalan, daripada masih berapa jauh kamu harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau syukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.
AKU : Apa yang menarik dari manusia ?
TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya “Mengapa harus aku ?”. Jika mereka bahagia, tidak ada yang pernah bertanya “Mengapa harus aku ?”.
AKU : Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya disini ?
TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya di sini. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.
AKU : Bagaimana saya bisa mendapat yang terbaik dalam hidup ini ?
TUHAN : Hadapilah masa lalu-mu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.
AKU : Pertanyaan terakhir. Seringkali saya merasa doa-doaku tidak dijawab.
TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab. Seringkali jawabannya adalah TIDAK.
AKU : Terima Kasih Tuhan atas chatting yang indah ini.
TUHAN has signed out.
Sejarah dan latar belakang konflik Israel-Palestina dari 2000SM- sampai sekarang.
Sejarah dan latar belakang konflik Israel-Palestina bisa
ditarik mundur sejak tahun 2000 SM. Namun dalam sejarah kontemporer,
konflik Palestina-Israel dimulai pada tahun 1967 ketika Israel menyerang
Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza
(Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem
(Yordania).
Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah
lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan
hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka
pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik
ini.
Sebelum memulai tulisan yang pernah dimuat di omkicau.com ini, Si
Momot perlihatkan dulu sebuah momen beberapa tahun lalu sebagaimana
terlihat dalam foto-foto di bawah ini. Ini adalah foto-foto yang dimuat
di blog kawan Om Dion (sayang blognya sudah tidak aktif lagi), yang
ditaut ke blog omkicau.com.
Di halaman itu, Dion mengatakan:
“Foto-foto ini merupakan foto yang tidak
akan pernah saya lupakan untuk seumur hidup. Foto yang diambil oleh
wartawan Getty Images ini adalah foto seorang anak yang ditinggal mati
oleh ibunya. Dan kematian ibu ini harus berakhir di pelukan anaknya
sendiri. Satu hal yang menurut saya menunjukkan sisi kejam dan humanis
dari perang.
Tidak ada yang paling mengharukan dan menyedihkan ketika melihat
orang yang kita cintai meninggal di pelukan kita. Tuhan, hentikanlah
perang ini demi anak-anak dan ibu di dunia.”
Dengan judul “Detik-detik Mengharukan” inilah foto-foto tersebut:
PERANG, SUNGGUH BIADAB!!!!!
Sekilas tentang konflik Palestina:
Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada
tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil
merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi
Barat dan Yerussalem (Yordania).. Sampai sekarang perdamaian sepertinya
jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa
depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di
Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus
upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab
terjadinya konflik ini.
2000 SM – 1500 SM
2000 SM – 1500 SM
Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s.
(bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s.
yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil,
Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang.
Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh
saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya
ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika
masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf
bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.)
membesar.
1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.
1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja
di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s.
disebut Yahudi – menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang paling
banyak keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa
memandang warga negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang
Yahudi.
1000 SM – 922 SM
Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800 SM
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.
800 SM – 600 SM
Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani
Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap
datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak
diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka
dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500 SM
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM
Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
1 – 100 M
Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi.
100 – 300
Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600
Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke
semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah),
kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika
terjadi perang antara Romawi dengan Persia.
621
Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
622
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.
1076
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
1453
Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
1492
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).
1500 – 1700
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.
1529
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka
jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan
bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang
dan bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.
1831
Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.
1835
Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
1916
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
1938
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei.
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.
1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.
1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah
penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6
hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara
adil masalah pengungsi Palestina.
1969
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
1977
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.
1980
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
1987
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud
Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina
beranggotakan 500 orang.
1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai
perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti
Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan
Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
1996
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang
ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill
Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk
“mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab
tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan
jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan
Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga
hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan
pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan
sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 – 2008
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”
Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di
Israel, Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri
Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit –
berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk
menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai
hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian
yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa
sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia
mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka.
Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas,
menolak mengakui Negara Israel, maka Israel “akan menentukan nasibnya di
tangannya sendiri” dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa
depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik
partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru
terpilih.
Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke
Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua
belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup
tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga
pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat
pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup.
Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin
Netanyahu berutur-turut adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih
berkuasa di Israel dalam penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud
Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad
Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah
Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya.
Intifada al-Aqsa versi wikipedia.org
- Maret 2000, Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan. Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah gelombang kedua pun dimulai.
- KTT Camp David 2000 antara Palestina dan Israel
- Maret-April 2002 Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina.
- Juli 2004 Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya.
- 9 Januari 2005 Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina. Ia menggantikan Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004
- Peta menuju perdamaian
- Juni 2005 Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di Yerusalem. Abbas mengulur jadwal pemilu karena khawatir Hamas akan menang.
- Agustus 2005 Israel hengkang dari permukiman Gaza dan empat wilayah permukiman di Tepi Barat.
- Januari 2006 Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.
- Januari-Juli 2008 Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas. Dunia menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk.
- November 2008 Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.
- Serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas. Korban dari warga sipil berjatuhan.
- Mei 2010 Israel mem-blokede seluruh jalur bantuan menuju palestina
- 30 Mei 2010 Tentara Israel Menembaki kapal bantuan Mavi Marmara yang membawa ratusan Relawan dan belasan ton bantuan untuk palestina
Tarik ulur usaha perdamaian mutakhir
Sejak Persetujuan Oslo,
Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara resmi telah
bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah
utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah:
- Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan.
- Keamanan Israel.
- Keamanan Palestina.
- Hakikat masa depan negara Palestina.
- Nasib para pengungsi Palestina.
- Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu.
- Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat.
Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948.
Masalah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai
akibat dari Perang Enam Haripada 1967.
Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan
berbagai tingkat intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan
prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya. Pada kedua belah pihak,
pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-kelompok yang berbeda
pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang penganjuran atau penggunaan
taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif, dll. Ada pula
orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu
atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul
taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh,
ada pula orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari
tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan “kedua belah”
pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling
berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang
sama dapat digunakan tentang berbagai partai politik Israel, meskipun
misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel.
Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas
mengenai sifat konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti,
mereka yang menganjurkan perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya
membenarkannya sebagai perlawanan yang sah terhadap pendudukan
militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina, yang didukung
oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang cenderung
memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat dan
Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam
PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan
serangan-serangan, yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di
wilayah Israel itu sendiri.
Demikian pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer Israel dan
langkah-langkah Israel lainnya dalam menghadapi bangsa Palestina
cenderung memandang tindakan-tindakan ini sebagai pembelaan diri yang
sah oleh bangsa Israsel dalam melawan kampanye terorisme yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas, Jihad Islami, Al
Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh negara-negara lain di wilayah
itu dan oleh kebanyakan bangsa Palestina, sekurang-kurangnya oleh warga
Palestina yang bukan merupakan warga negara Israel. Banyak yang
cenderung percaya bahwa Israel perlu menguasai sebagian atau seluruh
wilayah ini demi keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang sangat
berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing
pihak di dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi
pemecahannya.
Sebuah usul perdamaian yang muncul adalah peta menuju perdamaian yang
diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika
Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu
namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan
sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh
Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS,
Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil
dan militer… yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di
sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal
kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol
eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan
militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat
bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza
adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa,
apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa
Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok [artinya, Penghalang
Tepi Barat Israel] dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti
adanya sekarang ini”
Dengan rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel menyatakan
bahwa rencananya adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk membangun
sebuah tanah air dengan campur tangan Israel yang minimal, sementara
menarik Israel dari situasi yang diyakininya terlalu mahal dan secara
strategis tidak layak dipertahankan dalam jangka panjang. Banyak orang
Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai Likud — hingga beberapa
minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon — kuatir bahwa
kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan
meningkatnya kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar
Gaza. Secara khusus muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok
militan Palestina seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat
Pembebasan Palestina akan muncul dari kevakuman kekuasaan apabila Israel
memisahkan diri dari Gaza.
http://simomot.com/2014/07/14/sejarah-dan-latar-belakang-konflik-israel-palestina-dari-2000sm-sampai-sekarang/
CINTA ADALAH BENIH KEINDAHAN DAN DUKA LARA
Cinta adalah sebuah perasaan kuat yang mampu merubah kepribadian seseorang menuju pribadi yang lebih baik atau malah sebaliknya. pengaruh perasaan cinta sangatlah berpengaruh pada sifat maupun sikap seseorang, sangatlah terlihat jelas ketika seseorang jatuh hati ataupun patah hati. Terutama dalam hal jatuh hati pada lawan jenis ataupun patah hati karenanya.
Tentu saja setiap orang perlu memiliki kepekaan pada perasaan namun jangan pula terlalu terbawa perasaan dan mengabaikan logika. karena terkadang terlalu terbawa perasaan akan membuatmu bertindak bodoh dan tak berppikir luas karena mungkin jiwamu terbelenggu nafsu dan hasrat yang menggebu.
Tak sedikit pujangga yang menganggap cinta adalah segalanya, terkadang moralitas dan logika tak lagi penting tatkala cinta membutakan mata hatinya. Tak sedikit pula orang yang memuja cinta melebihi kecintaannya pada Tuhannya atau dirinya sendiri. Pada saat itu pulalah cinta adalah berhala yang nyata baginya.
"Cinta dan nafsu adalah dua hal yang berbeda tipis, kerena keduanya adalah hasrat menggebu yang membelenggu."
"Cinta mungkin memang bagian dari revolusi namun tetap jaga dirimu untuk tetap waras dalam menjalani percintaanmu."
Kamis, 24 Juli 2014
Satir Menjadi Martir
Terlalu letih untuk membusungkan dada diantara para khalayak yang sedikitpun tak mau mendengar apa yang ku ucapkan dan itu karena hanya pembungkus tubuh yang mereka anggap tak normal dan menyimpang.
Anggap saja aku gila karena apa yang kubela tak sama balasannya dengan apa yang kuterima dan aku hanya tersenyum juga melampiaskannya pada rima yang mereka nilai paradoks. Entahlah apa yang ada dalam isi kepala mereka, sehingga mereka berak dimuka.
Memang tidak semua yang kulakukan dapat orang lain mengerti namun dengan sungguh aku tak bermaksud merusak kenyaman mereka dalam melihat dunia. Duniaku mungkin duniamu juga tapi cara menjalani hidupku tak sama denganmu meski dalam kosmik dunia yang sama. Serupa menggali hamparan pasir dengan sendok, lama dan melelahkan untuk mendalami apa yang kugali. Politik, keadilan, kebebasan dan kedamaian bukanlah hal yang mudah untuk dipelajari, namun mau tak mau aku telah terjun kedalamnya. Percayalah, kebaikan tidak selalu berbalas kebaikan dan terkadang keburukan membuatmu candu.
Pemberontakan demi pemberontakan, insureksi, vandal dan hal hal radikal lainnya kulakukan dengan tujuan kebaikan untuk kaum marjinal agar terlepas dari penindasan kaum borjuis dan penikmat gaya hidup hedon. Tak sedikit aksi aksiku dianggap pemborosan waktu dan hal yang tak berguna, terkadang hal itu membuatku muak untuk bersosialisasi dengan yang lainnya namun hidup tidaklah begitu. Realita lebih sulit dari apa yang dibicarakan.
"Tetap semangat kamerad, jangan risau oleh riuhnya lalat beracun yang mencemoohmu.."
Melawan Kultur : Band
Tidak perlu ada sesuatu yang dilawan jika kita berbicara masalah hak. Semisal anda menyukai ikan goreng sedangkan saya menyukai ikan bakar dan di sana terjadi argument besar-besar yang berujung pada debat kusir tentang ikan mana yang paling lezat, ikan goreng atau ikan bakar? Mungkin analogi tersebut dapat membantu anda dalam membaca kolom ini.
Mungkin tulisan ini bisa menjadi tandingan kultur dari tulisan-tulisan semantic noises (Baca : Alay) atau tulisan-tulisan orang lain yang bertopik singkat, padat, dan tidak jelas. Dan saya atau mungkin kita/kami mencoba untuk melawan kultur-kultur yang sudah mendarah daging di masyarakat terutama di kalangan anak muda.
Sebenarnya ini no offense ya. Jika kalian mempunyai band, pertama apa tujuan utama kalian dalam mendirikan komplotan pemain musik tersebut? Bisa berupa eksistensial di kalangan remaja, ingin menuju major label, atau iseng-iseng saja. Sekedar saran bagi kalian yang menanamkan ini dalam berbagai kegiatan band kalian atau kehidupan individu kalian.
Pertama, apa yang dimiliki oleh band kalian dalam lirik lagu nya? Jangan katakan kepada saya kalian hanya sembarangan dalam menulis lagu tersebut. Setiap lirik lagu jelaslah memiliki issue-issue tersendiri yang ingin disuarakan. Entah itu issue tentang putus cinta, perjuangan, dll. Ini merupakan bagian paling vital dalam band (menurut saya). Karena meski kalian punya band dan jam tayang yang luas, tapi itu semua percuma jika kalian tidak fokus pada issue yang kalian bawa.
Kedua, masih pada lirik lagu. Buatlah lirik yang sedikit berbau propaganda tentang issue kalian. Musik adalah sarana komunikasi yang paling komunikatif antara komunikator dengan receiver. Penyampaian issue melalui lirik yang tajam adalah hal paling edan dalam sebuah band. Bisa kita bandingkan antara Efek Rumah Kaca dengan Gigi, atau Homicide dengan Saykoji. Jauh sekali bukan? Buatlah lirik seperti itu dan jangan terlalu peduli pada pasar musik. Band bukanlah perusahaan atau organisasi, band adalah sebuah kolektif yang kalian coba bangun dengan penyampaian pesan (issue) melalui musik. Terlihat jelas oleh kita para penikmat musik mainstream hanya akan duduk di depan televisi mereka sambil menikmati acara-acara musik yang kekinian. Tetapi di sisi lain, para penikmat musik non mainstream mencoba membuang televisi mereka, mereka mencari informasi di internet, zine, newsletter, atau dari komunitas-komunitas bawah tanah tentang acara-acara musik yang cukup berbobot bagi telinga serta sistem kerja otak kiri. Kegiatan mereka adalah mentertawakan segala hal yang ada di televisi, baik itu sinetron, film, berita, dll.
Dan terakhir adalah attitude. Sikap atau tindakan nyata dari kalian sebagai musisi dalam menghadapi kondisi di lapangan dengan pedoman issue yang kalian bawa. Contohnya, jika kalian membuat lagu yang mengkritisi FPI. Kalian berkoar-koar tentang “bubarkan FPI, bubarkan FPI”. Itu bukanlah tindakan pintar, tapi itu jelas tindakan bodoh dan tolol. Percuma kalian mengumpati mereka untuk bubar karena pada dasarnya setiap orang itu mempunyai hak dan kebebasan untuk mendirikan sebuah organisasi. Lantas apa yang harus dia lakukan? Turun ke lapangan dan buatlah organisasi tandingan yang melawan FPI. Itu jauh lebih baik dari pada kalian hanya berkoar-koar di berbagai media.
Mungkin, itu saja tiga aspek utama bagi kalian para anak band yang sebelum membaca ini kalian merasa keren atau apa lah sebut saja itu sesuka hati kalian. Dari segi kualitas, saya sangat membeci band-band yang bertolak belakangan dengan tiga aspek yang saya kemukakan tersebut. Tapi jika ditinjau dari segi hak, saya tidak bisa berbuat apa-apa, hehehe. Oke, pada edisi selanjutnya kita akan membahas tentang Melawan Kultur : Anak Muda Kekinian.
Salam!
http://causaprima.wordpress.com/2011/03/29/melawan-kultur-band/
Selasa, 25 Februari 2014
Syekh Siti Jenar
Menurut
R.Ng. Ranggawarsita (1802-1873)
Pokok keilmuan Syekh Siti Jenar disebut sebagai “Ngelmu
Ma’rifat Kasampurnaning Ngurip” (ilmu ma’rifat kesempurnaan hidup [the science
of ma’rifat to attain perfection of life]). Ranggawarsita menyebutkan basis
ilmiah ajaran tersebut adalah renungan
filsafat
yg bentuk aplikasinya adalah metafisika dan etika.
Ajaran metafisika meliputi ontologi,
kosmogoni dan antropologi. Ontologi berbicara tentang Ada dan tidak ada. Dalam
hal ini, Syekh Siti Jenar merumuskan tentang the Reality of the Absolute being
(hakikat
Dzat Yang Maha Suci) yg memiliki sifat, nama dan perbuatan “Kami”. Dari “Kami”
inilah kemudian muncul “ada” dan “keadaan” lain, yg sifat hakikinya adalah
“Tunggal”.
Manusia yg dalam hidupnya di alam
kematian dunia
ini disebut sebagai khalifatullah (wakil Allah=pecahan ketunggalan Allah), dan
kemudian ia harus berwadah dalam bentuk jisim (jasmani) ia harus menyandang
gelar “kawula”, sebab jasad harus melakukan aktivitas untuk memelihara jasadnya
dari kerusakan dan untuk menunda kematian yg disebut :”ngibadah” kepada yg
menyediakan raga (Gusti). Maka kawula hanya memiliki satu tempat kembali, yakni
Allah, sebagai asalnya. Maka manusia tidak boleh terjebak dalam wadah yg hanya
berfungsi sementara sebagai “wadah” Roh Ilahi. Justru Roh Ilahi inilah yg harus
dijaga guna menuju ketunggalan kembali (Manunggaling Kawula Gusti).
Ajaran ini banyak ditentang karena
Tuhan dan manusia adalah hal yang berbeda. Tuhan yang mencipta sedangkan
manusia yang diciptakan. Jadi antara yang menciptakan dan yang diciptakan tidak
bisa bersatu.
Kalo logikanya orang awam : manusia menciptakan mobil ya brarti mobil dan manusia memang berbeda. Manusia mengambil bahan baku untuk membuat mobil diluar dirinya. nah kalau Tuhan menciptakan manusia. Apakah ia juga mengambil bahan baku diluar diri-Nya?
Kalo logikanya orang awam : manusia menciptakan mobil ya brarti mobil dan manusia memang berbeda. Manusia mengambil bahan baku untuk membuat mobil diluar dirinya. nah kalau Tuhan menciptakan manusia. Apakah ia juga mengambil bahan baku diluar diri-Nya?
Ada beberapa martir sufi yang
mengakui ajaran ini misalnya syeh siti jenar dgn slogannya “Tiada Tuhan
Melainkan Aku”. Atau Al Hallaj yang mengatakan “Ana Al Haqq”. Bahkan ada hadist
nabi yang menceritakan bahwa nabi Muhammad sendiri pernah mengatakan “Ana Ahmad
bi la mim” (Ahad) artinya ya Nabi seakan-akan bilang dirinya Tuhan. istilah2
tersebut jelas menandakan bahwa Tuhan ada di dalam diri mereka. Bahkan di Quran
pun dikatakan bahwa Allah itu lebih dekat daripada urat leher kita.
Bagi mereka yang mampu melakukan zikir
hingga mencapai tahan “fana” maka biasanya ia akan mengalami “mahzub”. Namun
mahzub tidak mesti dalam keadaan fana. Mahzub bisa terjadi dalam keadaan sadar.
Manusia yang mengalami mahzub biasanya akan mengatakan “Subhani” (Maha Suci
Aku) dan istilah2 lain yang “meniadakan” dirinya sendiri sehingga memunculkan
Tuhan dalam dirinya.
Ajaran
MKG mengajarkan bahwa ada 3 unsur yang menyatu yaitu :
1.Sukma Kawekas (Nur Illahi)
2. Sukma Sejati (Nur Muhammad)
3. Nur Insan
2. Sukma Sejati (Nur Muhammad)
3. Nur Insan
Sasahidan
Syekh Siti Jenar…
“Insun anakseni ing Datingsun dhewe,
satuhune ora ana Pangeran amung Ingsun, lan nakseni Ingsun satuhune Muhammad
iku utusan Ingsun, iya sajatine kang aran Allah iku badan Ingsun, Rasul iku
rahsaning-Sun, Muhammad iku cahyaning-Sun, iya Ingsun kang eling tan kena ing
lali, iya Ingsun kan langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya
Ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya Ingsun kang amurba
amisesa, kang kawasa wicaksana ora kukurangan ing pangerti, byar.. sampurna
padhang terawang-an, ora karasa apa-apa, ora ana keton apa-apa, mung Insun kang
nglimputi ing ngalam kabeh, kalawan kodrating-Sun.”
Artinya :
“Aku angkat saksi di hadapan Dzat-Ku
sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku, dan Aku angkat saksi
sesungguhnya Muhammad itu utusan-Ku, sesungguhnya yg disebut Allah Ingsun diri
sendiri (badan-Ku), Rasul itu Rahsa-Ku, Muhammad itu cahaya-Ku, Akulah Dzat yg
hidup tidak akan terkena mati, Akulah Dzat yang selalu ingat tidak pernah lupa,
Akulah Dzat yg kekal tidak ada perubahan dalam segala keadaan, (bagi-Ku) tidak
ada yg samar sesuatupun, Akulah Dzat yang Maha Menguasai, yang Kuasa dan
Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang benerang, tidak
terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanya Aku yg meliputi sekalian alam
dengan kodrat-Ku.”
Ajaran-
ajaran Syekh Siti Jenar yang bisa dilacak dalam berbagai karya klasik atau buku
lama…yaitu..
- Serat Dewaroetji, Tan Khoen Swie, Kediri, 1928.
- Serat Gatolotjo, Tan Khoen Swie, Kediri, 1931.
- Serat Kebo Kenanga, Tan Khoen Swie, Kediri, 1921.
- Serat Soeloek Walisongo, Tan Khoen Swie, Kediri, 1931.
- Serat Tjebolek, terbitan van Dorp, Semarang, 1886.
- Serat Tjentini, terbitan Bat. Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 4 Jl, Batavia, 1912-1915.
- Kitab Wedha Mantra, bunga rampai ajaran para wali yang dihimpun oleh Sang Indrajit, diterbitkan oleh Sadu Budi Solo. PAda tahun 1979 sudah mengalami cetak ulang yg ke-12.
- Suluk Walisanga, karya R. Tanojo yg di dalamnya memuat dialog-dialog antara Syekh Siti Jenar dengan Anggota Dewan Walisanga, gubahan dari karya Sunan Giri II.
- Wejangan Walisanga, dihimpun oleh Wiryapanitra, diterbitkan oleh TB. Sadu Budi Solo, sekitar tahun 1969.
Mengenal
Nama Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar (829-923
H/1348-1439 C/1426-1517 M), memiliki banyak nama : San Ali (nama kecil
pemberian orangtua angkatnya, bukan Hasan Ali Anshar seperti banyak ditulis
orang); Syekh ‘Abdul Jalil (nama yg diperoleh di Malaka, setelah menjadi ulama
penyebar Islam
di sana); Syekh Jabaranta (nama yg dikenal di Palembang, Sumatera dan daratan
Malaka); Prabu Satmata (Gusti yg nampak oleh mata; nama yg muncul dari keadaan
kasyf atau mabuk spiritual; juga nama yg diperkenalkan kepada murid dan
pengikutnya); Syekh Lemah Abang atau Lemah Bang (gelar yg diberikan masyarakat
Lemah Abang, suatu komunitas dan kampung model yg dipelopori Syekh Siti Jenar;
melawan hegemoni kerajaan. Wajar jika orang Cirebon tidak mengenal nama Syekh
Siti Jenar, sebab di Cirebon nama yg populer adalah Syekh Lemah Abang); Syekh
Siti Jenar (nama filosofis yg mengambarkan ajarannya tentang sangkan-paran,
bahwa manusia secara biologis hanya diciptakan dari sekedar tanah merah dan
selebihnya adalah roh Allah; juga nama yg dilekatkan oleh Sunan Bonang ketika
memperkenalkannya kepada Dewan Wali, pada kehadirannya di Jawa Tengah/Demak;
juga nama Babad Cirebon); Syekh Nurjati atau Pangran Panjunan atau Sunan
Sasmita (nama dalam Babad Cirebon, S.Z. Hadisutjipto); Syekh Siti Bang, serta
Syekh Siti Brit; Syekh Siti Luhung (nama-nama yg diberikan masyarakat Jawa
Tengahan); Sunan Kajenar (dalam sastra Islam-Jawa versi Surakarta baru, era
R.Ng. Ranggawarsita [1802-1873]); Syekh Wali Lanang Sejati; Syekh Jati Mulya;
dan Syekh Sunyata Jatimurti Susuhunan ing Lemah Abang.
Siti Jenar lebih menunjukkan sebagai
simbolisme ajaran utama Syekh Siti Jenar yakni ilmu kasampurnan, ilmu
sangkan-paran ing dumadi, asal muasal kejadian manusia, secara biologis
diciptakan dari tanah merah saja yg berfungsi sebagai wadah (tempat)
persemayaman roh selama di dunia ini. Sehingga jasad manusia tidak kekal akan
membusuk kembali ketanah. Selebihnya adalah roh Allah, yg setelah kemusnaan
raganya akan menyatu kembali dengan keabadian. Ia di sebut manungsa sebagai
bentuk “manunggaling rasa” (menyatu rasa ke dalam Tuhan).
Dan karena surga serta neraka itu
adalah untuk derajad fisik maka keberadaan surga dan neraka adalah di dunia
ini, sesuai pernyataan populer bahwa dunia adalah penjara bagi orang mukmin.
Menurut Syekh Siti Jenar, dunia adalah neraka bagi orang yg menyatu-padu dgn
Tuhan. Setelah meninggal ia terbebas dari belenggu wadag-nya dan bebas bersatu
dgn Tuhan. Di dunia manunggalnya hamba dgn Tuhan sering terhalang oleh badan
biologis yg disertai nafsu-nafsunya. Itulah inti makna nama Syekh Siti Jenar.
Asal
Usul Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun
829 H/1348 C/1426 M (Serat She Siti Jenar Ki Sasrawijaya; Atja, Purwaka
Tjaruban Nagari (Sedjarah Muladjadi Keradjan Tjirebon), Ikatan Karyawan Museum,
Jakarta, 1972; P.S. Sulendraningrat, Purwaka Tjaruban Nagari, Bhatara, Jakarta,
1972; H. Boedenani, Sejarah Sriwijaya, Terate, Bandung, 1976; Agus Sunyoto,
Suluk Abdul Jalil Perjalanan Rohani Syaikh Syekh Siti Jenar dan Sang Pembaharu,
LkiS, yogyakarta, 2003-2004; Sartono Kartodirjo dkk, [i]Sejarah Nasional
Indonesia, Depdikbud, Jakarta, 1976; Babad Banten; Olthof, W.L., Babad Tanah
Djawi. In Proza Javaansche Geschiedenis, ‘s-Gravenhage, M.Nijhoff, 1941;
raffles, Th.S., The History of Java, 2 vol, 1817), dilingkungan Pakuwuan
Caruban, pusat kota Caruban larang waktu itu, yg sekarang lebih dikenal sebagai
Astana japura, sebelah tenggara Cirebon. Suatu lingkungan yg multi-etnis,
multi-bahasa dan sebagai titik temu kebudayaan serta peradaban berbagai suku.
Selama ini, silsilah Syekh Siti
Jenar masih sangat kabur. Kekurangjelasan asal-usul ini juga sama dgn kegelapan
tahun kehidupan
Syekh Siti Jenar sebagai manusia sejarah.
Pengaburan tentang silsilah,
keluarga dan ajaran Beliau yg dilakukan oleh penguasa muslim pada abad ke-16
hingga akhir abad ke-17. Penguasa merasa perlu untuk “mengubur” segala yg
berbau Syekh Siti Jenar akibat popularitasnya di masyarakat yg mengalahkan
dewan ulama serta ajaran resmi yg diakui Kerajaan Islam waktu itu. Hal ini
kemudian menjadi latar belakang munculnya kisah bahwa Syekh Siti Jenar berasal
dari cacing.
Dalam sebuah naskah klasik, cerita
yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas,
“Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia berdarah kecil saja (rakyat jelata), bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….
“Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia berdarah kecil saja (rakyat jelata), bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….
Jadi Syekh Siti Jenar adalah manusia
lumrah hanya memang ia walau berasal dari kalangan bangsawan setelah kembali ke
Jawa menempuh hidup sebagai petani, yg saat itu, dipandang sebagai rakyat kecil
oleh struktur budaya Jawa, disamping sebagai wali penyebar Islam di Tanah Jawa.
Syekh Siti Jenar yg memiliki nama
kecil San Ali dan kemudian dikenal sebagai Syekh ‘Abdul Jalil adalah putra
seorang ulama asal Malaka, Syekh Datuk Shaleh bin Syekh ‘Isa ‘Alawi bin
Ahmadsyah Jamaludin Husain bin Syekh ‘Abdullah Khannuddin bin Syekh Sayid
‘Abdul Malikal-Qazam. Maulana ‘Abdullah Khannuddin adalah putra Syekh ‘Abdul
Malik atau Asamat Khan. Nama terakhir ini adalah seorang Syekh kalangan ‘Alawi
kesohor di Ahmadabad, India, yg berasal dari Handramaut. Qazam adalah sebuah
distrik berdekatan dgn kota Tarim di Hadramaut.
Syekh ‘Abdul Malik adalah putra
Syekh ‘Alawi, salah satu keluarga utama keturunan ulama terkenal Syekh ‘Isa
al-Muhajir al-Bashari al-‘Alawi, yg semua keturunannya bertebaran ke berbagai
pelosok dunia, menyiarkan agama Islam. Syekh ‘Abdul Malik adalah penyebar agama
Islam yg bersama keluarganya pindah dari Tarim ke India. Jika diurut keatas,
silsilah Syekh Siti Jenar berpuncak pada Sayidina Husain bin ‘Ali bin Abi
Thalib, menantu Rasulullah. Dari silsilah yg ada, diketahui pula bahwa ada dua
kakek buyutnya yg menjadi mursyid
thariqah Syathariyah di Gujarat yg sangat dihormati, yakni Syekh Abdullah
Khannuddin dan Syekh Ahmadsyah Jalaluddin. Ahmadsyah Jalaluddin setelah dewasa
pindah ke Kamboja dan menjadi penyebar agama Islam di sana.
Adapun Syekh Maulana ‘sa atau Syekh
Datuk ‘Isa putra Syekh Ahmadsyah kemudian bermukim di Malaka. Syekh Maulana
‘Isa memiliki dua orang putra, yaitu Syekh Datuk Ahamad dan Syekh Datuk Shaleh.
Ayah Syekh Siti Jenar adalah Syekh Datuk Shaleh adalah ulama sunni asal Malaka
yg kemudian menetap di Cirebon karena ancaman politik di Kesultanan Malaka yg
sedang dilanda kemelut kekuasaan pada akhir tahun 1424 M, masa transisi
kekuasaan Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah.
Sumber-sumber Malaka dan Palembang menyebut nama Syekh Siti Jenar dgn sebutan
Syekh Jabaranta dan Syekh ‘Abdul Jalil.
Pada akhir tahun 1425, Syekh Datuk Shaleh beserta istrinya sampai di Cirebon dan saat itu, Syekh Siti Jenar masih berada dalam kandungan ibunya 3 bulan. Di Tanah Caruban ini, sambil berdagang Syekh Datuk Shaleh memperkuat penyebaran Islam yg sudah beberapa lama tersiar di seantero bumi Caruban, besama-sama dgn ulama kenamaan Syekh Datuk Kahfi, putra Syehk Datuk Ahmad. Namun, baru dua bulan di Caruban, pada tahun awal tahun 1426, Syekh Datuk Shaleh wafat.
Pada akhir tahun 1425, Syekh Datuk Shaleh beserta istrinya sampai di Cirebon dan saat itu, Syekh Siti Jenar masih berada dalam kandungan ibunya 3 bulan. Di Tanah Caruban ini, sambil berdagang Syekh Datuk Shaleh memperkuat penyebaran Islam yg sudah beberapa lama tersiar di seantero bumi Caruban, besama-sama dgn ulama kenamaan Syekh Datuk Kahfi, putra Syehk Datuk Ahmad. Namun, baru dua bulan di Caruban, pada tahun awal tahun 1426, Syekh Datuk Shaleh wafat.
Sejak itulah San Ali atau Syekh Siti
Jenar kecil diasuh oleh Ki Danusela serta penasihatnya, Ki Samadullah atau
Pangeran Walangsungsang yg sedang nyantri di Cirebon, dibawah asuhan Syekh
datuk Kahfi.
Jadi walaupun San Ali adalah keturunan ulama Malaka, dan lebih jauh lagi keturunan Arab, namun sejak kecil lingkungan hidupnya adalah kultur Cirebon yg saat itu menjadi sebuah kota multikultur, heterogen dan sebagai basis antarlintas perdagangan dunia waktu itu.
Jadi walaupun San Ali adalah keturunan ulama Malaka, dan lebih jauh lagi keturunan Arab, namun sejak kecil lingkungan hidupnya adalah kultur Cirebon yg saat itu menjadi sebuah kota multikultur, heterogen dan sebagai basis antarlintas perdagangan dunia waktu itu.
Saat itu Cirebon dgn Padepokan Giri
Amparan Jatinya yg diasuh oleh seorang ulama asal Makkah dan Malaka, Syekh
Datuk Kahfi, telah mampu menjadi salah satu pusat pengajaran Islam, dalam
bidang fiqih dan ilmu ‘alat, serta tasawuf. Sampai usia 20 tahun, San Ali
mempelajari berbagai bidang agama Islam dgn sepenuh hati,
disertai dgn pendidikan
otodidak bidang spiritual.
Padepokan
Giri Amparan Jati
Setelah diasuh oleh Ki Danusela
samapai usia 5 tahun, pada sekitar tahun 1431 M, Syekh Siti Jenar kecil (San
Ali) diserahkan kepada Syekh Datuk Kahfi, pengasuh Pedepokan Giri Amparan Jati,
agar dididik agama Islam yg berpusat di Cirebon oleh Kerajaan Sunda di sebut
sebagai musu(h) alit [musuh halus].
Di Padepokan Giri Amparan Jati ini,
San Ali menyelesaikan berbagai pelajaran keagamaan, terutama nahwu, sharaf,
balaghah, ilmu tafsir, musthalah hadist, ushul fiqih dan manthiq. Ia menjadi
santri generasi kedua. Sedang yg akan menjadi santri generasi ketiga adalah
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Syarif Hidayatullah baru datang ke
Cirebon, bersamaan dgn pulangnya Syekh Siti Jenar dari perantauannya di Timur
Tengah sekitar tahun 1463, dalam status sebagai siswa Padepokan Giri Amparan
Jati, dgn usia sekitar 17-an tahun.
Pada tahun 1446 M, setelah 15 tahun
penuh menimba ilmu di Padepokan Amparan Jati, ia bertekad untuk keluar pondok
dan mulai berniat untuk mendalami kerohanian (sufi). Sebagai titik pijaknya, ia
bertekad untuk mencari “sangkan-paran” dirinya.
Tujuan pertmanya adalah Pajajaran yg dipenuhi oleh para pertapa dan ahli hikmah Hindu-Budha. Di Pajajaran, Syekh Siti Jenar mempelajari kitab Catur Viphala warisan Prabu Kertawijaya Majapahit. Inti dari kitab Catur Viphala ini mencakup empat pokok laku utama.
Tujuan pertmanya adalah Pajajaran yg dipenuhi oleh para pertapa dan ahli hikmah Hindu-Budha. Di Pajajaran, Syekh Siti Jenar mempelajari kitab Catur Viphala warisan Prabu Kertawijaya Majapahit. Inti dari kitab Catur Viphala ini mencakup empat pokok laku utama.
Pertama, nihsprha, adalah suatu
keadaan di mana tidak adal lagi sesuatu yg ingin dicapai manusia. Kedua, nirhana,
yaitu seseorang tidak lagi merasakan memiliki badan dan karenanya tidak ada
lagi tujuan. Ketiga, niskala adalah proses rohani tinggi, “bersatu” dan melebur
(fana’) dgn Dia Yang Hampa, Dia Yang Tak Terbayangkan, Tak Terpikirkan, Tak
Terbandingkan. Sehingga dalam kondisi (hal) ini, “aku” menyatu dgn “Aku”. Dan
keempat, sebagai kesudahan dari niskala adalah nirasraya, suatu keadaan jiwa yg
meninggalkan niskala dan melebur ke Parama-Laukika (fana’ fi al-fana’), yakni
dimensi tertinggi yg bebas dari segala bentuk keadaan, tak mempunyai ciri-ciri
dan mengatasi “Aku”.
Dari Pajajaran San Ali melanjutkan
pengembaraannya menuju Palembang, menemui Aria Damar, seorang adipati,
sekaligus pengamal sufi-kebatinan, santri Maulana Ibrahim Samarkandi. Pada masa
tuanya, Aria Damar bermukim di tepi sungai Ogan, Kampung Pedamaran.
Diperkirakan Syekh Siti Jenar
berguru kepada Aria Damar antara tahun 1448-1450 M. bersama Aria Abdillah ini,
San Ali mempelajari pengetahuan tentang hakikat ketunggalan alam semesta yg
dijabarkan dari konsep “nurun ‘ala nur” (cahaya Maha Cahaya), atau yg kemudian
dikenal sebagai kosmologi emanasi.
Dari Palembang, San Ali melanjutkan
perjalanan ke Malaka dan banyak bergaul dgn para bangsawan suku Tamil maupun
Malayu. Dari hubungan baiknya itu, membawa San Ali untuk memasuki dunia bisnis
dgn menjadi saudagar emas dan barang kelontong. Pergaulan di dunia bisnis tsb
dimanfaatkan oleh San Ali untuk mempelajari berbagai karakter nafsu manusia,
sekaligus untuk menguji laku zuhudnya ditengah gelimang harta. Selain menjadi
saudagar, Syekh Siti jenar juga menyiarkan agama Islam yg oleh masyarakat
setempat diberi gelar Syekh jabaranta. Di Malaka ini pula, ia bertemu dgn Datuk
Musa, putra Syekh Datuk Ahmad. Dari uwaknya ini, Syekh Datuk Ahmad, San Ali
dianugerahi nama keluarga dan nama ke-ulama-an Syekh Datuk ‘Abdul Jalil.
Pencerahan
Rohani di Baghdad
Setelah mengetahui bahwa dirinya
merupakan salah satu dari keluarga besar ahlul bait (keturunan Rasulullah),
Syekh Siti Jenar semakin memiliki keinginan kuat segera pergi ke Timur Tengah
terutama pusat kota suci Makkah.
Dalam perjalanan ini, dari
pembicaraan mengenai hakikat sufi bersama ulama Malaka asal Baghdad Ahmad
al-Mubasyarah al-Tawalud di sepanjang perjalanan. Syekh Siti Jenar mampu
menyimpan satu perbendaharaan baru, bagi perjalanan rohaninya yaitu “ke-Esaan
af’al Allah”, yakni kesadaran bahwa setiap gerak dan segala peristiwa yg
tergelar di alam semesta ini, baik yg terlihat maupun yg tidak terlihat pada
hakikatnya adalah af’al Allah. Ini menambah semangatnya untuk mengetahui dan
merasakan langsung bagaimana af’al Allah itu optimal bekerja dalam dirinya.
Inilah pangkal pandangan yg
dikemudian hari memunculkan tuduhan dari Dewan Wali, bahwa Syekh Siti Jenar
menganut paham Jabariyah. Padahal bukan itu pemahaman yg dialami dan dirasakan
Syekh Siti Jenar. Bukan pada dimensi perbuatan alam atau manusianya sebagai
tolak titik pandang akan tetapi justru perbuatan Allah melalui iradah dan
quradah-NYA yg bekerja melalui diri manusia, sebagai khalifah-NYA di alam
lahir. Ia juga sampai pada suatu kesadaran bahwa semua yg nampak ada dan
memiliki nama, pada hakikatnya hanya memiliki satu sumber nama, yakni Dia Yang
Wujud dari segala yg maujud.
Sesampainya di Baghdad, ia menumpang
di rumah keluarga besar Ahmad al-Tawalud. Disinilah cakrawala pengetahuan
sufinya diasah tajam. Sebab di keluarga al-Tawalud tersedia banyak kitab-kitab
ma’rifat dari para sufi kenamaan. Semua kitab itu adalah peninggalan kakek
al-Tawalud, Syekh ‘Abdul Mubdi’ al-Baghdadi. Di Irak ini pula, Syekh Siti Jenar
bersentuhan dgn paham Syi’ah Ja’fariyyah, yg di kenal sebagai madzhab ahl
al-bayt.
Syekh Siti Jenar membaca dan
mempelajari dgn Baik tradisi sufi dari al-Thawasinnya al-Hallaj (858-922),
al-Bushtamii (w.874), Kitab al-Shidq-nya al-Kharaj (w.899), Kitab al-Ta’aruf
al-Kalabadzi (w.995), Risalah-nya al-Qusyairi (w.1074), futuhat al-Makkiyah dan
Fushush al-Hikam-nya Ibnu ‘Arabi (1165-1240), Ihya’ Ulum al-Din dan kitab-kitab
tasawuf al-Ghazali (w.1111), dan al-Jili (w.1428). secara kebetulan periode
al-jili meninggal, Syekh Siti Jenar sudah berusia dua tahun. Sehingga saat itu
pemikiran-permikiran al-Jili, merupakan hal yg masih sangat baru bagi komunitas
Islam Indonesia.
Dan sebenarnya Syekh Siti Jenar-lah
yg pertama kali mengusung gagasan al-Hallaj dan terutama al-Jili ke Jawa.
Sementara itu para wali anggota Dewan Wali menyebarluaskan ajaran Islam syar’i
madzhabi yg ketat. Sebagian memang mengajarkan tasawuf, namun tasawuf tarekati,
yg kebanyakkan beralur pada paham Imam Ghazali.
Sayangnya, Syekh Siti Jenar tidak banyak menuliskan ajaran-ajarannya karena
kesibukannya menyebarkan gagasan melalui lisan ke berbagai pelosok Tanah Jawa.
Dalam catatan sastra suluk Jawa hanya ada 3 kitab karya Syekh Siti Jenar;
Talmisan, Musakhaf (al-Mukasysyaf) dan Balal Mubarak. Masyarakat yg dibangunnya
nanti dikenal sebagai komunitas Lemah Abang.
Dari sekian banyak kitab sufi yg
dibaca dan dipahaminya, yg paling berkesan pada Syekh Siti Jenar adalah kitab
Haqiqat al-Haqa’iq, al-Manazil al-Alahiyah dan al-Insan al-Kamil fi Ma’rifat
al-Awakhiri wa al-Awamil (Manusia Sempurna dalam Pengetahuan tenatang sesuatu
yg pertama dan terakhir). Ketiga kitab tersebut, semuanya adalah puncak dari
ulama sufi Syekh ‘Abdul Karim al-Jili.
Terutama kitab al-Insan al-Kamil, Syekh Siti Jenar kelak sekembalinya ke Jawa menyebarkan ajaran dan pandangan mengenai ilmu sangkan-paran sebagai titik pangkal paham kemanuggalannya. Konsep-konsep pamor, jumbuh dan manunggal dalam teologi-sufi Syekh Siti Jenar dipengaruhi oleh paham-paham puncak mistik al-Hallaj dan al-Jili, disamping itu karena proses pencarian spiritualnya yg memiliki ujung pemahaman yg mirip dgn secara praktis/’amali-al-Hallaj; dan secara filosofis mirip dgn al-Jili dan Ibnu ‘Arabi.
Terutama kitab al-Insan al-Kamil, Syekh Siti Jenar kelak sekembalinya ke Jawa menyebarkan ajaran dan pandangan mengenai ilmu sangkan-paran sebagai titik pangkal paham kemanuggalannya. Konsep-konsep pamor, jumbuh dan manunggal dalam teologi-sufi Syekh Siti Jenar dipengaruhi oleh paham-paham puncak mistik al-Hallaj dan al-Jili, disamping itu karena proses pencarian spiritualnya yg memiliki ujung pemahaman yg mirip dgn secara praktis/’amali-al-Hallaj; dan secara filosofis mirip dgn al-Jili dan Ibnu ‘Arabi.
Syekh Siti Jenar menilai bahwa
ungkapan-ungkapan yg digunakan al-Jili sangat sederhana, lugas, gampang
dipahami namun tetap mendalam. Yg terpenting, memiliki banyak kemiripan dgn
pengalaman rohani yg sudah dilewatkannya, serta yg akan ditempuhnya. Pada
akhirnya nanti, sekembalinya ke Tanah Jawa, pengaruh ketiga kitab itu akan
nampak nyata, dalam berbagai ungkapan mistik, ajaran serta khotbah-khotbahnya,
yg banyak memunculkan guncangan-guncangan keagamaan dan politik di Jawa.
Syekh Siti Jenar banyak meluangkan waktu mengikuti dan mendengarkan konser-konser musik sufi yg digelar diberbagai sama’ khana. Sama’ khana adalah rumah-rumah tempat para sufi mendengarkan musik spiritual dan membiarkan dirinya hanyut dalam ekstase (wajd). Sama’ khana mulai bertumbuhan di Baghdad sejak abad ke-9 (Schimmel; 1986, hlm. 185). Pada masa itu grup musik sufi yg terkenal adalah al-Qawwal dgn penyanyi sufinya ‘Abdul Warid al-Wajd.
Syekh Siti Jenar banyak meluangkan waktu mengikuti dan mendengarkan konser-konser musik sufi yg digelar diberbagai sama’ khana. Sama’ khana adalah rumah-rumah tempat para sufi mendengarkan musik spiritual dan membiarkan dirinya hanyut dalam ekstase (wajd). Sama’ khana mulai bertumbuhan di Baghdad sejak abad ke-9 (Schimmel; 1986, hlm. 185). Pada masa itu grup musik sufi yg terkenal adalah al-Qawwal dgn penyanyi sufinya ‘Abdul Warid al-Wajd.
Berbagai pengalaman spiritual
dilaluinya di Baghdad sampai pada tingkatan fawa’id (memancarnya potensi
pemahaman roh karena hijab yg menyelubunginya telah tersingkap. Dgn ini
seseorang akan menjadi berbeda dgn umumnya manusia); dan lawami’
(mengejawantahnya cahaya rohani akibat tersingkapnya fawa’id), tajaliyat
melalui Roh al-haqq dan zawaid (terlimpahnya cahaya Ilahi ke dalam kalbu yg
membuat seluruh rohaninya tercerahkan). Ia mengalami berbagai kasyf dan
berbagai penyingkapan hijab dari nafsu-nafsunya. Disinilah Syekh Siti Jenar
mendapatkan kenyataan memadukan pengalaman sufi dari kitab-kitab al-Hallaj,
Ibnu ‘Arabi dan al-Jili.
Bahkan setiap kali ia melantunkan
dzikir dikedalaman lubuk hatinya dgn sendirinya ia merasakan denting dzikir dan
menangkap suara dzikir yg berbunyi aneh, Subhani, alhamdu li, la ilaha illa ana
wa ana al-akbar, fa’budni (mahasuci aku, segala puji untukku, tiada tuhan
selain aku, maha besar aku, sembahlah aku). Walaupun telinganya mendengarkan
orang di sekitarnya membaca dzikir Subhana Allah, al-hamduli Allahi, la ilaha
illa Allah, Allahu Akbar, fa’buduhu, namun suara yg di dengar lubuk hatinya
adalah dzikir nafsi, sebagai cerminan hasil man ‘arafa bafsahu faqad ‘arafa
Rabbahu tersebut. Sampai di sini, Syekh Siti Jenar semakin memahami makna
hadist Rasulullah “al-Insan sirri wa ana sirruhu” (Manusia adalah Rahasia-Ku
dan Aku adalah rahasianya).
Sebenarnya inti ajaran Syekh Siti
Jenar sama dgn ajaran sufi ‘Abdul Qadir al-Jilani (w.1165), Ibnu ‘Arabi
(560/1165-638-1240), Ma’ruf al-Karkhi, dan al-Jili. Hanya saja ketiga tokoh tsb
mengalami nasib yg baik dalam artian, ajarannya tidak dipolitisasi, sehingga
dalam kehidupannya di dunia tidak pernah mengalami intimidasi dan kekerasan
sebagai korban politik dan menemui akhir hayat secara biasa.
Dari perenungannya mengenai dunia
nafsu manusia, hal ini membawa Syekh Siti Jenar menuai keberhasilan menaklukkan
tujuh hijab, yg menjadi penghalang utama pendakian rohani seorang salik
(pencari kebenaran).
Tujuh hijab itu adalah lembah kasal (kemalasan naluri dan rohani manusia);
jurang futur (nafsu menelan makhluk/orang lain); gurun malal (sikap mudah
berputus asa dalam menempuh jalan rohani); gurun riya’ (bangga rohani); rimba
sum’ah (pamer rohani); samudera ‘ujub (kesombongan intelektual dan kesombongan
ragawi); dan benteng hajbun (penghalang akal dan nurani).
Ingsun,
Allah dan Kemanunggalan (Syekh Siti Jenar)
1.“Sabda
sukma, adhep idhep Allah, kang anembah Allah, kang sinembah Allah, kang murba
amisesa.”
Pernyataan Syekh Siti Jenar diatas
secara garis besarnya adalah: “Pernyataan roh yg bertemu-hadapan dgn Allah, yg
menyembah Allah, yg disembah Allah, yg meliputi segala sesuatu.”
Ini adalah salah satu sumber
pengetahuan ajaran Syekh Siti Jenar yg maksudnya adalah sukma (roh di kedalaman
jiwa) sebagai pusat kalam (pembicaraan dan ajaran). Hal itu diakibatkan karena
di kedalaman roh batin manusia tersedia cermin yg disebut mir’ah al-haya’
(cermin yg memalukan). Bagi orang yg sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya
serta mencapai fana’ cermin tersebut akan muncul, yg menampakkan kediriannya
dengan segala perbuatan tercelanya. Jika ini telah terbuka maka tirai-tirai
Rohani juga akan tersingkap, sehingga kesejatian dirinya beradu-adu (adhep
idhep), “aku ini kau, tapi kau aku”.
Maka jadilah dia yg menyembah
sekaligus yg disembah, sehingga dirinya sebagai kawula-Gusti memiliki wewenang
murba amisesa, memberi keputusan apapun tentang dirinya, menyatu iradah dan
kodrat kawula-Gusti.
2.
“Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan pancaindera.
Pancaindera ini merupakan barang
pinjaman, yg jika sudah diminta oleh yg empunya, akan menjadi tanah dan
membusuk, hancur lebur bersifat najis. Oleh karena itu pancaindera tidak dapat
dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran,
angan-angan
dan kesadaran, berasal dari pancaindera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan
hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur dan seringkali tidak
jujur. Akal itu pula yg siang malam mengajak dengki, bahkan merusak kebahagiaan
orang lain. Dengki dapat pula menuju perbuatan jahat, menimbulkan kesombongan,
untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan, sehingga menodai nama dan
citranya. Kalau sudah sampai sedemikian jauhnya, baru orang menyesalkan
perbuatannya.”
Menurut Syekh Siti Jenar, baik pancaindera
maupun perangkat akal tidak dapat dijadikan pegangan dan pedoman hidup. Sebab
semua itu bersifat baru, bukan azali. Satu-satunya yg bisa dijadikan gondhelan
dan gandhulan hanyalah Zat Wajibul Maulanan, Zat Yang Maha Melindungi.
Pancaindera adalah pintu nafsu dan akal adalah pintu bagi ego. Semuanya harus
ditundukkan di bawah Zat Yang Wajib memimpin.
Karena hanya Dialah yg menunjukkan
semua budi baik. Jadi pancaindera harus dibimbing oleh budi dan budi dipimpin
oleh Sang Penguasa Budi atau Yang Maha Budi. Sedangkan Yang Maha Budi itu tidak
terikat dalam jeratan dan jebakan nama tertentu. Sebab nama bukanlah hakikat.
Nama itu bisa Allah, Hyang Widi, Hyang Manon, Sang Wajibul Maulana dan
sebagainya. Semua itu produk akal, sehingga nama tidak perlu disembah. Jebakan
nama dalam syari’at
justru malah merendahkan nama-NYA.
3.“Apakah
tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, sunsum, bisa rusak dan
bagaimana cara Anda memperbaikinya?
Biarpun bersembahyang seribu kali
setiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi akhirnya
menjadi debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, Apakah para
Wali dapat membawa Pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini
baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat
tatanan batu, dalilnya layabtakiru hilamuhdil yg artinya tidak membuat sesuatu
wujud lagi tentang terjadinya alam semesta sesudah dia membuat dunia.”
Dari pernyataan itu nampak Syekh Siti Jenar memandang alam makrokosmos sama dengan mikrokosmos (manusia). Kedua hal tersebut merupakan barang baru ciptaan Tuhan yg sama-sama akan mengalami kerusakan atau tidak kekal.
Dari pernyataan itu nampak Syekh Siti Jenar memandang alam makrokosmos sama dengan mikrokosmos (manusia). Kedua hal tersebut merupakan barang baru ciptaan Tuhan yg sama-sama akan mengalami kerusakan atau tidak kekal.
Pada sisi lain, pernyataan Syekh
Siti Jenar tsb mempunyai muatan makna pernyataan sufistik, “Barangsiapa
mengenal dirinya, maka ia pasti mengenal Tuhannya.” Sebab bagi Syekh Siti Jenar
manusia yg utuh dalam jiwa raganya merupakan wadag bagi penyanda, termasuk
penyanda alam semesta. Itulah sebabnya pengelolaan alam semesta menjadi
tanggungjawab manusia.
Maka mikrokosmos manusia, tidak lain
adalah Blueprint dan gambaran adanya jagat besar termasuk semesta.
Baginya Manusia terdiri dari jiwa dan raga yg intinya ialah jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan (Sang Pribadi). Sedangkan raga adalah bentuk luar dari jiwa yg dilengkapi pancaindera, berbagai organ tubuh seperti daging, otot, darah dan tulang. Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang pinjaman yg suatu saat setelah manusia terlepas dari pengalaman kematian di dunia ini, akan kembali berubah menjadi tanah. Sedangkan rohnya yg menjadi tajalli Ilahi, manunggal ke dalam keabadian dengan Allah.
Baginya Manusia terdiri dari jiwa dan raga yg intinya ialah jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan (Sang Pribadi). Sedangkan raga adalah bentuk luar dari jiwa yg dilengkapi pancaindera, berbagai organ tubuh seperti daging, otot, darah dan tulang. Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang pinjaman yg suatu saat setelah manusia terlepas dari pengalaman kematian di dunia ini, akan kembali berubah menjadi tanah. Sedangkan rohnya yg menjadi tajalli Ilahi, manunggal ke dalam keabadian dengan Allah.
4.
“Segala sesuatu yg terjadi di alam semesta ini pada hakikatnya adalah af’al
(perbuatan) Allah.
Berbagai hal yg dinilai baik maupun
buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi keliru dan sesat pandangan
yg mengatakan bahwa yg baik dari Allah dan yg buruk dari selain Allah.” “…Af’al
Allah harus dipahami dari dalam dan dari luar diri. Saat manusia menggoreskan
pena misalnya, di situ lah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yg
dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-NYA, yakni kemampuan kodrati gerak pena.
Di situlah berlaku dalil “Wa Allahu khalaqakum wa ma ta’malun (Qs.Ash-Shaffat:96)”,
yg maknanya Allah yg menciptakan engkau dan segala apa yg engkau perbuat. Di
sini terkandung makna mubasyarah. Perbuatan yg terlahir dari itu disebut
al-tawallud. Misalnya saya melempar batu. Batu yg terlempar dari tangan saya
itu adalah berdasarkan kemampuan kodrati gerak tangan saya. Di situ berlaku
dalil “Wa ma ramaita idz ramaita walakinna Allaha rama (Qs.Al-Anfal:17)”,
maksudnya bukanlah engkau yg melempar, melainkan Allah jua yg melempar ketika
engkau melempar. Namun pada hakikatnya antara mubasyarah dan al-tawallud
hakikatnya satu, yakni af’al Allah sehingga berlaku dalil la haula wa la
quwwata illa bi Allahi al-‘aliyi al-‘adzimi. Rosulullah bersabda “La
tataharraku dzarratun illa bi idzni Allahi”, yg maksudnya tidak akan bergerak satu
dzarah pun melainkan atas idzin Allah.”
Eksistensi manusia yg manunggal ini
akan nampak lebih jelas peranannya, dimana manusia tidak lain adalah ke-Esa-an
dalam af’al Allah. Tentu ke-Esa-an bukan sekedar af’al, sebab af’al digerakkan
oleh dzat. Sehingga af’al yg menyatu menunjukkan adanya ke-Esa-an dzat, kemana
af’al itu dipancarkan.
5.
“Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yg cepat juga akan menjadi busuk dan
bercampur tanah.
Ketahuilah juga apa yg dinamakan
kawula-Gusti tidak berkaitan dgn seorang manusia biasa seperti yg lain-lain.
Kawula dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat
memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-Gusti
itu berlaku, yakni selama saya mati. Nanti, kalau saya sudah hidup lagi, Gusti
dan kawula lenyap, yg tinggal hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam
ADA sendiri. Bila kau belum menyadari kebenaran kata-kataku maka dgn tepat
dapat dikatakan, bahwa kau masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang
terdapat banyak hiburan aneka warna. Lebih banyak lagi hal-hal yg menimbulkan
hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat pancaindera. Itu
hanya impian yg sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan
cepat lenyap. Gilalah orang yg terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak
sudi tersesat dalam kerajaan kematian. Satu-satunya yg kuusahakan, ialah
kembali kepada kehidupan.”
Syekh Siti Jenar menyatakan dgn
tegas bahwa dirinya sebagaiTuhan, ia memiliki hidup dan Ada dalam dirinya
sendiri, serta menjadi Pangeran bagi seluruh isi dunia. Sehingga didapatkan
konsistensi antara keyakinan hati, pengalaman keagamaan, dan sikap perilaku
dzahirnya. Juga ditekankan satu hal yg selalu tampil dalam setiap ajaran Syekh
Siti Jenar. Yakni pendapat bahwa manusia selama masih berada di dunia ini
sebetulnya mati, baru sesudah ia dibebaskan dari dunia ini, akan dialami
kehidupan sejati. Kehidupan ini sebenarnya kematian ketika manusia dilahirkan.
Badan hanya sesosok mayat karena ditakdirkan untuk sirna. (bandingkan dengan
Zoetmulder; 364). Dunia ini adalah alam kubur, dimana roh suci terjerat badan
wadag yg dipenuhi oleh berbagai goda-nikmat
yg menguburkan kebenaran sejati dan berusaha menguburkan kesadaran Ingsun
Sejati.
SURGA
DAN NERAKA Syekh Siti Jenar
“anal jannatu wa nara katannalr
al anna”, sering digunakan oleh Syekh Siti
Jenar dalam menjelaskan hakikat surga dan neraka. Penulisan yg benar nampaknya
adalah “inna al-janatu wa al-naru qath’un ‘an al-ana” (Sesungguhnya keberadaan
surga dan neraka itu telah nyata adanya sejak sekarang atau di dunia ini).
Sesungguhnya, menurut ajaran Islam
pun, surga dan neraka itu tidaklah kekal. Yang menganggap kekal surga dan
neraka itu adalah kalangan awam. Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan
binasa.
Bagi Syekh Siti Jenar, surga atau
neraka bukanlah tempat tertentu untuk memberikan pembalasan baik dan buruknya
manusia. Surga neraka adalah perasaan roh di dunia, sebagai akibat dari keadaan
dirinya yg belum dapat menyatu-tunggal dgn Allah. Sebab bagi manusia yg sudah
memiliki ilmu kasampurnan, jelas bahwa ketika mengalami kematian dan melalui
pintunya, ia kembali kepada Hidup Yang Agung, hidup yang tan kena kinaya ngapa
(hidup sempurna abadi sebagai Sang Hidup). Yaitu sebagai puncak cita-cita dan
tujuan manusia.
Jadi, karena surga dan neraka itu
ternyata juga makhluk, maka surga dan neraka tidaklah kekal, dan juga bukanlah
tempat kembalinya manusia yang sesungguhnya. Sebab tidak mungkin makhluk akan
kembali kepada makhluk, kecuali karena keadaan yang belum sempurna hidupnya. Oleh
al-Qur’an sudah ditegaskan bahwa tempat kembalinya manusia hanya Allah, yang
tidak lain adalah proses kemanunggalan ……ilaihi raji’un, ilaihi al-mashir………
PUASA
dan HAJI Syekh Siti Jenar
“Syahadat,
shalat dan puasa itu, sesuatu yang tidak diinginkan, jadi tidak perlu. Adapun
zakat dan naik haji ke Makah, itu semua omong kosong (palson kabeh). Itu seluruhnya
kedurjanaan budi, penipuan terhadap sesama manusia. Orang-orang dungu yg
menuruti aulia, karena diberi harapan surga di kelak kemudian hari, itu
sesungguhnya keduanya orang yang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti
Jenar.”
“Tiada pernah saya menuruti perintah
budi, bersujud-sujud di mesjid mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila
dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelulang. Sesungguhnya hal ini idak masuk
akal! Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka,
menderita sakit dan duka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain. Oleh karena
itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal saja, yaitu Gusti Zat Maulana.”
Syekh Siti jenar menyebutkan bahwa
syariat yang diajarkan para wali adalah “omong kosong belaka”, atau “wes palson
kabeh”(sudah tidak ada yang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan
anggapan orang selama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak
syari’at Islam. Yang ditolak adalah reduksi atas syari’at tersebut. Syekh Siti
Jenar menggunakan istilah “iku wes palson kabeh”, yg artinya “itu sudah
dipalsukan atau dibuat palsu semua.” Tentu ini berbeda pengertiannya dengan
kata “iku palsu kabeh” atau “itu palsu semua.”
Jadi yang dikehendaki Syekh Siti
Jenar adalah penekanan bahwa syari’at Islam pada masa Walisanga telah mengalami
perubahan dan pergeseran makna dalam pengertian syari’at itu. Semuanya hanya
menjadi formalitas belaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi
hilang. Bahkan menjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi
formal syariat tsb.
Bagi Syekh Siti Jenar, syariat bukan
hanya pengakuan dan pelaksanaan, namun berupa penyaksian atau kesaksian. Ini
berarti dalam pelaksanaan syariat harus ada unsur pengalaman spiritual. Nah,
bila suatu ibadah telah menjadi palsu, tidak dapat dipegangi dan hanya untuk
membohongi orang lain, maka semuanya merupakan keburukan di bumi.
Apalagi sudah tidak menjadi sarana
bagi kesejahteraan hidup manusia. Ditambah lagi, justru syariat hanya menjadi
alat legitimasi kekuasaan (seperti sekarang ini juga). Yang mengajarkan
syari’at juga tidak lagi memahami makna dan manfaat syari’at itu, dan tidak
memiliki kemampuan mengajarkan aplikasi syari’at yg hidup dan berdaya guna.
Sehingga syari’at menjadi hampa makna dan menambah gersangnya kehidupan rohani
manusia.
Nah, yg dikritik Syekh Siti Jenar
adalah shalat yg sudah kehilangan makna dan tujuannya itu. Shalat haruslah
merupakan praktek nyata bagi kehidupan. Yakni shalat sebagai bentuk ibadah yg
sesuai dgn bentuk profesi kehidupannya. Orang yg melakukan profesinya secara
benar, karena Allah, maka hakikatnya ia telah melaksanakan shalat sejati,
shalat yg sebenarnya. Orientasi kepada yang Maha Benar dan selalu berupaya
mewujudkan Manunggaling Kawula Gusti, termasuk dalam karya, karsa-cipta itulah
shalat yg sesungguhnya.
Makna
Ihsan
“Itulah yang dianggap Syekh Siti
Jenar Hyang Widi. Ia berbuat baik dan menyembah atas kehendak-NYA. Tekad
lahiriahnya dihapus. Tingkah lakunya mirip dengan pendapat yg ia lahirkan. Ia
berketetapan hati untuk berkiblat dan setia, teguh dalam pendiriannya, kukuh
menyucikan diri dari segala yg kotor, untuk sampai menemui ajalnya tidak
menyembah kepada budi dan cipta. Syekh Siti Jenar berpendapat dan menggangap
dirinya bersifat Muhammad, yaitu sifat rasul yg sejati, sifat Muhammad yg
kudus.”
“Gusti Zat Maulana. Dialah yg luhur
dan sangat sakti, yg berkuasa maha besar, lagipula memiliki dua puluh sifat,
kuasa atas kehendak-NYA. Dialah yg maha kuasa, pangkal mula segala ilmu, maha
mulia, maha indah, maha sempurna, maha kuasa, rupa warna-NYA tanpa cacat
seperti hamba-NYA. Di dalam raga manusia Ia tiada nampak. Ia sangat sakti
menguasai segala yg terjadi dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngidraloka”.
Dua kutipan di atas adalah aplikasi
dari teologi Ihsan menurut Syekh Siti Jenar, bahwa sifatullah merupakan
sifatun-nafs. Ihsan sebagaimana ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu hadistnya
(Sahih Bukhari, I;6), beribadah karena Allah dgn kondisi si ‘Abid dalam keadaan
menyaksikan (melihat langsung) langsung adanya si Ma’bud. Hanya sikap inilah yg
akan mampu membentuk kepribadian yg kokoh-kuat, istiqamah, sabar dan tidak
mudah menyerah dalam menyerukan kebenaran.
Sebab Syekh Siti Jenar merasa, hanya
Sang Wujud yg mendapatkan haq untuk dilayani, bukan selain-NYA. Sehingga, dgn
kata lain, Ihsan dalam aplikasinya atas pernyataan Rasulullah adalah membumikan
sifatullah dan sifatu-Muhammad menjadi sifat pribadi.
Dengan memiliki sifat Muhammad itulah, ia akan mampu berdiri kokoh menyerukan ajarannya dan memaklumkan pengalamannya dalam “menyaksikan langsung” ada-NYA Allah. “Persaksian langsung” itulah terjadi dalam proses manunggal.
Dengan memiliki sifat Muhammad itulah, ia akan mampu berdiri kokoh menyerukan ajarannya dan memaklumkan pengalamannya dalam “menyaksikan langsung” ada-NYA Allah. “Persaksian langsung” itulah terjadi dalam proses manunggal.
“Hyang Widi, wujud yg tak nampak
oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud, seperti
penampakan raga yg tiada tampak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi
tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus-menerus, menggambarkan kenyataan
tiada berdusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yg meniadakan
permulaan, karena asal dari diri pribadi.”
Ihsan berasal dari kondisi hati yg
bersih. Dan hati yg bersih adalah pangkal serta cermin seluruh eksistensi
manusia di bumi. Keihsanan melahirkan ketegasan sikap dan menentang ketundukan
membabi-buta kepada makhluk. Ukuran ketundukan hati adalah Allah atau Sang
Pribadi. Oelh karena itu, sesama manusia dan makhluk saling memiliki
kemerdekaan dan kebebasan diri. Dan kebebasan serta kemerdekaan itu sifatnya
pasti membawa kepada kemajuan dan peradaban manusia, serta tatanan masyarakat
yg baik, sebab diletakkan atas landasan Ke-Ilahian manusia. Penjajahan atas
eksistensi manusia lain hakikatnya adalah bentuk dari ketidaktahuan manusia
akan Hyang Widhi…Allah (seperti Rosul sering sekali mengatakan bahwa
“Sesungguhnya mereka tidak mengerti”).
Karena buta terhadap Allah Yang Maha
Hadir bagi manusia itulah, maka manusia sering membabi-buta merampas
kemanusiaan orang lain. Dan hal ini sangat ditentang oleh Syekh Siti Jenar.
Termasuk upaya sakralisasi kekuasaan Kerajaan Demak dan Sultannya, bagi Syekh
Siti Jenar harus ditentang, sebab akan menjadi akibat tergerusnya ke-Ilahian ke
dalam kedzaliman manusia yang mengatasnamakan hamba Allah yg shalih dan
mengatasnamakan demi penegakan syari’at Islam.
Pribadi adalah pancara roh, sebagai
tajalli atau pengejawantahan Tuhan. Dan itu hanya terwujud dengan proses wujudiyah,
Manuggaling Kawula-Gusti, sebagai puncak dan substansi tauhid.
Maka manusia merupakan wujud dari sifat dan dzat Hyang Widi itu sendiri. Dengan
manusia yg manunggal itulah maka akan menjadikan keselamatan yg nyata bukan
keselamatan dan ketentraman atau kesejahteraan yg dibuat oleh rekayasa manusia,
berdasarkan ukurannya sendiri. Namun keselamatan itu adalah efek bagi
terejawantah-NYA Allah melalui kehadiran manusia.
Sehingga proses terjadinya
keselamatan dan kesejahteraan manusia berlangsung secara natural (sunnatullah),
bukan karena hasil sublimasi manusia, baik melalui kebijakan ekonomi, politik,
rekayasa sosial dan semacamnya sebagaimana selama ini terjadi.
Maka dapat diketahui bahwa teologi
Manuggaling Kawula Gusti adalah teologi bumi yg lahir dengan sendirinya sebagai
sunnatullah. Sehingga ketika manusia mengaplikasikannya, akan menghasilkan
manfaat yg natural juga dan tentu pelecehan serta perbudakan kemanusiaan tidak
akan terjadi, sifat merasa ingin menguasai, sifat ingin mencari kekuasaan,
memperebutkan sesama manusia tidak akan terjadi. Dan tentu saja pertentangan
antar manusia sebagai akibat perbedaan paham keagamaan, perbedaan agama dan
sejenisnya juga pasti tidak akan terjadi.
Tafsir
Kisah Musa dan Khidir (Syekh Siti Jenar)
“Sesungguhnya, Khidir AS bukanlah
sosok lain yg terpisah sama sekali dari keberadaan manusia rohani. Apa yg
disaksikan sebagai tanah menjorok dgn lautan di sebelah kanan dan kiri itu
bukanlah suatu tempat yg berada di luar diri manusia. Tanah itulah yg disebut
perbatasan (barzakh). Dua lautan itu adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na),
perlambang alam tidak kasatmata (‘alam al-ghaib) dan lautan Jisim (bahr
al-ajsam), perlambang alam kasatmata (‘alam asy-syahadat).”
“Sedangkan kawanan udang adalah
perlambang para pencari Kebenaran yg sudah berenang di perbatasan alam
kasatmata san alam tidak kasatmata. Kawanan udang perlambang para penempuh
jalan rohani (salik) yg benar-benar bertujuan mencari Kebenaran. Sementara itu,
kawanan udang yg berenang di lautan sebelah kiri, di antara batu-batu,
merupakan perlambang para salik yg penuh diliputi hasrat-hasrat dan
pamrih-pamrih duniawi.”
“Sesungguhnya, peristiwa yg dialami
Nabi Musa AS dgn Khidir AS, sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’an Al-Karim,
bukanlah hanya peristiwa sejarah seorang manusia bertemu manusia lain. Ia
adalah peristiwa perjalanan rohani yg berlangsung di dalam diri Nabi Musa AS
sendiri. Sebagaimana yg telah saya jelaskan, yg disebut dua lautan di dalam
Al-Qur’an tidak lain dan tidak bukan adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na) dan
Lautan Jisim (bahr al-ajsam). Kedua lautan itu dipisahkan oleh wilayah
perbatasan atau sekat (barzakh).”
“Ikan dan lautan dalam kisah Qur’ani
itu merupakan perlambang dunia kasatmata (‘alam asy-syahadat) yg berbeda dengan
wilayah perbatasan yg berdampingan dgn dunia gaib (‘alam al-ghaib). Maksudnya,
jika saat itu Nabi Musa AS melihat ikan dan kehidupan yg melingkupi ikan
tersebut dari tempatnya berdiri, yaitu di wilayah perbatasan antara dua lautan,
maka Nabi Musa AS akan melihat sang ikan berenang di dalalm alamnya, yaiu
lautan. Jika saat itu Nabi Musa AS mencermati maka ia akan dapat menyaksikan
bahwa sang ikan yg berenang itu dapat melihat segala sesuatu di dalam lautan, kecuali
air (dilambangkan manusia juga sama). Maknanya, sang ikan hidup di dalam air
dan sekaligus di dalam tubuh ikan ada air, tetapi ia tidak bisa melihat iar dan
tidak sadar jika dirinya hidup di dalam air. Itulah sebabnya, ikan tidak dapat
hidup tanpa air yg meliputi bagian luar dan bagian dalam tubuhnya. Di mana pun
ikan berada, ia akan selalu diliputi air yg tak bisa dilihatnya.”
“Sementara itu, seandainya sang ikan
di dalam lautan melihat Nabi Musa AS dari tempat hidupnya di dalam air lautan
maka sang ikan akan berkata bahwa Musa AS di dalam dunia-yang diliputi udara
kosong-dapat menyaksikan segala sesuatu, kecuali udara kosong yg meliputinya
itu. Maknanya, Nabi Musa AS hidup di dalam liputan udara kosong yg ada di luar
maupun di dalam tubuhnya, tetapi ia tidak bisa melihat udara kosong dan tidak
sadar jika dirinya hidup di dalam udara kosong. Itu sebabnya, Nabi Musa AS
tidak dapat hidup tanpa udara kosong yg meliputi bagian luar dan dalam
tubuhnya. Di mana pun Nabi Musa AS berada, ia akan selalu diliputi udara kosong
yg tidak bisa dilihatnya.”
“Sesungguhnya, pemuda (al-fata) yg
mendampingi Nabi Musa AS dan membawakan bekal makanan adalah perlambang dari
terbukanya pintu alam tidak kasatmata. Sesungguhnya, dibalik keberadaan pemuda
(al-fata) itu tersembunyi hakikat sang Pembuka (al-Fattah). Sebab, hijab gaib
yg menyelubungi manusia dari Kebenaran sejati tidak akan bisa dibuka tanpa
kehendak Dia, sang Pembuka (al-Fattah). Itu sebabnya, saat Nabi Musa AS bertemu
dgn Khidir AS, pemuda (al-fata) itu disebut-sebut lagi karena ia sejatinya
merupakan perlambang keterbukaan hijab ghaib.”
“Adapun bekal makanan yg berupa ikan
adalah perlambang pahala perbuatan baik (al-‘amal ash-shalih) yg hanya berguna
untuk bekal menuju ke Taman Surgawi (al-jannah). Namun, bagi pencari Kebenaran
sejati, pahala perbuatan baik itu justru mempertebal gumpalan kabut penutup
hati (ghain). Itu sebabnya, sang pemuda mengaku dibuat lupa oleh setan hingga
ikan bekalnya masuk ke dalam lautan.”
“Andaikata saat itu Nabi Musa AS
memerintahkan si pemuda untuk mencari bekal yg lain, apalagi sampai memburu
bekal ikan yg telah masuk ke dalam laut, niscaya Nabi Musa AS dan si pemuda
tentu akan masuk ke Lautan Jisim (bahr al-ajsam) kembali. Dan, jika itu terjadi
maka setan berhasil memperdaya Nabi Musa AS.”
“Ternyata, Nabi Musa AS tidak peduli
dgn bekal itu. Ia justru menyatakan bahwa tempat di mana ikan itu melompat ke
lautan adalah tempat yg dicarinya sehingga tersingkaplah gumpalan kabut ghain
dari kesadaran Nabi Musa AS. Saat itulah purnama rohani zawa’id berkilau dan
Nabi Musa AS dapat melihat Khidir AS, hamba yg dilimpahi rahmat dan kasih
sayang (rahmah al-khashshah) yg memancar dari citra ar-Rahman dan ar-Rahim dan
Ilmu Ilahi (ilm ladunni) yg memancar dari Sang Pengetahuan (al-Alim).”
“Anugerah Ilahi dilimpahkan kepada
Khidir AS karena dia merupakan hamba-NYA yg telah mereguk Air Kehidupan (ma’
al-hayat) yg memancar dari Sang Hidup (al-Hayy). Itu sebabnya, barang siapa di
antara manusia yg berhasil bertemu Khidir AS di tengah wilayah perbatasan antara
dua lautan, sesungguhnya manusia itu telah menyaksikan pengejawantahan Sang
Hidup (al-Hayy), Sang Penyayang (ar-Rahim). Dan, sesungguhnya Khidir AS itu
tidak lain dan idak bukan adalah ar-roh al-idhafi, cahaya hijau terang yg
tersembunyi di dalam diri manusia, “Sang Penuntun” anak keturunan Adam AS ke
jalan Kebenaran Sejati. Dialah penuntun dan penunjuk (mursyid) sejati ke jalan
Kebenaran (al-Haqq). Dia sang mursyid adalah pengejawantahan yang Maha
Menunjuki (as –Rasyid).”
“Demikianlah, saat sang salik
melihat Khidir AS sesungguhnya ia telah menyaksikan ar-roh al-idhafi, mursyid
sejati di dalam diri manusia sendiri. Saat ia menyaksikan kawanan udang di
lautan sebelah kanan, sesungguhnya ia telah menyaksikan Lautan Makna
(bahr-al-ma’na) yg merupakan hamparan permukaan Lautan Wujud (bahr al-wujud).
Namun, jika terputus penglihatan batiin (bashirab) itu pada titik ini, berarti
perjalanan menusia itu menuju ke Kebenaran Sejati masih akan berlanjut.”
Sesungguhnya, perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati penuh diliputi tanda kebesaran Ilahi yg hanya bisa diungkapkan dalam bahasa perlambang. Sesungguhnya, masing-masing menusia akan mengalami pengalaman rohani yg berbeda sesuai pemahamannya dalam menangkap kebenaran demi kebenaran. Yang jelas, pengalaman yg akan manusia alami tidak selalu mirip dgn pengalaman yg dialami Nabi Musa AS.”
Sesungguhnya, perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati penuh diliputi tanda kebesaran Ilahi yg hanya bisa diungkapkan dalam bahasa perlambang. Sesungguhnya, masing-masing menusia akan mengalami pengalaman rohani yg berbeda sesuai pemahamannya dalam menangkap kebenaran demi kebenaran. Yang jelas, pengalaman yg akan manusia alami tidak selalu mirip dgn pengalaman yg dialami Nabi Musa AS.”
“Setelah berada di wilayah
perbatasan, Khidir AS dan Nabi Musa AS digambarkan melanjutkan perjalanan
memasuki Lautan Makna, yaitu alam tidak kasatmata. Mereka kemudian digambarkan
menumpang perahu. Sesungguhnya, perahu yg mereka gunakan untuk menyeberang itu
adalah perlambang dari wahana (syari’ah) yg lazimnya digunakan oleh kalangan
awam untuk mencari ikan, yakni perlambang perbuatan baik (al ‘amal ash-shalih).
Padahal, perjalanan mengarungi Lautan Makna menuju Kebenaran Sejati adalah
perjalanan yg sangat pribadi menuju Lautan Wujud. Itulah sebabnya, perahu
(syari’ah) itu harus dilubangi agar air dari Lautan Makna masuk ke dalam perahu
dan penumpang perahu mengenal hakikat air yg mengalir dari lubang tersebut.”
“Setelah penumpang perahu mengenal
air yg mengalir dari lubang maka ia akan menjadi sadar bahwa lewat lubang
itulah sesungguhnya ia akan bisa masuk ke dalam Lautan Makna yg merupakan
permukaan Lautan Wujud. Andaikata perahu itu tidak dilubangi, dan kemudian
perahu diteruskan berlayar, maka perahu itu tentu akan dirampas oleh Sang Maha
Raja (malik al-Mulki) sehingga penumpangnya akan menjadi tawanan. Jika sudah
demikian, maka untuk selamanya sang penumpang perahu tidak bisa melanjutkan
perjalanan menuju Dia, Yang Maha Ada (al-Wujud), yg bersemayam di segenap
penjuru hamparan Lautan Wujud. Penumpang perahu itu mengalami nasib seperti
penumpang perahu yg lain, yakni akan dijadikan hamba sahaya oleh Sang Maha
Raja. Bahkan, jika Sang Maha Raja menyukai hamba sahaya-NYA itu maka ia akan
diangkat sebagai penghuni Taman (jannah) indah yg merupakan pengejawantahan
Yang Maha Indah (al Jamal).”
“Adapun Atas Pernyataan kenapa
wahana (syariah) harus dilubangi dan tidak lagi digunakan dalam perjalanan
menembus alam ghaib manuju Dia? Dapat dijelaskan sebagai berikut.”
“Sebab, wahana adalah kendaraan bagi
manusia yg hidup di alam kasatmata untuk pedoman menuju ke Taman Surgawi.
Sedangkan alam tidak kasatmata adalah alam yg tidak jelas batas-batasnya. Alam
yg tidak bisa dinalar karena segala kekuatan akal manusia mengikat itu tidak
bisa berijtihad untuk menetapkan hukum yg berlaku di alam gaib. Itu sebabnya,
Khidir AS melarang Nabi Musa AS bertanya sesuatu dgn akalnya dalam perjalanan
tersebut. Dan, apa yg disaksikan Nabi Musa AS terdapat perbuatan yg dilakukan
Khidir AS benar-benar bertentangan dgn hukum suci (syari’at) dan akal sehat yg
berlaku di dunia, yakni melubangi perahu tanpa alasan, membunuh seorang anak
kecil tak bersalah dan menegakkan tembok runtuh tanpa upah.”
“Namun jika wahana (syari’ah) tidak
lagi bisa dijadikan petunjuk, sebenarnya pedomannya tetaplah sama, yaitu
Kitabullah dan Sunnah Rasul. Tetapi pemahamannya bukan dgn akal (‘aql)
melainkan dgn dzauq, yaitu cita rasa rohani. Inilah yg disebut cara (thariqah).
Di sini, sang salik selain harus berjuang keras juga harus pasrah kepada
kehendak-NYA. Sebab, telah termaktub dalam dalil araftu rabbi bi rabbi bahwa
kita hanya mengenal Dia dgn Dia. Maksudnya jika Tuhan tidak berkehendak kita
mengenal-NYA maka kita pun tidak akan bisa mengenal-NYA. Dan, kita mengenal-NYA
pun maka hanya melalui Dia (walaupun kita tidak mau tetapi semua telah
kehendak-NYA). Itu sebabnya, di alam tidak kasatmata yg tidak jelas batas dan
tanda-tandanya itu kita tidak dapat berbuat sesuatu kecuali pasrah seutuhnya
dan mengharap limpahan rahmat dan hidayah-NYA.”
“Tentang makna di balik kisah Khidir
AS membunuh seorang anak (ghulam) dapat saya jelaskan sebagai berikut.”
“Anak adalah perlambang keakuan kerdil yg kekanak-kanakan. Kedewasaan rohani seorang yg teguh imannya bisa runtuh akibat terseret cinta kepada keakuan kerdil yg kekanak-kanakan tersebut. Itu sebabnya, keakuan kerdil y kekanak-kanakan itu harus dibunuh agar kedewasaan rohani tidak terganggu.”
“Anak adalah perlambang keakuan kerdil yg kekanak-kanakan. Kedewasaan rohani seorang yg teguh imannya bisa runtuh akibat terseret cinta kepada keakuan kerdil yg kekanak-kanakan tersebut. Itu sebabnya, keakuan kerdil y kekanak-kanakan itu harus dibunuh agar kedewasaan rohani tidak terganggu.”
“Sesungguhnya, di dalam perjalanan
rohani menuju Kebenaran Sejati selalu terjadi keadaan di mana keakuan kerdil yg
kekank-kanakan (ghulam) dari salik cenderung mengikari kehambaan dirinya
terhadap Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad) sebagai akibat ia belum fana ke
dalam Sang Rasul (fana fi rasul). Ghulam cenderung durhaka dan ingkar terhadap
kehambaan kepada Sang Rasul. Jika keakuan yg kerdil dan kekanak-kanakan itu
dibunuh maka akan lahir ghulam yg lebih baik dan lebih diberbakti yg melihat
dengan mata batin bahwa dia sesungguhnya adalah “hamba” dari Sang Rasul,
pengejawantahan Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad).”
“Sesungguhnya, keakuan kerdil yg
kekanak-kanakan adalah perlambang dari keberadaan nafsu manusia yg cenderung
durhaka dan ingkar terhadap Sumbernya. Sedangkan ghulam yg baik dan berbakti
merupakan perlambang dari keberadaan roh manusia yg cenderung setia dan
berbakti kepada Sumbernya. Dan sesungguhnya, perbuatan Khidir AS itu adalah
perlambang yg sama saat Nabi Ibrahim AS akan menyembelih Nabi Ismail AS
‘Pembuhunan’ itu adalah perlambang puncak dari keimanan mereka yg beriman
(mu’min).”
“Adapun dinding yg ditinggikan
Khidir AS adalah perlambang Sekat Tertinggi (al barzakh al ‘a’la) yg disebut
juga dgn Hijab Yang Maha Pemurah (hajib ar-Rahman). Dinding itu adalah
pengejawantahan Yang Maha Luhur (al-Jalil). Lantaran itu, dinding tersebut
dinamakan Dinding al-Jalal (al jidar al-Jalal), yg dibawahnya tersimpan
Khazanah Perbendaharaan (Tahta al-Kanz) yg ingin diketahui.”
“Sedangkan dua anak yatim
(ghulamaini yatimaini) pewaris dinding itu adalah perlambang jati diri Nabi
Musa AS, yg keberadaannya terbentuk atas jasad ragwi (al-basyar) dan rohani
(roh). Kegandaan jati diri manusia itu baru tersingkap jika seseorang sudah
berada dalam keadaan tidak memiliki apa-apa (muflis), terkucil sendiri (mufrad)
dan telah berada di dalam waktu tak berwaktu (ibn al-waqt). Dua anak yatim itu
adalah perlambang gambaran Nabi Musa AS dan bayangannya di depan Cermin
Memalukan (al-mir’ah al-haya’I).”
“Adapun gambaran tentang ‘ayah yg salih’ dari kedua anak yatim, yakni ayah yg mewariskan Khazanah Perbendaharaan , adalah perlambang diri dari Abu halih, Sang Pembuka Hikmah (al-hikmah al-futuhiyyah), yakni pengejawantahan Sang Pembuka. Dengan demikian apa yg telah dialami Nabi Musa AS dalam perjalanan bersama Khidir AS (QS. Al-Kahfi : 60-82) menurut penafsiran adalah perjalanan rohani Nabi Musa AS ke dalam dirinya sendiri yg penuh dgn perlambang (isyarat).”
“Adapun gambaran tentang ‘ayah yg salih’ dari kedua anak yatim, yakni ayah yg mewariskan Khazanah Perbendaharaan , adalah perlambang diri dari Abu halih, Sang Pembuka Hikmah (al-hikmah al-futuhiyyah), yakni pengejawantahan Sang Pembuka. Dengan demikian apa yg telah dialami Nabi Musa AS dalam perjalanan bersama Khidir AS (QS. Al-Kahfi : 60-82) menurut penafsiran adalah perjalanan rohani Nabi Musa AS ke dalam dirinya sendiri yg penuh dgn perlambang (isyarat).”
“Memang Nabi Musa AS lahir hanya
satu. Namun, keberadaan jati dirinya sesungguhnya adalah dua, yaitu pertama
keberadaan sebagai al-basyar ‘anak’ Adam AS yg berasal dari anasir tanah yg
tercipta; dan keberadaannya sebagai roh ‘anak’ Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad)
yg berasal dari tiupan (nafakhtu) Cahaya di Atas Cahaya (Nurun ‘ala Nurin).
Maksudnya, sebagai al-basyar, keberadaan jasad ragawi nabi Musa AS berasal dari
Yang Mencipta (al-Kha-liq).”
“Sehingga tidak akan pernah terjadi
perseteruan dalam memperebutkan Khazanah Perbendaharaan warisan ayahnya yg
shalih. Sebab, saat keduanya berdiri berhadap-hadapan di depan Dinding al-jalal
(al-jidar al-Jalal) dan mendapati dinding itu runtuh maka saat itu yg ada hanya
satu anak yatim. Maksudnya, saat itu keberadaan al-basyar ‘anak’ Adam AS akan
terserap ke dalam roh ‘anak’ Nur Muhammad. Saat itulah sang anak sadar bahwa ia
sejatinya berasal dari Cahaya di Atas cahaya (Nurun ‘ala Nurin) yg merupakan
pancaran dari Khazanah Perbendaharaan. Sesungguhnya, hal semacam itu tidak bisa
diuraikan dgn kaidah-kaidah nalar manusia karena akan membawa kesesatan. Jadi,
harus dijalani dan dialami sendiri sebagai sebuah pengalaman pribadi.”
Penjelasan
tentang konsep Shiratal Mustaqim (Syekh Siti Jenar)
“Saya hanya memberi sebuah petunjuk
yg bisa digunakan untuk meniti jembatan (shirath) ajaib ke arah-NYA. Saya
katakan ajaib karena jembatan itu bisa menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak
mereka yg meniti dgn tujuan yg hendak dicapai.”
“Sebagaimana kisah Nabi Musa AS
dalam perjalanan mencari Khidir AS, jembatan itu memiliki empat bagian mantra
yg masing-masing memiliki pintu. Pertama, mantra istighfar
yg berisi perlambang Nabi Musa AS bersama pemuda (al-fata) menjumpai Khidir AS
di perbatasan antara dua lautan. Kedua, mantra salawat yg berisi perlambang
Khidir AS melubangi perahu. Ketiga, mantra dalil yg berisi perlambang Khidir AS
membunuh anak. Keempat, mantra nafs al-haqq yg berisi perlambang Khidir AS
menegakkan dinding yg di bawahnya tersembunyi perbendaharaan.”
Bagi kalangan awam, istighfar
lazimnya dipahami sebagai upaya memohon ampun kepada al-ghaffar sehingga mereka
beroleh ampunan (maghfirah). Tetapi bagi para salik, istighfar adalah upaya
memohon pembebasan dari ‘belenggu’ (penjara) kekauan kepada al-ghaffar sehingga
beroleh maghfirah yg menyingkap tabir ghain yg menyelubungi manusia.
Sesungguhnya di dalam Asma’ al-Ghaffar terangkum makna Maha Pengampun dan juga
Makna Maha Menutupi, Maha menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.”
“Sesungguhnya perjalanan manusia, ketika sudah mengalami kasyf al-hijab ia telah sampai ke bagian jembatan yg disebut mantra istighfar. Tabir ghain yg menyelubungi keakuannya telah menyingsing. Ia telah menyaksikan Khidir AS, namun karena kadang ia terperangkap pada keinginan untuk memperoleh karunia-NYA semata (karamah dari kealian), namun ia hanya berputar-putar di mantra istighfar yg penuh diliputi gambaran-gambaran indah karunia-NYA.”
“Sesungguhnya perjalanan manusia, ketika sudah mengalami kasyf al-hijab ia telah sampai ke bagian jembatan yg disebut mantra istighfar. Tabir ghain yg menyelubungi keakuannya telah menyingsing. Ia telah menyaksikan Khidir AS, namun karena kadang ia terperangkap pada keinginan untuk memperoleh karunia-NYA semata (karamah dari kealian), namun ia hanya berputar-putar di mantra istighfar yg penuh diliputi gambaran-gambaran indah karunia-NYA.”
“Cara melepaskan hal itu, agar ia
sampai pada mantra salawat adalah dgn “Melubangi perahu” seperti yg dilakukan
Khidir AS hal ini harus dilakukan.”
“Tanpa melubangi perahu (maksudnya
tinggalkan akal dimana itu hanya sekedar pancaindera yg tidak kekal dan hanya
niat yg tulus dan “kasih” maka akan diberikan hidayah bagi yg
demikian…..seperti Prabu Jayabaya melakukan Moksa, Beliau meninggalkan segala
bentuk atribut kerajaan yg diperlambang meninggalkan akal..dan intinya kembali
ke fitrah seorang bayi yg melihat dgn “kasih” tanpa ada kerajaan “Akal” di
kepalanya), sang salik tidak akan mengetahui hakikat sejati Lautan Wujud (bahr
al-wujud). Tanpa melubangi perahu maka kedudukan salik tidak jauh berbeda dgn
kedudukan para nelayan; memanfaatkan perahu untuk mencari ikan (pahala) dan
berbagai karunia-NYA yg terhampar di permukaan Lautan Wujud, yg selain
bergelombang dahsyat juga berisiko dihadang Sang Rajadiraja (al-Malik al-Mulki)
yg setiap saat akan merampas perahu-perahu yg baik.”
“Di mantra salawat ini sang salik
harus menyadari kehambaannya kepada Yang Maha Terpuji (ahmad) sebagai Sumber
segala kejadian. Di Mantra itu sang salik harus menjadi ghulam yg baik dan
berbakti kepada sumbernya, yakni pancaran Air Kehidupan yg mengalir dari lubang
perahu yg dibuat Khidir AS Ghulam yg durhaka dan mengingkari kehambaannya kepada
Yang Terpuji harus dibunuh. Sang salik yg tenggelam ke dalam mantra salawat ini
disebut fana ke dalam Rasulullah (fana’ fi rasul).”
“Air Kehidupan yang memancar dari
lubang itu sesungguhnya sama hakikatnya dgn Air Kehidupan yg tergelar di
hamparan Lautan Wujud. Walau demikian, tanpa melalui Air Kehidupan yg mengalir
dari lubang maka salik tidak akan mencapai Air Kehidupan yg tergelar di Lautan
Wujud.”
“Mantra tahlil adalah mantra Ke-Esa-an. Mantra Tauhid. Inilah mantra Ke-Esa-an Wujud; Lautan Wujud sama hakikatnya dengan Air Kehidupan. Ibarat ungkapan kesaksian tidak ada ilah selain Allah (la ilaha illa Allah), demikianlah di mantra ini terungkap kesaksian tidak ada air lain yg tergelar di hamparan Lautan Wujud kecuali Air Kehidupan (Ma’ al-Hayy) yg mengalir dari Sang hidup (al-Hayy). Inilah mantra yg diibaratkan dalam perlambang dinding yg ditegakkan Khidir AS yg di bawahnya tersembunyi perbendaharaan.”
“Mantra tahlil adalah mantra Ke-Esa-an. Mantra Tauhid. Inilah mantra Ke-Esa-an Wujud; Lautan Wujud sama hakikatnya dengan Air Kehidupan. Ibarat ungkapan kesaksian tidak ada ilah selain Allah (la ilaha illa Allah), demikianlah di mantra ini terungkap kesaksian tidak ada air lain yg tergelar di hamparan Lautan Wujud kecuali Air Kehidupan (Ma’ al-Hayy) yg mengalir dari Sang hidup (al-Hayy). Inilah mantra yg diibaratkan dalam perlambang dinding yg ditegakkan Khidir AS yg di bawahnya tersembunyi perbendaharaan.”
“Mantra nafs al-haqq adalah mantra
rahasia yg tidak bisa diuraikan. Sebab, mantra ini menyangkut Perbendaharaan
Tersembunyi yg terdapat di bawah dinding. Tak ada satu pun di antara makhluk yg
mengetahui keberadaan-NYA, kecuali memang dikehendaki-NYA. Jika Al Qur’an saja
tidak memberikan penjelasan tentang apa sesungguhnya Perbendaharaan, tentunya
manusia tidak boleh menghayal-khayal tentang Perbendaharaan itu. Gambaran Nabi
Musa AS yg berpisah dengan Khidir AS di mantra itu adalah kearifan dari Sang
Pencerita untuk tidak mengungkapkan apa yg tidak dapat dipahami pendengar-NYA.”
Bagi Syekh Siti Jenar, bentuk lafadz
istighfar, shalawat, tasbih, tahlil dan semacamnya sebenarnya lafadz-lafadz yg
menuntut menusi untuk menempuh jalan menuju kemanunggalan. Sehingga
kalimat-kalimat tersebut tidaklah cukup hanya dijadikan ucapan penghias bibir
belaka. Kalimat-kalimat tersebut hakikatnya adalah urat nadi perjalanan rohani
manusia, yg penyelami atasnya dapat membawa ke samudera ma’rifat untuk mengenal
dan mendekati-NYA dan kemudian menghampiri-NYA untuk manunggal dalam keabadian.
Sehingga mantra-mantra dari kalimat itu akan tetap terbawa kesadarannya tetap
mengiringinya dengan senyum menuju Haribaan-NYA. Yakinlah kamu atas nama Allah
maka kamu akan sampai dgn kehendak-NYA…Amin…amin…
Pelaksanaan
Haji Syekh Siti Jenar
Bagi Syekh Siti Jenar, ibadah haji
di al-Haramain merupakan tindakan atau laku ‘abid yg sedang menjalankan ibadah
untuk mengarahkan kiblat kepada Ma’bud. Inilah inti ibadah haji yg menurut
Syekh Siti Jenar akan mampu membawa pencerahan bagi pelaksananya. Haji bukan
semata-mata melaksanakan ihram, thawaf, sa’I, wuquf, bermalam di Muzdalifah dan
Masy’ar al-Haram
dan melempar jumrah secara badani.
Tetapi makna hakiki haji bagi Beliau
adalah peribadatan yg mampu membawa seorang salik mendaki maqam jasadiyah ke
maqam rohaniyah; tindakan manapaki kembali jejak Adam yg terusir dari surga, ke
asal penciptaan yg mulia di antara semua hamba-NYA, yaitu Adam yg kepadanya
seluruh malaikat bersujud dan dibanggakan Rabb-nya karena mengetahui nama-nama serta
berwawansabda dgn al-Khaliq.
Demikian pula dgn Makkah. Bagi
Beliau kota suci ini merupakan tempat meningkatkan kualitas kehidupan
mistiknya. Ka’bah sebagai “pusat kosmik” merupakan tempat khusus memperoleh
pengalaman rohani yg tidak mungkin diperoleh di temapat lain. Perenungan yg
demikian dalam itulah yg kemudian menghasilkan pengalaman spiritual, menuju
puncak ma’rifatullah.
Pengalaman spiritual pertama, Syekh
Siti Jenar mengalami ke fana’-an yg lebih tinggi dibanding pengalaman spiritual
yg sudah lewat. Dalam keadaan fana’-nya itu, ia mengalami pandangan lawami’,
menyaksikan seorang pemuda yg telah sampai kepada tingkatan puncak dalam
pendakian spiritual. Melalui isyarat (pembicaraan dgn bahasa perlambang) dan
al-ima’ (pembicaraan tanpa lisan dan bahasa perlambang), pemuda tersebut
mengungkap jalan menuju-NYA; menembus berbagai tabir hijab dualitas insaniyah
dan Ilahi-yah, memasuki samudera sifat dan Asma Allah. Beliau dituntun menjadi
al-Insan al-Kamil, dimana potensi Roh al-Haqq yg bersemayam dalam Baitul Haram
hati-jiwanya, dioptimalisir bagi eksistensi dirinya di dunia. Jika Roh al-Haqq
ini tidak dioptimalisasikan, maka hakikat manusia hidup adalah hanya sebagai
mayat atau bangkai. Demikian pula jalur ibadah formal yg tidak disertai
kebangkitan Roh al-Haqq, tidak akan memiliki efektivitas apapun, bagi kehidupan
sejati di akhirat kelak.
Roh al-Haqq dari lubuk Abitul Haram
hati itulah yg menjalin relasi dgn Dia (Huwa), yg meniupkan roh-NYA melalui
nafs al-rahman. Melalui jalur itulah akan tersingkap seluruh rahasia keberadaan
al-Haqq (Yang Riil) yg menjadi esensi sekaligus substansi Roh al-Haqq. Jalinan
antara al-Haqq dan Huwa (Dia Yang Mutlak Tak Terbatas) itulah hakikat sejati
dari fana’ fi tauhid; Yang Riil Yang Beragam (farq), manunggal dengan Yang Satu
(Jam’).
Setelah Beliau mengalami pengalaman
puncak spiritual yg dahsyat tsb, kembali terjadi pengalaman kedua. Melalui nur
lawami’ dan fawa’id-nya, ia mengetahui bahwa pemuda yg semula membimbingnya
mengalami pengalaman puncak, tiada lain dan tidak bukan adalah Abu Bakar
al-Shidiq, sahabat etrkasih Rasulullah. Pengalaman pertemuan dgn roh Abu Bakar
itu terjadi dalam kondisi ekstase kesufian, ketika kesadaran jiwanya berada
dalam ‘alam al-khalaq (alam kasatmata)dgn ‘alam al-khayal (alam imajinasi).
Pengalaman ketiga, terjadi ketika
thawaf wada’. Ketika kondisi rohaninya sedang berada dalam ke-fana’-an, ia
merasakan nur dalam dirinya menyatu dgn Nur Muhammad. Dalam pergulatan kalbunya
itu, kemudian ia terbawa dalam situasi yg mencengangkan. Mendadak Ka’bah dan
segala yg disekitarnya lenyap. Ia berada di alam syahadah yg maha-luas, dimana
seluruh tubuhnya memancar Nur. Ia merasakan dan menyatu dgn Nur, sehingga ia
tidak tahu lagi tentang eksistensi dirinya. Antara sadar dan tidak, ia
merasakan al-Haqq yg bersemayam di arsy Baitul Haram hatinya berkata-kata
sendiri, “Ana sirr al-Haqqi wa ma al-Haqq ana, wa ANA AL-HAQQ fa innani ma
ziltu aba wa bi al-Haqqi haqqun.”
Di Makkah beliau telah berhasil
mencapai kemanunggalan. Kini seluruh pandangan beliau telah selalu berada dalam
‘ain al-bashirah, sebagai pengejawantahan dari al-Bashir.
Ketika Syekh Siti Jenar berada di
depan kubur Rasulullah, ia kembali mengalami lintasan-lintasn rohani yg
menakjubkan. Kali ini melalui pandangan al-bashirah-nya, ia dieprtumukan dgn
sosok agung Muhammad SAW, yg mengungkapkan rahasia Nur Muhammad dan wujudiyah
kepada Syekh Siti Jenar, mengungkapkan rahasia kalimat, “Ana min nur Allah wa
khalq kulluhum min nuri.” Demikian pula mengenai rahasia Haqiqah Muhammad, yg
di dalamnya terhadap nama lain Nabi Muhammad, yaitu “Ahmad” itulah yg dimaksud
dalam hadist “ana Ahmadun bi-la mim.” Yg maksudnya adalah “Aku tidak lain
adalah Ahad.” Jadi Nabi Muhammad yg diberi nama semesta “Ahmad” tidak lain
adalah pengejawantahan dari sang “Ahad” sendiri.
Dari pengalaman kemanunggalan yg
dialami di Makkah itu, Syekh Siti Jenar tidak bisa membedakan antara fana’ fi
Allah dan fana’ fi rasul, sebab hakikat dan esensinya sama. Fana’ fi rasul,
melalui rahasia di balik nama “Ahmad”, tidak lain juga fana’ fi al-Ahad.
Langganan:
Postingan (Atom)