Senin, 06 Februari 2017

Selembaran Yang Merindukan Kita


Bisingnya suara musik yang kita mainkan disaat kita berkumpul bersama dalam gigs yang kecil yang membesarkan kita tak menyanggupi untuk menyampaikan insureksi yang hendak disampaikan.. Bagaimana tidak bila arti melawan hanya menjadi khiasan dalam sederetan lirik yang mengkritik saja, karena setiap kata menagih realita untuk dapati makna.
Teringat pertengahan july 2007 silam, dalam sebuah gigs dikota kembang ini beberapa orang dengan kostum hardcore punk membagikan selembaran - selembaran yang isinya provokatif dan menguak kebusukan - kebusukan aparat dan pejabat juga berisikan tentang apa itu anarki, anarkis dan anarkisme..
Selembaran yang menjadi senjata untuk diri kita melawan ketidak adilan, kebusukan pemerintahan negara dan koorporasi yang mencetak setiap kepala menjadi si dungu pecandu hedonisme, ya benar benar selembaran yang dirindukan setiap kepalan..
Semakin tahun berlalu semakin komersil pula gigs yang diselenggarakan, berbalik arah menjadi gigs mainstream yang disponsori berbagai produk koorporasi.. Gigs kecil yang memberi semangat perlawanan dan rasa kebersamaan perlahan sulit dijumpai untuk beberapa tahun sebelum 2012 menjelang, hanya pamflet pamflet gigs ug mainstream yang terpampang didinding jalanan, dengan tema acara yang masih sama sebelum terjamah mainstream namun pada hakikatnya sangatlah busuk..
Hingga 2013 awal ada beberapa zine dan newslatter yang menggugahku untuk kembali menginsureksikan warisan yang kupendam, karena sesuatu yang korup dan menyengsarakan haruslah dilawan, faktanya setiap jiwa menagih tindakan dalam keadaan terdiskriminasi..
Namun tetap saja antusias dalam perihal selembaran itu tak serupa dulu, orang - orang lebih suka melihat selembaran iklan diskon harga dan fhasion kekinian ketimbang informasi tentang keadaan negaranya sendiri, terasa memuakan namun itu tidaklah harus menjadi alasan untuk berhenti berbagi informasi dijalanan..
Mungkin dengan media internet hal hal berbagi informasi serupa dulu bisa dilakukan, namun ingat bahwa dijalanan adalah tempat kita bertarung dan melawan yang sejatinya dengan keringat juga darah yang kita korbankan. Dan kenapa kita harus mendengar racauan mereka yang mencandui hal - hal instan bila kita sadar betul bahwa hal itu hanya akan mengikis kreatifitas dan daya ataupun gaya hidup kita..
Kita harus tetap berdiri meski anak negeri tengah dikebiri tirani, kita harus tetap berlari dari buaian produk koorporasi. Tak perlu berharap panjang umur kamerad, cukup lakukan tugasmu selagi masih ada umur..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar