Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri
Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan
Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami
Sejak lahir sampai dewasa ini
Jadi sangat tepergantung pada budaya
Meminjam uang ke mancanegara
Sudah satu keturunan jangka waktunya
Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula
Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni
Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi
Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini
Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi
Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia
Kita gadaikan sikap bersahaja kita
Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta
Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka
Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita
Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia
Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama
Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia
Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi
Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri
Sambil kepala kita dimakan begini
Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti
Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi
Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni
Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama
Menggigit dan mengunyah teratur berirama
Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi
Dicengkeram kuku negara multi-kolonialis ini
Bagai ikan kekurangan air dan zat asam
Beratus juta kita menggelepar menggelinjang
Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang
Kita menjebakkan diri ke dalam krangkeng budaya
Meminjam kepeng ke mancanegara
Dari membuat peniti dua senti
Sampai membangun kilang gas bumi
Dibenarkan serangkai teori penuh sofistikasi
Kalian memberi contoh hidup boros berasas gengsi
Dan fanatisme mengimpor barang luar negeri
Gaya hidup imitasi, hedonistis dan materialistis
Kalian cetak kami jadi Bangsa Pengemis
Ketika menadahkan tangan serasa menjual jiwa
Tertancap dalam berbekas, selepas tiga dasawarsa
Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percaya
Pada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alami
Kalian lah yang membuat kami jadi begini
Sepatutnya kalian kami giring ke lapangan sepi
Lalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini.
Kamis, 19 Desember 2013
Anarki, Anarkis, Anarkisme dan Anarkistik

Istilah anarki dan anarkis menjadi suatu istilah yang “menonjol” di banyak media massa. Saya memperhatikan bahwa sebagian besar media massa itu, telah menggeserkan makna dalam penggunaan kata anarki dan anarkis. Yah, tulisan ini sekadar mengingatkan kembali makna sebenarnya dari kata anarki dan kata-kata derivatnya.
Cobalah membuka beberapa kamus, seperti kamus Oxford, Kamus Besar Bahasa Indonesia, berbagai kamus Inggris-Indonesia, Kamus Tesaurus dan lain-lain. Maka kita akan menemukan makna kata-kata (anarki dan derivatnya ini) sebagai berikut:
Anarki (dari kata anarchy), artinya ialah suatu keadaan dimana tidak ada kontrol kekuasaan atau hukum atau ketiadaan pemerintah/penguasa.
Sedangkan kata anarkis bermakna orang (anarkis=kata benda/noun, jadi bukan kata sifat) sebagai terjemahan dari kata anarchist, yang artinya penganut faham anarkisme.
Kemudian ada kata anarkik (dari kata anarchic) yang bermakna kurang lebih tindakan atau perilaku dari kaum anarkis.
Selanjutnya ada kata anarkisme (dari anarchism) yang bermakna faham atau ide atau ajaran tentang peniadaan/pembatalan kontrol kekuasaan pada masyarakat/negara, yang oleh kaum anarkis dicitakan untuk mengganti sistem ini dengan sustu sistem voluntir/kesukarelaan, atau faham akan sistem masyarakat berbasis kooperasi.
Sedangkan makna anarkistik, adalah sifat/kondisi atau situasi yang ingin diciptakan oleh faham anarkisme.
JADI, jika di media massa disebutkan istilah demontrasi anarkis, ini bermakna sebuah demontrasi yang dilakukan para anarkis atau para penganut faham anarkisme (sekali lagi, kata anarkis bukan kata sifat, tetapi kata benda/noun).
Jika yang dimaksudkan oleh beberapa media massa adalah demontrasi yang bersifat anarki, maka seharusnya kata yang digunakan adalah anarkistik (anarkistik = bersifat anarki, kata sifat/adjective).
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, arti anarki (noun/kata benda) adalah kehuru-haraan, kekacauan, kerusuhan, keruwetan, dan pemberontakan. Sedangkan arti kata anarkis (noun/kata benda) adalah pemberontak, pengacau, perusuh (jadi anarkis=menunjuk pada orangnya).
Sebenarnya, kesalahan dalam penggunaan kata semacam ini, juga sering kita lakukan dalam istilah/kata optimis dan optimistik. Sering kita tidak mengira bahwa kata/istilah optimis = kata benda/noun, yakni menunjuk pada subjeknya (orangnya). Sedangkan untuk menunjukkan sifatnya, dipakailah kata/istilah optimistik (terjemahan dari optimistic).
"MALU AKU JADI ORANG INDONESIA" - Taufiq Ismail
Ketika di Pekalongan,
SMA kelas tiga Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas,
Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini
Langit langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard,
Geylang Road,
Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue,
Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam,
Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan, senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen, dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat¬sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar¬besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah, ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa, lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng, Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard,
Geylang Road,
Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue,
Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam,
Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
SMA kelas tiga Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas,
Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini
Langit langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard,
Geylang Road,
Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue,
Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam,
Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan, senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen, dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat¬sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar¬besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah, ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa, lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng, Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard,
Geylang Road,
Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue,
Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam,
Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
Immortal Technique - The Poverty of Philosophy
Sebagian besar orang-orang saya Latin dan kulit hitam yang
berjuang untuk mendapatkan makanan, pakaian dan tempat tinggal di tenda
yang begitu peduli dengan itu, yang philosophising tentang kebebasan dan
demokrasi sosialis biasanya sayangnya luar alasan mereka. Mereka tidak
menyadari bahwa Amerika tidak bisa ada tanpa memisahkan mereka dari
identitas mereka, karena jika kita memiliki beberapa arti siapa diri
kita sebenarnya, tidak ada cara di neraka kita akan memungkinkan negara
ini untuk mendorong konsensus pembantaian itu di tanah air kita.
Ketidaktahuan ini ada, tetapi dapat dihancurkan.
Niggas berbicara tentang perubahan dan bekerja dalam sistem untuk mencapai itu. Masalah dengan selalu konformis adalah bahwa ketika Anda mencoba untuk mengubah sistem dari dalam, itu bukan kamu yang perubahan sistem; itu sistem yang pada akhirnya akan mengubah Anda. Biasanya ada yang salah dengan kompromi dalam situasi, tetapi mengorbankan diri sendiri dalam situasi adalah cerita lain sepenuhnya, dan saya telah melihat ini terjadi cukup lama dalam beberapa tahun bahwa saya telah hidup untuk mengetahui bahwa itu adalah masalah serius. Amerika Latin adalah koloni besar negara yang presiden adalah pengecut dalam menghadapi imperialisme ekonomi. Anda lihat, negara-negara dunia ketiga adalah tempat kaya, melimpah sumber daya, dan banyak dari negara-negara ini memiliki kapasitas untuk memberi makan orang-orang mereka kelaparan dan anak-anak kita selalu melihat menggali makanan di sampah di iklan. Tapi plutocracies, dengan kata lain pemerintahan yang dijalankan oleh seperti kaya yang satu ini dan secara tradisional negara-negara Eropa yang menindas, memaksa dunia ketiga untuk membeli mahal, barang-barang yang tidak perlu sementara ekspor porsi besar sumber daya alam mereka.
Aku cukup yakin bahwa orang akan memandang sikap saya dan sentimen dan mencari kemunafikan dan kebencian dalam kata-kata saya. Revolusi saya adalah lahir dari cinta untuk orang-orang saya, bukan kebencian bagi orang lain.
Anda lihat, kebanyakan dari Latin di sini karena inflasi besar yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika di Amerika Latin. Selain itu, banyak yang mencari kehidupan jauh dari demokrasi boneka yang didanai oleh Amerika Serikat; tempat-tempat seperti El Salvador, Guatemala, Peru, Kolombia, Nikaragua, Ekuador dan Republica Dominicana, dan negara tidak hanya berbahasa Spanyol baik, namun Haiti dan Jamaika juga.
Berbeda seperti kita telah diajarkan untuk melihat satu sama lain oleh masyarakat kolonial, kita dalam perjuangan yang sama dan sampai kita menyadari bahwa, kami akan berjuang untuk sisa dari tabel sistem yang telah membuat kami tunduk bukannya diri ditentukan. Dan itulah mengapa kita tidak memiliki kendali atas kapan embargo akan berhenti di Kuba, atau bila bom akan berhenti mampir Vieques.
Tapi Anda lihat, di sini di Amerika sikap yang diumpankan ke kita adalah bahwa di luar Amerika ada orang hidup yang lebih rendah. "Persetan mereka, membiarkan mereka berjuang sendiri." Tidak, Sialan kau, mereka Anda. Tidak peduli seberapa banyak Anda ingin mewarnai rambut Anda pirang dan menempatkan mata palsu, atau mengikuti standar anoreksia keindahan, atau tidak peduli berapa banyak berlian Anda membeli dari orang-orang yang mengeksploitasi sendiri brutal untuk mendapatkan mereka, tidak peduli apa jenis mobil Anda mengemudi atau jenis pakaian mewah Anda memakai, Anda tidak akan pernah menjadi mereka. Mereka selalu akan melihat Anda sebagai apa-apa selain monyet kecil. Saya lebih akan bangga dari apa yang saya, daripada putus asa mencoba untuk menjadi sesuatu yang saya benar-benar tidak, hanya untuk menyesuaikan diri Dan apakah kita ingin menerima atau tidak, itulah yang budaya atau kurangnya budaya makan kita .
Aku ingin kehidupan yang lebih baik bagi keluarga saya dan anak-anak saya, tetapi tidak harus dengan mengorbankan jutaan nyawa di tanah air saya. Kami diberi tahu bahwa jika kita tidak memiliki orang-orang untuk mengeksploitasi maka Amerika tidak akan cukup kaya untuk membiarkan kita memiliki hal-hal materi remeh dalam kehidupan kita dan standar dasar hidup. Tidak, itu salah. Ini raksasa bisnis dan pejabat pemerintah yang membuat semua uang riil. Kami memiliki apa pun yang mereka menendang ke kami. Musuh saya bukan orang kulit putih rata-rata, itu bukan anak bawah blok atau anak-anak saya lihat di jalan; musuh saya adalah orang kulit putih saya tidak melihat: orang-orang di rumah putih, pemilik perusahaan monopoli, palsu politisi liberal mereka adalah musuh saya. Para jenderal dari tentara yang kebanyakan konservatif mereka adalah nyata Ibu-fuckers bahwa saya perlu membawa ke, bukan miskin, bangkrut negara-pantat tentara itu terlalu bodoh untuk tahu apa-apa tentang cara hal-hal yang ditetapkan.
Bahkan, saya memiliki lebih banyak kesamaan dengan orang kulit putih kebanyakan pekerja dan kelas menengah daripada aku lakukan dengan orang kulit hitam dan Latin yang paling kaya. Sebanyak rasisme berdarah Amerika, kita perlu memahami kelasisme itu adalah masalah nyata. Banyak dari kita berada dalam perahu yang sama dan itu tenggelam, sementara ini lilin Ibu-fuckers naik sebuah kapal mewah, dan selama kita terus berjuang selama menendang orang keluar dari perahu kecil kita semua, kita akan ketinggalan kesempatan untuk mendapatkan standar hidup yang lebih baik secara keseluruhan.
Dengan kata lain, saya tidak ingin melarikan diri dari perkebunan Aku ingin kembali, bebas semua orang saya, menggantung Ibu-Bangsat yang membuat saya ada dan membakar rumah ke tanah dewa sialan. Saya ingin mengambil alih Encomienda dan memberikan kembali ke orang-orang yang mengerjakan lahan tersebut.
Anda tidak dapat mengubah masa lalu tetapi Anda dapat membuat masa depan, dan siapa saja yang memberitahu Anda berbeda adalah setan sialan lesu. Saya tidak melihat tanda Latin sedikit dan orang kulit hitam di mata publik sebagai beberapa jenis prestasi bagi orang-orang saya sebagai keseluruhan. Kebanyakan dari orang-orang sukses adalah menjual-out dan Negros rumah.
Tapi, saya tidak menganggap saudara menjual-out jika mereka keluar dari ghetto. Kemiskinan tidak ada hubungannya dengan orang-orang kita. Ini bukan dalam budaya kita menjadi miskin. Itu hanya menjadi 500 tahun terakhir dari sejarah kita, melihat 2000 tahun terakhir dari keberadaan kita dan apa yang kita dibawa ke dunia dalam hal ilmu pengetahuan, matematika, pertanian dan bentuk pemerintahan. Kau tahu ide konfederasi provinsi di mana satu pemerintah federal kontrol negara? Orang-orang Eropa yang datang ke negara ini mencuri ide itu dari LEAGUE Iroquois. Ide impeaching penguasa berasal dari tradisi Aztec. Itu sebabnya Montezuma dilempari batu sampai mati oleh menyebabkan orang sendiri "ia mewakili agenda Spanyol putih setelah ia ditangkap, bukan orang-orang Aztec yang akan menjadi orang Meksiko.
Jadi dalam kesimpulan, aku tidak akan memilih siapapun hanya karena mereka hitam atau Latin mereka harus benar-benar mewakili masyarakat dan mewakili apa yang baik bagi kita semua kaum proletar.
Porque sino entonces por el te Mando carajo cabron gusano hijo de puta, seramos gratis pronto, viva la Revolucion, VIVA LA Revolucion!
Niggas berbicara tentang perubahan dan bekerja dalam sistem untuk mencapai itu. Masalah dengan selalu konformis adalah bahwa ketika Anda mencoba untuk mengubah sistem dari dalam, itu bukan kamu yang perubahan sistem; itu sistem yang pada akhirnya akan mengubah Anda. Biasanya ada yang salah dengan kompromi dalam situasi, tetapi mengorbankan diri sendiri dalam situasi adalah cerita lain sepenuhnya, dan saya telah melihat ini terjadi cukup lama dalam beberapa tahun bahwa saya telah hidup untuk mengetahui bahwa itu adalah masalah serius. Amerika Latin adalah koloni besar negara yang presiden adalah pengecut dalam menghadapi imperialisme ekonomi. Anda lihat, negara-negara dunia ketiga adalah tempat kaya, melimpah sumber daya, dan banyak dari negara-negara ini memiliki kapasitas untuk memberi makan orang-orang mereka kelaparan dan anak-anak kita selalu melihat menggali makanan di sampah di iklan. Tapi plutocracies, dengan kata lain pemerintahan yang dijalankan oleh seperti kaya yang satu ini dan secara tradisional negara-negara Eropa yang menindas, memaksa dunia ketiga untuk membeli mahal, barang-barang yang tidak perlu sementara ekspor porsi besar sumber daya alam mereka.
Aku cukup yakin bahwa orang akan memandang sikap saya dan sentimen dan mencari kemunafikan dan kebencian dalam kata-kata saya. Revolusi saya adalah lahir dari cinta untuk orang-orang saya, bukan kebencian bagi orang lain.
Anda lihat, kebanyakan dari Latin di sini karena inflasi besar yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika di Amerika Latin. Selain itu, banyak yang mencari kehidupan jauh dari demokrasi boneka yang didanai oleh Amerika Serikat; tempat-tempat seperti El Salvador, Guatemala, Peru, Kolombia, Nikaragua, Ekuador dan Republica Dominicana, dan negara tidak hanya berbahasa Spanyol baik, namun Haiti dan Jamaika juga.
Berbeda seperti kita telah diajarkan untuk melihat satu sama lain oleh masyarakat kolonial, kita dalam perjuangan yang sama dan sampai kita menyadari bahwa, kami akan berjuang untuk sisa dari tabel sistem yang telah membuat kami tunduk bukannya diri ditentukan. Dan itulah mengapa kita tidak memiliki kendali atas kapan embargo akan berhenti di Kuba, atau bila bom akan berhenti mampir Vieques.
Tapi Anda lihat, di sini di Amerika sikap yang diumpankan ke kita adalah bahwa di luar Amerika ada orang hidup yang lebih rendah. "Persetan mereka, membiarkan mereka berjuang sendiri." Tidak, Sialan kau, mereka Anda. Tidak peduli seberapa banyak Anda ingin mewarnai rambut Anda pirang dan menempatkan mata palsu, atau mengikuti standar anoreksia keindahan, atau tidak peduli berapa banyak berlian Anda membeli dari orang-orang yang mengeksploitasi sendiri brutal untuk mendapatkan mereka, tidak peduli apa jenis mobil Anda mengemudi atau jenis pakaian mewah Anda memakai, Anda tidak akan pernah menjadi mereka. Mereka selalu akan melihat Anda sebagai apa-apa selain monyet kecil. Saya lebih akan bangga dari apa yang saya, daripada putus asa mencoba untuk menjadi sesuatu yang saya benar-benar tidak, hanya untuk menyesuaikan diri Dan apakah kita ingin menerima atau tidak, itulah yang budaya atau kurangnya budaya makan kita .
Aku ingin kehidupan yang lebih baik bagi keluarga saya dan anak-anak saya, tetapi tidak harus dengan mengorbankan jutaan nyawa di tanah air saya. Kami diberi tahu bahwa jika kita tidak memiliki orang-orang untuk mengeksploitasi maka Amerika tidak akan cukup kaya untuk membiarkan kita memiliki hal-hal materi remeh dalam kehidupan kita dan standar dasar hidup. Tidak, itu salah. Ini raksasa bisnis dan pejabat pemerintah yang membuat semua uang riil. Kami memiliki apa pun yang mereka menendang ke kami. Musuh saya bukan orang kulit putih rata-rata, itu bukan anak bawah blok atau anak-anak saya lihat di jalan; musuh saya adalah orang kulit putih saya tidak melihat: orang-orang di rumah putih, pemilik perusahaan monopoli, palsu politisi liberal mereka adalah musuh saya. Para jenderal dari tentara yang kebanyakan konservatif mereka adalah nyata Ibu-fuckers bahwa saya perlu membawa ke, bukan miskin, bangkrut negara-pantat tentara itu terlalu bodoh untuk tahu apa-apa tentang cara hal-hal yang ditetapkan.
Bahkan, saya memiliki lebih banyak kesamaan dengan orang kulit putih kebanyakan pekerja dan kelas menengah daripada aku lakukan dengan orang kulit hitam dan Latin yang paling kaya. Sebanyak rasisme berdarah Amerika, kita perlu memahami kelasisme itu adalah masalah nyata. Banyak dari kita berada dalam perahu yang sama dan itu tenggelam, sementara ini lilin Ibu-fuckers naik sebuah kapal mewah, dan selama kita terus berjuang selama menendang orang keluar dari perahu kecil kita semua, kita akan ketinggalan kesempatan untuk mendapatkan standar hidup yang lebih baik secara keseluruhan.
Dengan kata lain, saya tidak ingin melarikan diri dari perkebunan Aku ingin kembali, bebas semua orang saya, menggantung Ibu-Bangsat yang membuat saya ada dan membakar rumah ke tanah dewa sialan. Saya ingin mengambil alih Encomienda dan memberikan kembali ke orang-orang yang mengerjakan lahan tersebut.
Anda tidak dapat mengubah masa lalu tetapi Anda dapat membuat masa depan, dan siapa saja yang memberitahu Anda berbeda adalah setan sialan lesu. Saya tidak melihat tanda Latin sedikit dan orang kulit hitam di mata publik sebagai beberapa jenis prestasi bagi orang-orang saya sebagai keseluruhan. Kebanyakan dari orang-orang sukses adalah menjual-out dan Negros rumah.
Tapi, saya tidak menganggap saudara menjual-out jika mereka keluar dari ghetto. Kemiskinan tidak ada hubungannya dengan orang-orang kita. Ini bukan dalam budaya kita menjadi miskin. Itu hanya menjadi 500 tahun terakhir dari sejarah kita, melihat 2000 tahun terakhir dari keberadaan kita dan apa yang kita dibawa ke dunia dalam hal ilmu pengetahuan, matematika, pertanian dan bentuk pemerintahan. Kau tahu ide konfederasi provinsi di mana satu pemerintah federal kontrol negara? Orang-orang Eropa yang datang ke negara ini mencuri ide itu dari LEAGUE Iroquois. Ide impeaching penguasa berasal dari tradisi Aztec. Itu sebabnya Montezuma dilempari batu sampai mati oleh menyebabkan orang sendiri "ia mewakili agenda Spanyol putih setelah ia ditangkap, bukan orang-orang Aztec yang akan menjadi orang Meksiko.
Jadi dalam kesimpulan, aku tidak akan memilih siapapun hanya karena mereka hitam atau Latin mereka harus benar-benar mewakili masyarakat dan mewakili apa yang baik bagi kita semua kaum proletar.
Porque sino entonces por el te Mando carajo cabron gusano hijo de puta, seramos gratis pronto, viva la Revolucion, VIVA LA Revolucion!
Making Punk A Threat Again by Herry "Ucok" Sutresna
Sebelum saya berpanjang-panjang menulis posting tak penting ini, saya nyatakan dulu satu hal yang pasti: saya seperti kawan-kawan kebanyakan, tak sepakat dengan fenomena razia, pemukulan, penggundulan dan bentuk pelecehan lainnya yang dilakukan oleh polisi syariah di Aceh. Tak ada manusia yang layak diperlakukan demikian hanya karena stigma yang datang dari penampakan dan perilaku yang tidak sesuai -konon- dengan adat/norma setempat.
Tapi ada beberapa catatan yang baiknya saya mulai dengan yang pertama; kasus ini tidak sesederhana yang media gembar-gemborkan. Ada kompleksitas tersendiri dimana sulit dipahami oleh awam yang tidak sempat berada di dalam scene punk dimanapun. Tidak juga oleh Propagandhi atau Rancid yang memberikan pernyataan mereka. Indikator sederhananya sebut saja satu; Tidak adanya aksi solidaritas di tataran Aceh juga menimbulkan pertanyaan. Banyak faktor memang, kondisi yang tak memungkinkan misalnya. Namun dari perbincangan dengan beberapa kawan, nampaknya faktor keterasingan komunikasi dan ketidakkesepakatan atas aksi-aksi kultural komunitas lah yang menjadi penyebab.
Saya yakin, terdapat banyak kawan-kawan Punk di Aceh sana sejak rejim Suharto berakhir, bahkan saya yakin scene di Aceh sudah mulai ada dan luar biasa aktif di penghujung 90-an dan awal 2000-an. Tidak hanya karena keadaan tidak mengizinkan lalu mereka tidak melakukan sesuatu, apalagi hanya sekedar aksi solidaritas. Jika dahulu tidak pernah ada masalah dengan masyarakat lalu mengapa tidak juga sekarang? Oke, faktor polisi syariah, tapi saya yakin bukan hanya itu. Pasti ada sesuatu. Paling tidak saya bisa berkaca pada keadaan di kota kami sendiri dimana ‘Punk’ bukan lagi sesuatu yang harus dibela sebagai identitas, namun lebih sebagai semangat. Banyak kawan-kawan yang tidak mengidentikkan lagi ‘punk’ sebagai identitas sejak penampakan itu dipakai dengan sesuatu yang tidak kami sepakati, mulai dari mohawk yang menjadi trend fashion yang ngga banget (band-nya Ahmad Dhani misalnya) hingga wujud ‘punk’ yang berkeliaran disudut kota sebagai pengamen (sejak kapan punk meminta belas kasihan?) dan memalak orang, apatis terhadap pergulatan komunitas sekitarnya, termasuk menjadi fasis geng yang sungguh sama sekali tidak ‘punk’. Saya tidak bilang kondisi di sana serupa, namun yang pasti ada jarak pada pemaknaan aktivitas diantara kawan-kawan yang aktif dengan makna ‘punk’ satu dan makna ‘punk’ lainnya.
Catatan lainnya cukup mengagetkan sebenarnya, mengingat ini terjadi pada komunitas yang mengidentifikasikan diri dengan kata dan makna ‘PUNK’. Catatan yang agaknya perlu sama-sama kita renungkan mengingat menjadi ‘punk’ adalah sebuah pilihan yang bukan tanpa resiko apapun makna yang kalian tempelkan disitu. Dimana pilihan itu sudah seharusnya datang dengan konsekuensi yang sudah diperkirakan, dimana -layaknya sebuah pilihan- harus dipertahankan oleh mereka-mereka yang yakin dengan pilihannya. Sehingga menjadi cengeng saat konsekuensi itu datang sangatlah aneh.
Lepas dari beberapa catatan usai berkomunikasi dengan beberapa kawan di Aceh sana perihal fenomena ini, ada sesuatu yang agak absurd. Lagi-lagi dengan catatan; ini terjadi dengan mereka yang mengaku ‘punk’, bukan sebuah ke-profesian khusus lain (misalnya tukang baso) yang tidak ada makna-makna pembangkangan khusus melekat didirinya.
Pertama; Saya tak melihat adanya perlawanan signifikan dari mereka yang di-razia plus plus itu kemarin. Pada sebuah potret mereka digunduli, dimasukan ke kolam dengan nerimo. Cukup aneh sebagai penerimaan atas nasib, bukankah kawan-kawan sudah seharusnya melawan jika memang itu semua adalah pilihan hidup yang kalian pilih, bukankah kawan-kawan sepakat bahwa hidup kalian adalah milik kalian yang tak ada seorangpun bisa mendiktenya kecuali tentunya kawan menjadi punk hanya pilihan dilematis dari sedikitnya pilihan menjadi diri sendiri. Mungkin saya salah, mungkin kawan-kawan disana melawan seadanya, namun saya melihat kawan-kawan masih sehat walafiat, masih bisa berdiri dan, ajaibnya, rela masuk kamp rehabilitasi. Jika konon menjadi diri sendiri itu sama pentingnya dengan mempertahankan isi perut, mengapa untuk sekedar kebebasan berekspresi yang melekat pada tubuh kawan-kawan disana tidak bisa mencontoh mereka yang berjuang hidup mati untuk isi perut mereka. Dari Kebumen hingga Mesuji bertebaran tauladan bagaimana mempertahankan sesuatu yang berarti penting bagi hidup kita. Kecuali memang arti itu tak sepenting yang kita perkirakan.
Catatan terakhir; soal respon ‘punk’ yang sungguh pula aneh untuk ukuran scene yang besar dengan tradisi melawan otoritas. Melakukan aksi solidaritas itu penting. Berguna untuk menunjukkan eksistensi dan simpati lintas komunitas dan mengirim sinyal kepada mereka yang ditahan bahwa mereka tidak sendirian. Namun melakukan aksi yang mirip aksi-aksi usang ala mahasiswa, dengan mendatangi kantor kepolisian atau simbol-simbol kekuasaan, lengkap dengan statement seolah mereka adalah institusi yang layak diakui adalah sesuatu yang absurd. Jika letak pentingnya aksi solidaritas hanya untuk mengakui betapa pentingnya mereka sehingga harus kita datangi sekalipun untuk kita protes, maka sama artinya kita mengakui bahwa eksistensi kita berada ditangan mereka dan kita memelas meminta mereka untuk tidak berlaku tidak adil pada kita. Secara tidak langsung menunjukkan pada khalayak seolah perubahan akan terjadi jika kita memintanya pada otoritas. Sesuatu yang sama-sama kita sepakati sejak lama; tak akan pernah terjadi.
Bukankah selalu ada alternatif lain selain mendatangi otoritas dan meminta mereka berhenti melakukan pelanggaran? dan siapa pula target (aksi) komunikasi kita? apakah otoritas? atau masyarakat lain yang sebenarnya lebih layak kita ajak dialog perihal eksistensi kita (jika memang inti aksi ini melempar wacana soal perbedaan).
Yang paling menggelikan adalah aksi seminggu kemarin yang terjadi di Bandung, dimana sekelompok ‘anak punk’ (ow em ji!!!, i hate that fukkin term!!!) mendatangi Polresta dengan statement-statement yang oxymoron. Mulai dari penamaan elemen aksi mereka; Masyarakat Punk Bandung (oh dewa marmot, ampuni kami!!) hingga pernyataan kepada kepolisian seolah punk memelas untuk dimengerti; “Kami hanya pakaian dan rambut yang dinilai urakan. Hati dan perilaku tetap santun dan soleh.” , cmon dude, do you really have to say that to fukkin cops???
Meminta masyarakat Bandung tidak terlalu apriori terhadap komunitas ‘punk’ pun sama oxymoron-nya. Karena penerimaan tidak terletak pada kata-kata, namun pada pembuktian dari hari ke hari dimana komunitas terlibat dalam pergulatan masyarakat dalam membangun pilar-pilar kehidupan bersama. Berkoar-koar berteriak didepan masyarakat tentang bagaimana hebatnya punk, tidak membuat kalian menjadi punk dan kemudian diterima diluar sana. Buatlah band, buat gigs, rilis rekaman kalian, buatlah zine dan media kalian sendiri, berjejaringlah, jaga teman kiri-kanan dan keluarga kalian, bangun kemandirian komunal, organisirlah komunitas kalian, bergabunglah dengan mereka yang tidak beruntung di hidup ini, lawan otoritas yang menindas tanpa pandang bulu, bersenang-senanglah dengan passion kalian. Meski diluar sana kenyataan tak sesederhana itu, tapi paling tidak; at least those are things that make you punks. Berhentilah mengemis legalitas dan penerimaan. Respect is not a gift, its something you earn.
Terakhir, mengutip orasi sang orator lapangan; “Silakan bapak polisi geledah tas anak Punk. Tak sedikit dari mereka isinya sajadah dan kopiah untuk alat sholat. Kami masih berfikiran sehat, pak polisi,” tegasnya. Wait the fuck up…!!! jadi dengan kata lain mereka yang tak memiliki alat sholat itu tidak berfikiran sehat dan layak diperlakukan tidak adil? Lagipula -tanpa mengesampingkan fakta banyak kawan-kawan yang relijius, bukankah simbol-simbol ‘kepribadian berakhlak’ ala maisntream adalah sesuatu yang kita lawan? Bukankah inti menjadi punk itu mengingatkan kita untuk meyakini pilihan kita sendiri? apapun itu, relijius atau tidak, stand up for what you believe in!
Apapun yang kawan-kawan yakini, jalani keyakinan kalian dengan kepala tegak. Tak ada aturan bahwa menjadi punk harus menjadi atheis, jadi jalani lorong spiritualitas kalian, peduli setan apapun yang orang katakan. Begitu pula sebaliknya, jika kalian yakin bahwa menjalani hidup tanpa keimanan bisa menjadikan kalian nyaman dengan apa yang kalian hadapi, mengapa pula harus mendengar petuah yang kalian sendiri tak yakini, termasuk masuk ke kamp rehabilitasi. Diluar sana, gonjang-ganjing ini mengerucut pada debat tak berujung dan stigmatisasi baik pada ‘Punk’ maupun ‘Islam’ (yang direpresentasikan polisi syariah). Jangan terperangkap di wilayah itu, menjadi punk bukan kriminal, dan tidak pula menjadi seorang muslim yang di beberapa pojokan diluar sana diperlakukan mirip kasus di Aceh. (Beberapa situs diskriminatif anti-toleransi mempergunakan isu Punk Aceh ini untuk mendiskreditkan Islam). Selama menjadi minoritas, akan selalu ada waktu dimana kalian melewati hari-hari cadas. Yang pasti sekali lagi; menjadi cengeng sama sekali tidak punk dalam menerima konsekuensi. Fight for it.
Akhirul kalam, mengemis penerimaan pada otoritas bukanlah sesuatu yang menyebabkan punk eksis di muka bumi. Now i sound too politicaly-correct, But fuck it, Lets make punk a threat again. Up the punx!
A.C.A.B
Skip basa-basi, berikut adalah poin-poin respon terhadap beberapa hal yang perlu saya tambahkan pasca tulisan ini dirilis:
1. Saya tak habis pikir jika ada yang beropini bahwa saya membuat banyak aturan dan kemudian menyuruh saya diam. Seperti layaknya fanzine, blog ini merupakan blog pribadi, bukan portal umum. Semua yang ditulis disini merupakan perspektif personal, ditulis di blog personal. Bukan kotbah sejuta umat pada media massa satu channel yang siap mencuci banyak otak. Oleh karenanya saya tak punya kepentingan untuk mengedit komen-komen atau bahkan menghapusnya. Perdebatan adalah bagian dari tulisan saya kemaren, sesampah apapun itu. Jadi, komentar yang menyuruh orang-orang berhenti berdebat atau diam di ruang yang bukan milik kalian itu sama sekali tak ada gunanya, meski memang saya tak akan menghapus atau mengedit komen-komen bernada seperti itu. Jika kalian tak menyukai banyak hal yang saya tulis di sini, sudah seharusnya kalian membuat media kalian sendiri dan menulis pendapat kalian tentang apapun yang kalian suka disana. Jika kalian membenci saya atau apapun yang saya tulis, tak seharusnya kalian mampir disini dan pergunakanlah waktu berharga kalian untuk hal-hal lain yang lebih penting. Sesederhana itu.
2. Pendapat itu seperti lubang pantat. Sebau apapun, setiap orang punya satu. Saya tidak pernah mengklaim sebagai yang paling benar, dan tidak pernah berniat membuat sebuah daftar FAQ tentang Punk atau kitab suci punk karena memang tak akan pernah ada. Punk selalu personal, oleh karenanya tak pernah ada yang seragam. Justu karena individualisme punk itulah saya menulis opini saya tentang sesuatu (dalam hal ini perihal aparat), sekali lagi, di blog saya sendiri. Yang saya tulis merupakan pandangan politik yang seperti layaknya berjuta opini diluar sana, beberapa orang sepakat, beberapa lain tidak.
3. Saya besar bersama Punk yang saya ketahui. Sedikit banyaknya berjasa membentuk dan membuat saya sampai di hari ini. Dan satu-satunya kontribusi balik saya bagi Punk adalah berbagi nilai-nilai yang saya pahami dan sepakati dengan beberapa lainnya. Senihil apapun makna itu hari ini. Saya kadung yakin bahwa punk bukan sekedar pilihan selera musik. Yang saya tekankan pada tulisan kemarin adalah soal prinsip non-kooperasi dengan aparat. Bukan hal lain. Saya tak punya hak mengganggu gugat bagaimana seharusnya mereka memainkan musik, harus bersuara seperti apa musik mereka, atau harus terlihat seperti apa mereka. Thats pointless. Kebebasan berekspresi sudah seharusnya mutlak milik mereka dan tak penting dipersoalkan dengan prinsip punk yang saya pahami tentang otoritas. Saya tak paham juga mengapa isu belok jadi soal debat apakah punk itu boleh bernuansa pop atau tidak. Atau isu ‘hiphop’ mengadu domba ‘punk’ yang sungguh terdengar menggelikan di era seperti sekarang dengan scene yang berjalan sejauh ini. Bagaimana bisa seseorang menghembuskan isu gogon sedangkal dan sehina itu?
4. Isu tentang mereka bermain di acara polisi sudah menjadi bahan perbincangan dimana-mana sejak hari Senin (2/07), di tangkringan dimanapun dengan nada dan sentimen yang sama sebelum saya menulisnya di blog pada hari kamis (5/07). Tuduhan bahwa saya yang mengakibatkan semua isu punk aparat ini sama sekali mengada-ada, apalagi isu niatan menghancurkan ‘karir’ sebuah band. Sebuah band dengan basis fans sebesar Rosemary tak akan runtuh oleh sebuah tulisan pendek di blog kecil di samudra informasi seperti hari ini. Satu-satunya yang saya harapkan untuk runtuh adalah keyakinan kalian menggantungkan hidup pada otoritas korup.
5. Saya dan Gatot (personil Rosemary) bertemu dan berbicara beberapa hari kemarin. Yang tak banyak orang paham bahwa kami berteman. Sulit untuk tidak saling kenal di scene di kota sekecil Bandung terutama dengan teman mutual kami sebanyak itu. Seperti mengenal banyak kawan lainnya, sebuah kehormatan pernah berkenalan dengan orang seperti Gatot dimana kami bisa bertukar pikiran, argumen dan pandangan. Perbedaan tak perlu disamakan, toh jalan yang kami tempuh tak sama. Tapi bukan artinya kami tak bisa berteman apalagi sekedar nangkring di parkiran dan berbagi kopi, meski Gatot tak suka kopi. Yang tak saya paham, bagaimana bisa artikel kecil soal prinsip non-kooperatif dengan aparat bisa berujung pada isu gosip murahan tentang saya yang menantang tarung fisik personil Rosemary? Menyebarluaskan fitnah tentang hal-hal yang bahkan tak saya tulis di artikel itu. In the end of the days, we’re just regular guys who walk the walk, talk the talk. Saya jalan dengan keyakinan saya, ia dengan prinsipnya. Kadang di satu titik bersinggungan, di titik lain berjarak. Rosemary tentu berhak membuat (atau tidak membuat) pernyataan mereka sendiri di media milik mereka sendiri. Mereka berhak menjelaskan apapun, mengklarifikasi apapun soal acara itu bahkan mentertawakan apa yang saya tulis sesuka mereka. Yang pasti apapun yang mereka tulis tak akan merubah pendapat saya tentang Gatot sebagai teman baik, juga tak akan merubah pendapat saya perihal prinsip non-kooperatif dengan aparat.
6. Isu ini berangsur menjadi menjijikan seperti gosip tabloid. Isu krusial tentang otoritas dilibas oleh isu-isu sampingan yang malah sama sekali tidak penting. Ketika sebuah gagasan tak lagi bisa memprovokasi diskusi sudah saatnya disudahi. Time to put action where your mouth is and practice what you preach.
7. Life goes on. Now, move on.
Post-Script By Herry "Ucok" Sutresna a.k.a.
1. Saya tak habis pikir jika ada yang beropini bahwa saya membuat banyak aturan dan kemudian menyuruh saya diam. Seperti layaknya fanzine, blog ini merupakan blog pribadi, bukan portal umum. Semua yang ditulis disini merupakan perspektif personal, ditulis di blog personal. Bukan kotbah sejuta umat pada media massa satu channel yang siap mencuci banyak otak. Oleh karenanya saya tak punya kepentingan untuk mengedit komen-komen atau bahkan menghapusnya. Perdebatan adalah bagian dari tulisan saya kemaren, sesampah apapun itu. Jadi, komentar yang menyuruh orang-orang berhenti berdebat atau diam di ruang yang bukan milik kalian itu sama sekali tak ada gunanya, meski memang saya tak akan menghapus atau mengedit komen-komen bernada seperti itu. Jika kalian tak menyukai banyak hal yang saya tulis di sini, sudah seharusnya kalian membuat media kalian sendiri dan menulis pendapat kalian tentang apapun yang kalian suka disana. Jika kalian membenci saya atau apapun yang saya tulis, tak seharusnya kalian mampir disini dan pergunakanlah waktu berharga kalian untuk hal-hal lain yang lebih penting. Sesederhana itu.
2. Pendapat itu seperti lubang pantat. Sebau apapun, setiap orang punya satu. Saya tidak pernah mengklaim sebagai yang paling benar, dan tidak pernah berniat membuat sebuah daftar FAQ tentang Punk atau kitab suci punk karena memang tak akan pernah ada. Punk selalu personal, oleh karenanya tak pernah ada yang seragam. Justu karena individualisme punk itulah saya menulis opini saya tentang sesuatu (dalam hal ini perihal aparat), sekali lagi, di blog saya sendiri. Yang saya tulis merupakan pandangan politik yang seperti layaknya berjuta opini diluar sana, beberapa orang sepakat, beberapa lain tidak.
3. Saya besar bersama Punk yang saya ketahui. Sedikit banyaknya berjasa membentuk dan membuat saya sampai di hari ini. Dan satu-satunya kontribusi balik saya bagi Punk adalah berbagi nilai-nilai yang saya pahami dan sepakati dengan beberapa lainnya. Senihil apapun makna itu hari ini. Saya kadung yakin bahwa punk bukan sekedar pilihan selera musik. Yang saya tekankan pada tulisan kemarin adalah soal prinsip non-kooperasi dengan aparat. Bukan hal lain. Saya tak punya hak mengganggu gugat bagaimana seharusnya mereka memainkan musik, harus bersuara seperti apa musik mereka, atau harus terlihat seperti apa mereka. Thats pointless. Kebebasan berekspresi sudah seharusnya mutlak milik mereka dan tak penting dipersoalkan dengan prinsip punk yang saya pahami tentang otoritas. Saya tak paham juga mengapa isu belok jadi soal debat apakah punk itu boleh bernuansa pop atau tidak. Atau isu ‘hiphop’ mengadu domba ‘punk’ yang sungguh terdengar menggelikan di era seperti sekarang dengan scene yang berjalan sejauh ini. Bagaimana bisa seseorang menghembuskan isu gogon sedangkal dan sehina itu?
4. Isu tentang mereka bermain di acara polisi sudah menjadi bahan perbincangan dimana-mana sejak hari Senin (2/07), di tangkringan dimanapun dengan nada dan sentimen yang sama sebelum saya menulisnya di blog pada hari kamis (5/07). Tuduhan bahwa saya yang mengakibatkan semua isu punk aparat ini sama sekali mengada-ada, apalagi isu niatan menghancurkan ‘karir’ sebuah band. Sebuah band dengan basis fans sebesar Rosemary tak akan runtuh oleh sebuah tulisan pendek di blog kecil di samudra informasi seperti hari ini. Satu-satunya yang saya harapkan untuk runtuh adalah keyakinan kalian menggantungkan hidup pada otoritas korup.
5. Saya dan Gatot (personil Rosemary) bertemu dan berbicara beberapa hari kemarin. Yang tak banyak orang paham bahwa kami berteman. Sulit untuk tidak saling kenal di scene di kota sekecil Bandung terutama dengan teman mutual kami sebanyak itu. Seperti mengenal banyak kawan lainnya, sebuah kehormatan pernah berkenalan dengan orang seperti Gatot dimana kami bisa bertukar pikiran, argumen dan pandangan. Perbedaan tak perlu disamakan, toh jalan yang kami tempuh tak sama. Tapi bukan artinya kami tak bisa berteman apalagi sekedar nangkring di parkiran dan berbagi kopi, meski Gatot tak suka kopi. Yang tak saya paham, bagaimana bisa artikel kecil soal prinsip non-kooperatif dengan aparat bisa berujung pada isu gosip murahan tentang saya yang menantang tarung fisik personil Rosemary? Menyebarluaskan fitnah tentang hal-hal yang bahkan tak saya tulis di artikel itu. In the end of the days, we’re just regular guys who walk the walk, talk the talk. Saya jalan dengan keyakinan saya, ia dengan prinsipnya. Kadang di satu titik bersinggungan, di titik lain berjarak. Rosemary tentu berhak membuat (atau tidak membuat) pernyataan mereka sendiri di media milik mereka sendiri. Mereka berhak menjelaskan apapun, mengklarifikasi apapun soal acara itu bahkan mentertawakan apa yang saya tulis sesuka mereka. Yang pasti apapun yang mereka tulis tak akan merubah pendapat saya tentang Gatot sebagai teman baik, juga tak akan merubah pendapat saya perihal prinsip non-kooperatif dengan aparat.
6. Isu ini berangsur menjadi menjijikan seperti gosip tabloid. Isu krusial tentang otoritas dilibas oleh isu-isu sampingan yang malah sama sekali tidak penting. Ketika sebuah gagasan tak lagi bisa memprovokasi diskusi sudah saatnya disudahi. Time to put action where your mouth is and practice what you preach.
7. Life goes on. Now, move on.
Post-Script By Herry "Ucok" Sutresna a.k.a.
Rabu, 18 Desember 2013
Catatan kecil Wildan "Mareng" Syamsulidin Untuk South United
Berangkat
dari sebuah gagasan untuk mempersatukan Band-Band Underground Bandung
Selatan, khususnya Band Punk South United Fest 1 memberikan titik terang
dan awal pergerakan yang pernah hilang sejak tahun 2000an,ketika
Uderground mulai bergema di Bandung Selatan sekitar tahun 1997an, ketika
Acara acara Underground banyak di gelar diberbagai tempat, adalah Gor
Saparua!!!tempat berkumpul bagi Grounder seluruh Bandung, di era 1997an
seakan wajib untuk datang di basis (Gor saparua) bagi Under Ground
Bandung.Keparat, Turtle Jr, Sendal Jepit, Burger kill, Jeruji, Jasad,
Dajjal, dll adalah band band yang dibesarkan di Gor Saparua Bandung,
Dari Bandung Selatan? mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Band yang
pertama yang merasakan hingar bingarnya dan menginjakan kakinya di Stage
Gor Saparua, adalah Sub Chaos Band Punk dari Banjaran, setelah itu
Effigy.Tidak bisa di pungkiri bahwa Banjaran adalah sebagai Center
Underground Bandung Selatan dan hal ini diakui oleh Grounder Bandung,
Alun-alun Banjaran, Gunung Puntang adalah Gigs Underground pada saat
itu, Dajjal, Burger kill, Noise damage, Dislaw, Virus, Band-band besar
yang pernah Main di Banjaran. sekitar tahun 2002 Underground mati suri
karena karena munculnya budaya POP.
South United memberikan ruh
bagi grounder Bandung Selatan tentunya untuk generasi sekarang,
Band-Band Punk bandung Selatan, Oposisi, Boomba, Lolita, curistart,
Extreme Teror, Sosial Outcash, System Fight dll hadir dengan teror musik
yang menghentak, dan Keparat Sebagai Band penutup. Acara bertempat di
GOR Matrix Kiangroke Banjaran, dengan berbagai kendala yang dihadapi,
dari mulai birokrasi, ijin masyarakat setempat adalah tantangan yang
memang harus diatasi,terutama adalah pencitraan ketika masyarakat
memandang sebelah mata, dan itu bukan hanya tugas panitia, tetapi ini
adalah tugas bersama untuk membuat citra yang baik, salah satu kejadian
yang menarik adalah ketika aparat kepolisian datang ke lokasi, dan
memberikan sambutan, semua yang berada di dalam Gor memberikan applause,
ini adalah salah satu bentuk pencitraan yang baik, kita harus sadar
diri bahwa berhubungan dengan birokrasi bukan lagi hal yang haram,
karena apa? kita butuh mereka, apabila tidak ada ijin mana mungkin acara
terlaksana, gigs-gigs besar di bandung pun sama demikian, cari
aman!!panitia masih butuh udara bebas!atau kita selamanya main di
studio? Bohong besar jika anak Punk bicara anti Coorporate, tapi masih
menggunakan KTP atau tercatat di kartu keluarga,atau bicara anti
Kapitalis, tapi masih belanja di Griya, minum Coca-cola, udud Marlboro!!
kita semua tahu pemimpin besar REVOLUSI Soekarno, ia anti Barat tetapi
bukan berarti ia tidak berhubungan dengan dunia barat, ia tetap
melakukan perlawanan terhadap dunia barat! demikian pun kita seharusnya,
dengan birokrasi pemerintah atau apapun kita bisa bekerjasama, tetapi
tetap perlawanan harus selalu ada jika ada ketidak beresan atau
ketimpangan ,karena fungsinya sebagai control, bukan bekerja sama dengan
birokrasi terus kita menjadi penjilat!!!, terlepas dari kekurangan nya,
kita patut memberikan acungan jempol untuk acara South United fest 1,
walau acara molor sekitar 1 jam, ketidak konsistenan antara peserta dan
panitia, di Cut tidaknya nya peserta yang terlambat..........(hampura
kaburu tunduh!)
begitulah guraunya dalam catatan ini :v
Langganan:
Postingan (Atom)