Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri
Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan
Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami
Sejak lahir sampai dewasa ini
Jadi sangat tepergantung pada budaya
Meminjam uang ke mancanegara
Sudah satu keturunan jangka waktunya
Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula
Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni
Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi
Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini
Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi
Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia
Kita gadaikan sikap bersahaja kita
Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta
Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka
Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita
Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia
Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama
Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia
Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi
Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri
Sambil kepala kita dimakan begini
Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti
Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi
Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni
Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama
Menggigit dan mengunyah teratur berirama
Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi
Dicengkeram kuku negara multi-kolonialis ini
Bagai ikan kekurangan air dan zat asam
Beratus juta kita menggelepar menggelinjang
Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang
Kita menjebakkan diri ke dalam krangkeng budaya
Meminjam kepeng ke mancanegara
Dari membuat peniti dua senti
Sampai membangun kilang gas bumi
Dibenarkan serangkai teori penuh sofistikasi
Kalian memberi contoh hidup boros berasas gengsi
Dan fanatisme mengimpor barang luar negeri
Gaya hidup imitasi, hedonistis dan materialistis
Kalian cetak kami jadi Bangsa Pengemis
Ketika menadahkan tangan serasa menjual jiwa
Tertancap dalam berbekas, selepas tiga dasawarsa
Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percaya
Pada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alami
Kalian lah yang membuat kami jadi begini
Sepatutnya kalian kami giring ke lapangan sepi
Lalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini.
Kamis, 19 Desember 2013
Anarki, Anarkis, Anarkisme dan Anarkistik

Istilah anarki dan anarkis menjadi suatu istilah yang “menonjol” di banyak media massa. Saya memperhatikan bahwa sebagian besar media massa itu, telah menggeserkan makna dalam penggunaan kata anarki dan anarkis. Yah, tulisan ini sekadar mengingatkan kembali makna sebenarnya dari kata anarki dan kata-kata derivatnya.
Cobalah membuka beberapa kamus, seperti kamus Oxford, Kamus Besar Bahasa Indonesia, berbagai kamus Inggris-Indonesia, Kamus Tesaurus dan lain-lain. Maka kita akan menemukan makna kata-kata (anarki dan derivatnya ini) sebagai berikut:
Anarki (dari kata anarchy), artinya ialah suatu keadaan dimana tidak ada kontrol kekuasaan atau hukum atau ketiadaan pemerintah/penguasa.
Sedangkan kata anarkis bermakna orang (anarkis=kata benda/noun, jadi bukan kata sifat) sebagai terjemahan dari kata anarchist, yang artinya penganut faham anarkisme.
Kemudian ada kata anarkik (dari kata anarchic) yang bermakna kurang lebih tindakan atau perilaku dari kaum anarkis.
Selanjutnya ada kata anarkisme (dari anarchism) yang bermakna faham atau ide atau ajaran tentang peniadaan/pembatalan kontrol kekuasaan pada masyarakat/negara, yang oleh kaum anarkis dicitakan untuk mengganti sistem ini dengan sustu sistem voluntir/kesukarelaan, atau faham akan sistem masyarakat berbasis kooperasi.
Sedangkan makna anarkistik, adalah sifat/kondisi atau situasi yang ingin diciptakan oleh faham anarkisme.
JADI, jika di media massa disebutkan istilah demontrasi anarkis, ini bermakna sebuah demontrasi yang dilakukan para anarkis atau para penganut faham anarkisme (sekali lagi, kata anarkis bukan kata sifat, tetapi kata benda/noun).
Jika yang dimaksudkan oleh beberapa media massa adalah demontrasi yang bersifat anarki, maka seharusnya kata yang digunakan adalah anarkistik (anarkistik = bersifat anarki, kata sifat/adjective).
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, arti anarki (noun/kata benda) adalah kehuru-haraan, kekacauan, kerusuhan, keruwetan, dan pemberontakan. Sedangkan arti kata anarkis (noun/kata benda) adalah pemberontak, pengacau, perusuh (jadi anarkis=menunjuk pada orangnya).
Sebenarnya, kesalahan dalam penggunaan kata semacam ini, juga sering kita lakukan dalam istilah/kata optimis dan optimistik. Sering kita tidak mengira bahwa kata/istilah optimis = kata benda/noun, yakni menunjuk pada subjeknya (orangnya). Sedangkan untuk menunjukkan sifatnya, dipakailah kata/istilah optimistik (terjemahan dari optimistic).
"MALU AKU JADI ORANG INDONESIA" - Taufiq Ismail
Ketika di Pekalongan,
SMA kelas tiga Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas,
Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini
Langit langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard,
Geylang Road,
Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue,
Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam,
Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan, senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen, dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat¬sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar¬besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah, ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa, lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng, Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard,
Geylang Road,
Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue,
Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam,
Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
SMA kelas tiga Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas,
Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini
Langit langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard,
Geylang Road,
Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue,
Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam,
Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan, senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen, dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat¬sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar¬besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah, ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa, lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng, Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard,
Geylang Road,
Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue,
Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam,
Champs Elysees dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
Immortal Technique - The Poverty of Philosophy
Sebagian besar orang-orang saya Latin dan kulit hitam yang
berjuang untuk mendapatkan makanan, pakaian dan tempat tinggal di tenda
yang begitu peduli dengan itu, yang philosophising tentang kebebasan dan
demokrasi sosialis biasanya sayangnya luar alasan mereka. Mereka tidak
menyadari bahwa Amerika tidak bisa ada tanpa memisahkan mereka dari
identitas mereka, karena jika kita memiliki beberapa arti siapa diri
kita sebenarnya, tidak ada cara di neraka kita akan memungkinkan negara
ini untuk mendorong konsensus pembantaian itu di tanah air kita.
Ketidaktahuan ini ada, tetapi dapat dihancurkan.
Niggas berbicara tentang perubahan dan bekerja dalam sistem untuk mencapai itu. Masalah dengan selalu konformis adalah bahwa ketika Anda mencoba untuk mengubah sistem dari dalam, itu bukan kamu yang perubahan sistem; itu sistem yang pada akhirnya akan mengubah Anda. Biasanya ada yang salah dengan kompromi dalam situasi, tetapi mengorbankan diri sendiri dalam situasi adalah cerita lain sepenuhnya, dan saya telah melihat ini terjadi cukup lama dalam beberapa tahun bahwa saya telah hidup untuk mengetahui bahwa itu adalah masalah serius. Amerika Latin adalah koloni besar negara yang presiden adalah pengecut dalam menghadapi imperialisme ekonomi. Anda lihat, negara-negara dunia ketiga adalah tempat kaya, melimpah sumber daya, dan banyak dari negara-negara ini memiliki kapasitas untuk memberi makan orang-orang mereka kelaparan dan anak-anak kita selalu melihat menggali makanan di sampah di iklan. Tapi plutocracies, dengan kata lain pemerintahan yang dijalankan oleh seperti kaya yang satu ini dan secara tradisional negara-negara Eropa yang menindas, memaksa dunia ketiga untuk membeli mahal, barang-barang yang tidak perlu sementara ekspor porsi besar sumber daya alam mereka.
Aku cukup yakin bahwa orang akan memandang sikap saya dan sentimen dan mencari kemunafikan dan kebencian dalam kata-kata saya. Revolusi saya adalah lahir dari cinta untuk orang-orang saya, bukan kebencian bagi orang lain.
Anda lihat, kebanyakan dari Latin di sini karena inflasi besar yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika di Amerika Latin. Selain itu, banyak yang mencari kehidupan jauh dari demokrasi boneka yang didanai oleh Amerika Serikat; tempat-tempat seperti El Salvador, Guatemala, Peru, Kolombia, Nikaragua, Ekuador dan Republica Dominicana, dan negara tidak hanya berbahasa Spanyol baik, namun Haiti dan Jamaika juga.
Berbeda seperti kita telah diajarkan untuk melihat satu sama lain oleh masyarakat kolonial, kita dalam perjuangan yang sama dan sampai kita menyadari bahwa, kami akan berjuang untuk sisa dari tabel sistem yang telah membuat kami tunduk bukannya diri ditentukan. Dan itulah mengapa kita tidak memiliki kendali atas kapan embargo akan berhenti di Kuba, atau bila bom akan berhenti mampir Vieques.
Tapi Anda lihat, di sini di Amerika sikap yang diumpankan ke kita adalah bahwa di luar Amerika ada orang hidup yang lebih rendah. "Persetan mereka, membiarkan mereka berjuang sendiri." Tidak, Sialan kau, mereka Anda. Tidak peduli seberapa banyak Anda ingin mewarnai rambut Anda pirang dan menempatkan mata palsu, atau mengikuti standar anoreksia keindahan, atau tidak peduli berapa banyak berlian Anda membeli dari orang-orang yang mengeksploitasi sendiri brutal untuk mendapatkan mereka, tidak peduli apa jenis mobil Anda mengemudi atau jenis pakaian mewah Anda memakai, Anda tidak akan pernah menjadi mereka. Mereka selalu akan melihat Anda sebagai apa-apa selain monyet kecil. Saya lebih akan bangga dari apa yang saya, daripada putus asa mencoba untuk menjadi sesuatu yang saya benar-benar tidak, hanya untuk menyesuaikan diri Dan apakah kita ingin menerima atau tidak, itulah yang budaya atau kurangnya budaya makan kita .
Aku ingin kehidupan yang lebih baik bagi keluarga saya dan anak-anak saya, tetapi tidak harus dengan mengorbankan jutaan nyawa di tanah air saya. Kami diberi tahu bahwa jika kita tidak memiliki orang-orang untuk mengeksploitasi maka Amerika tidak akan cukup kaya untuk membiarkan kita memiliki hal-hal materi remeh dalam kehidupan kita dan standar dasar hidup. Tidak, itu salah. Ini raksasa bisnis dan pejabat pemerintah yang membuat semua uang riil. Kami memiliki apa pun yang mereka menendang ke kami. Musuh saya bukan orang kulit putih rata-rata, itu bukan anak bawah blok atau anak-anak saya lihat di jalan; musuh saya adalah orang kulit putih saya tidak melihat: orang-orang di rumah putih, pemilik perusahaan monopoli, palsu politisi liberal mereka adalah musuh saya. Para jenderal dari tentara yang kebanyakan konservatif mereka adalah nyata Ibu-fuckers bahwa saya perlu membawa ke, bukan miskin, bangkrut negara-pantat tentara itu terlalu bodoh untuk tahu apa-apa tentang cara hal-hal yang ditetapkan.
Bahkan, saya memiliki lebih banyak kesamaan dengan orang kulit putih kebanyakan pekerja dan kelas menengah daripada aku lakukan dengan orang kulit hitam dan Latin yang paling kaya. Sebanyak rasisme berdarah Amerika, kita perlu memahami kelasisme itu adalah masalah nyata. Banyak dari kita berada dalam perahu yang sama dan itu tenggelam, sementara ini lilin Ibu-fuckers naik sebuah kapal mewah, dan selama kita terus berjuang selama menendang orang keluar dari perahu kecil kita semua, kita akan ketinggalan kesempatan untuk mendapatkan standar hidup yang lebih baik secara keseluruhan.
Dengan kata lain, saya tidak ingin melarikan diri dari perkebunan Aku ingin kembali, bebas semua orang saya, menggantung Ibu-Bangsat yang membuat saya ada dan membakar rumah ke tanah dewa sialan. Saya ingin mengambil alih Encomienda dan memberikan kembali ke orang-orang yang mengerjakan lahan tersebut.
Anda tidak dapat mengubah masa lalu tetapi Anda dapat membuat masa depan, dan siapa saja yang memberitahu Anda berbeda adalah setan sialan lesu. Saya tidak melihat tanda Latin sedikit dan orang kulit hitam di mata publik sebagai beberapa jenis prestasi bagi orang-orang saya sebagai keseluruhan. Kebanyakan dari orang-orang sukses adalah menjual-out dan Negros rumah.
Tapi, saya tidak menganggap saudara menjual-out jika mereka keluar dari ghetto. Kemiskinan tidak ada hubungannya dengan orang-orang kita. Ini bukan dalam budaya kita menjadi miskin. Itu hanya menjadi 500 tahun terakhir dari sejarah kita, melihat 2000 tahun terakhir dari keberadaan kita dan apa yang kita dibawa ke dunia dalam hal ilmu pengetahuan, matematika, pertanian dan bentuk pemerintahan. Kau tahu ide konfederasi provinsi di mana satu pemerintah federal kontrol negara? Orang-orang Eropa yang datang ke negara ini mencuri ide itu dari LEAGUE Iroquois. Ide impeaching penguasa berasal dari tradisi Aztec. Itu sebabnya Montezuma dilempari batu sampai mati oleh menyebabkan orang sendiri "ia mewakili agenda Spanyol putih setelah ia ditangkap, bukan orang-orang Aztec yang akan menjadi orang Meksiko.
Jadi dalam kesimpulan, aku tidak akan memilih siapapun hanya karena mereka hitam atau Latin mereka harus benar-benar mewakili masyarakat dan mewakili apa yang baik bagi kita semua kaum proletar.
Porque sino entonces por el te Mando carajo cabron gusano hijo de puta, seramos gratis pronto, viva la Revolucion, VIVA LA Revolucion!
Niggas berbicara tentang perubahan dan bekerja dalam sistem untuk mencapai itu. Masalah dengan selalu konformis adalah bahwa ketika Anda mencoba untuk mengubah sistem dari dalam, itu bukan kamu yang perubahan sistem; itu sistem yang pada akhirnya akan mengubah Anda. Biasanya ada yang salah dengan kompromi dalam situasi, tetapi mengorbankan diri sendiri dalam situasi adalah cerita lain sepenuhnya, dan saya telah melihat ini terjadi cukup lama dalam beberapa tahun bahwa saya telah hidup untuk mengetahui bahwa itu adalah masalah serius. Amerika Latin adalah koloni besar negara yang presiden adalah pengecut dalam menghadapi imperialisme ekonomi. Anda lihat, negara-negara dunia ketiga adalah tempat kaya, melimpah sumber daya, dan banyak dari negara-negara ini memiliki kapasitas untuk memberi makan orang-orang mereka kelaparan dan anak-anak kita selalu melihat menggali makanan di sampah di iklan. Tapi plutocracies, dengan kata lain pemerintahan yang dijalankan oleh seperti kaya yang satu ini dan secara tradisional negara-negara Eropa yang menindas, memaksa dunia ketiga untuk membeli mahal, barang-barang yang tidak perlu sementara ekspor porsi besar sumber daya alam mereka.
Aku cukup yakin bahwa orang akan memandang sikap saya dan sentimen dan mencari kemunafikan dan kebencian dalam kata-kata saya. Revolusi saya adalah lahir dari cinta untuk orang-orang saya, bukan kebencian bagi orang lain.
Anda lihat, kebanyakan dari Latin di sini karena inflasi besar yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika di Amerika Latin. Selain itu, banyak yang mencari kehidupan jauh dari demokrasi boneka yang didanai oleh Amerika Serikat; tempat-tempat seperti El Salvador, Guatemala, Peru, Kolombia, Nikaragua, Ekuador dan Republica Dominicana, dan negara tidak hanya berbahasa Spanyol baik, namun Haiti dan Jamaika juga.
Berbeda seperti kita telah diajarkan untuk melihat satu sama lain oleh masyarakat kolonial, kita dalam perjuangan yang sama dan sampai kita menyadari bahwa, kami akan berjuang untuk sisa dari tabel sistem yang telah membuat kami tunduk bukannya diri ditentukan. Dan itulah mengapa kita tidak memiliki kendali atas kapan embargo akan berhenti di Kuba, atau bila bom akan berhenti mampir Vieques.
Tapi Anda lihat, di sini di Amerika sikap yang diumpankan ke kita adalah bahwa di luar Amerika ada orang hidup yang lebih rendah. "Persetan mereka, membiarkan mereka berjuang sendiri." Tidak, Sialan kau, mereka Anda. Tidak peduli seberapa banyak Anda ingin mewarnai rambut Anda pirang dan menempatkan mata palsu, atau mengikuti standar anoreksia keindahan, atau tidak peduli berapa banyak berlian Anda membeli dari orang-orang yang mengeksploitasi sendiri brutal untuk mendapatkan mereka, tidak peduli apa jenis mobil Anda mengemudi atau jenis pakaian mewah Anda memakai, Anda tidak akan pernah menjadi mereka. Mereka selalu akan melihat Anda sebagai apa-apa selain monyet kecil. Saya lebih akan bangga dari apa yang saya, daripada putus asa mencoba untuk menjadi sesuatu yang saya benar-benar tidak, hanya untuk menyesuaikan diri Dan apakah kita ingin menerima atau tidak, itulah yang budaya atau kurangnya budaya makan kita .
Aku ingin kehidupan yang lebih baik bagi keluarga saya dan anak-anak saya, tetapi tidak harus dengan mengorbankan jutaan nyawa di tanah air saya. Kami diberi tahu bahwa jika kita tidak memiliki orang-orang untuk mengeksploitasi maka Amerika tidak akan cukup kaya untuk membiarkan kita memiliki hal-hal materi remeh dalam kehidupan kita dan standar dasar hidup. Tidak, itu salah. Ini raksasa bisnis dan pejabat pemerintah yang membuat semua uang riil. Kami memiliki apa pun yang mereka menendang ke kami. Musuh saya bukan orang kulit putih rata-rata, itu bukan anak bawah blok atau anak-anak saya lihat di jalan; musuh saya adalah orang kulit putih saya tidak melihat: orang-orang di rumah putih, pemilik perusahaan monopoli, palsu politisi liberal mereka adalah musuh saya. Para jenderal dari tentara yang kebanyakan konservatif mereka adalah nyata Ibu-fuckers bahwa saya perlu membawa ke, bukan miskin, bangkrut negara-pantat tentara itu terlalu bodoh untuk tahu apa-apa tentang cara hal-hal yang ditetapkan.
Bahkan, saya memiliki lebih banyak kesamaan dengan orang kulit putih kebanyakan pekerja dan kelas menengah daripada aku lakukan dengan orang kulit hitam dan Latin yang paling kaya. Sebanyak rasisme berdarah Amerika, kita perlu memahami kelasisme itu adalah masalah nyata. Banyak dari kita berada dalam perahu yang sama dan itu tenggelam, sementara ini lilin Ibu-fuckers naik sebuah kapal mewah, dan selama kita terus berjuang selama menendang orang keluar dari perahu kecil kita semua, kita akan ketinggalan kesempatan untuk mendapatkan standar hidup yang lebih baik secara keseluruhan.
Dengan kata lain, saya tidak ingin melarikan diri dari perkebunan Aku ingin kembali, bebas semua orang saya, menggantung Ibu-Bangsat yang membuat saya ada dan membakar rumah ke tanah dewa sialan. Saya ingin mengambil alih Encomienda dan memberikan kembali ke orang-orang yang mengerjakan lahan tersebut.
Anda tidak dapat mengubah masa lalu tetapi Anda dapat membuat masa depan, dan siapa saja yang memberitahu Anda berbeda adalah setan sialan lesu. Saya tidak melihat tanda Latin sedikit dan orang kulit hitam di mata publik sebagai beberapa jenis prestasi bagi orang-orang saya sebagai keseluruhan. Kebanyakan dari orang-orang sukses adalah menjual-out dan Negros rumah.
Tapi, saya tidak menganggap saudara menjual-out jika mereka keluar dari ghetto. Kemiskinan tidak ada hubungannya dengan orang-orang kita. Ini bukan dalam budaya kita menjadi miskin. Itu hanya menjadi 500 tahun terakhir dari sejarah kita, melihat 2000 tahun terakhir dari keberadaan kita dan apa yang kita dibawa ke dunia dalam hal ilmu pengetahuan, matematika, pertanian dan bentuk pemerintahan. Kau tahu ide konfederasi provinsi di mana satu pemerintah federal kontrol negara? Orang-orang Eropa yang datang ke negara ini mencuri ide itu dari LEAGUE Iroquois. Ide impeaching penguasa berasal dari tradisi Aztec. Itu sebabnya Montezuma dilempari batu sampai mati oleh menyebabkan orang sendiri "ia mewakili agenda Spanyol putih setelah ia ditangkap, bukan orang-orang Aztec yang akan menjadi orang Meksiko.
Jadi dalam kesimpulan, aku tidak akan memilih siapapun hanya karena mereka hitam atau Latin mereka harus benar-benar mewakili masyarakat dan mewakili apa yang baik bagi kita semua kaum proletar.
Porque sino entonces por el te Mando carajo cabron gusano hijo de puta, seramos gratis pronto, viva la Revolucion, VIVA LA Revolucion!
Making Punk A Threat Again by Herry "Ucok" Sutresna
Sebelum saya berpanjang-panjang menulis posting tak penting ini, saya nyatakan dulu satu hal yang pasti: saya seperti kawan-kawan kebanyakan, tak sepakat dengan fenomena razia, pemukulan, penggundulan dan bentuk pelecehan lainnya yang dilakukan oleh polisi syariah di Aceh. Tak ada manusia yang layak diperlakukan demikian hanya karena stigma yang datang dari penampakan dan perilaku yang tidak sesuai -konon- dengan adat/norma setempat.
Tapi ada beberapa catatan yang baiknya saya mulai dengan yang pertama; kasus ini tidak sesederhana yang media gembar-gemborkan. Ada kompleksitas tersendiri dimana sulit dipahami oleh awam yang tidak sempat berada di dalam scene punk dimanapun. Tidak juga oleh Propagandhi atau Rancid yang memberikan pernyataan mereka. Indikator sederhananya sebut saja satu; Tidak adanya aksi solidaritas di tataran Aceh juga menimbulkan pertanyaan. Banyak faktor memang, kondisi yang tak memungkinkan misalnya. Namun dari perbincangan dengan beberapa kawan, nampaknya faktor keterasingan komunikasi dan ketidakkesepakatan atas aksi-aksi kultural komunitas lah yang menjadi penyebab.
Saya yakin, terdapat banyak kawan-kawan Punk di Aceh sana sejak rejim Suharto berakhir, bahkan saya yakin scene di Aceh sudah mulai ada dan luar biasa aktif di penghujung 90-an dan awal 2000-an. Tidak hanya karena keadaan tidak mengizinkan lalu mereka tidak melakukan sesuatu, apalagi hanya sekedar aksi solidaritas. Jika dahulu tidak pernah ada masalah dengan masyarakat lalu mengapa tidak juga sekarang? Oke, faktor polisi syariah, tapi saya yakin bukan hanya itu. Pasti ada sesuatu. Paling tidak saya bisa berkaca pada keadaan di kota kami sendiri dimana ‘Punk’ bukan lagi sesuatu yang harus dibela sebagai identitas, namun lebih sebagai semangat. Banyak kawan-kawan yang tidak mengidentikkan lagi ‘punk’ sebagai identitas sejak penampakan itu dipakai dengan sesuatu yang tidak kami sepakati, mulai dari mohawk yang menjadi trend fashion yang ngga banget (band-nya Ahmad Dhani misalnya) hingga wujud ‘punk’ yang berkeliaran disudut kota sebagai pengamen (sejak kapan punk meminta belas kasihan?) dan memalak orang, apatis terhadap pergulatan komunitas sekitarnya, termasuk menjadi fasis geng yang sungguh sama sekali tidak ‘punk’. Saya tidak bilang kondisi di sana serupa, namun yang pasti ada jarak pada pemaknaan aktivitas diantara kawan-kawan yang aktif dengan makna ‘punk’ satu dan makna ‘punk’ lainnya.
Catatan lainnya cukup mengagetkan sebenarnya, mengingat ini terjadi pada komunitas yang mengidentifikasikan diri dengan kata dan makna ‘PUNK’. Catatan yang agaknya perlu sama-sama kita renungkan mengingat menjadi ‘punk’ adalah sebuah pilihan yang bukan tanpa resiko apapun makna yang kalian tempelkan disitu. Dimana pilihan itu sudah seharusnya datang dengan konsekuensi yang sudah diperkirakan, dimana -layaknya sebuah pilihan- harus dipertahankan oleh mereka-mereka yang yakin dengan pilihannya. Sehingga menjadi cengeng saat konsekuensi itu datang sangatlah aneh.
Lepas dari beberapa catatan usai berkomunikasi dengan beberapa kawan di Aceh sana perihal fenomena ini, ada sesuatu yang agak absurd. Lagi-lagi dengan catatan; ini terjadi dengan mereka yang mengaku ‘punk’, bukan sebuah ke-profesian khusus lain (misalnya tukang baso) yang tidak ada makna-makna pembangkangan khusus melekat didirinya.
Pertama; Saya tak melihat adanya perlawanan signifikan dari mereka yang di-razia plus plus itu kemarin. Pada sebuah potret mereka digunduli, dimasukan ke kolam dengan nerimo. Cukup aneh sebagai penerimaan atas nasib, bukankah kawan-kawan sudah seharusnya melawan jika memang itu semua adalah pilihan hidup yang kalian pilih, bukankah kawan-kawan sepakat bahwa hidup kalian adalah milik kalian yang tak ada seorangpun bisa mendiktenya kecuali tentunya kawan menjadi punk hanya pilihan dilematis dari sedikitnya pilihan menjadi diri sendiri. Mungkin saya salah, mungkin kawan-kawan disana melawan seadanya, namun saya melihat kawan-kawan masih sehat walafiat, masih bisa berdiri dan, ajaibnya, rela masuk kamp rehabilitasi. Jika konon menjadi diri sendiri itu sama pentingnya dengan mempertahankan isi perut, mengapa untuk sekedar kebebasan berekspresi yang melekat pada tubuh kawan-kawan disana tidak bisa mencontoh mereka yang berjuang hidup mati untuk isi perut mereka. Dari Kebumen hingga Mesuji bertebaran tauladan bagaimana mempertahankan sesuatu yang berarti penting bagi hidup kita. Kecuali memang arti itu tak sepenting yang kita perkirakan.
Catatan terakhir; soal respon ‘punk’ yang sungguh pula aneh untuk ukuran scene yang besar dengan tradisi melawan otoritas. Melakukan aksi solidaritas itu penting. Berguna untuk menunjukkan eksistensi dan simpati lintas komunitas dan mengirim sinyal kepada mereka yang ditahan bahwa mereka tidak sendirian. Namun melakukan aksi yang mirip aksi-aksi usang ala mahasiswa, dengan mendatangi kantor kepolisian atau simbol-simbol kekuasaan, lengkap dengan statement seolah mereka adalah institusi yang layak diakui adalah sesuatu yang absurd. Jika letak pentingnya aksi solidaritas hanya untuk mengakui betapa pentingnya mereka sehingga harus kita datangi sekalipun untuk kita protes, maka sama artinya kita mengakui bahwa eksistensi kita berada ditangan mereka dan kita memelas meminta mereka untuk tidak berlaku tidak adil pada kita. Secara tidak langsung menunjukkan pada khalayak seolah perubahan akan terjadi jika kita memintanya pada otoritas. Sesuatu yang sama-sama kita sepakati sejak lama; tak akan pernah terjadi.
Bukankah selalu ada alternatif lain selain mendatangi otoritas dan meminta mereka berhenti melakukan pelanggaran? dan siapa pula target (aksi) komunikasi kita? apakah otoritas? atau masyarakat lain yang sebenarnya lebih layak kita ajak dialog perihal eksistensi kita (jika memang inti aksi ini melempar wacana soal perbedaan).
Yang paling menggelikan adalah aksi seminggu kemarin yang terjadi di Bandung, dimana sekelompok ‘anak punk’ (ow em ji!!!, i hate that fukkin term!!!) mendatangi Polresta dengan statement-statement yang oxymoron. Mulai dari penamaan elemen aksi mereka; Masyarakat Punk Bandung (oh dewa marmot, ampuni kami!!) hingga pernyataan kepada kepolisian seolah punk memelas untuk dimengerti; “Kami hanya pakaian dan rambut yang dinilai urakan. Hati dan perilaku tetap santun dan soleh.” , cmon dude, do you really have to say that to fukkin cops???
Meminta masyarakat Bandung tidak terlalu apriori terhadap komunitas ‘punk’ pun sama oxymoron-nya. Karena penerimaan tidak terletak pada kata-kata, namun pada pembuktian dari hari ke hari dimana komunitas terlibat dalam pergulatan masyarakat dalam membangun pilar-pilar kehidupan bersama. Berkoar-koar berteriak didepan masyarakat tentang bagaimana hebatnya punk, tidak membuat kalian menjadi punk dan kemudian diterima diluar sana. Buatlah band, buat gigs, rilis rekaman kalian, buatlah zine dan media kalian sendiri, berjejaringlah, jaga teman kiri-kanan dan keluarga kalian, bangun kemandirian komunal, organisirlah komunitas kalian, bergabunglah dengan mereka yang tidak beruntung di hidup ini, lawan otoritas yang menindas tanpa pandang bulu, bersenang-senanglah dengan passion kalian. Meski diluar sana kenyataan tak sesederhana itu, tapi paling tidak; at least those are things that make you punks. Berhentilah mengemis legalitas dan penerimaan. Respect is not a gift, its something you earn.
Terakhir, mengutip orasi sang orator lapangan; “Silakan bapak polisi geledah tas anak Punk. Tak sedikit dari mereka isinya sajadah dan kopiah untuk alat sholat. Kami masih berfikiran sehat, pak polisi,” tegasnya. Wait the fuck up…!!! jadi dengan kata lain mereka yang tak memiliki alat sholat itu tidak berfikiran sehat dan layak diperlakukan tidak adil? Lagipula -tanpa mengesampingkan fakta banyak kawan-kawan yang relijius, bukankah simbol-simbol ‘kepribadian berakhlak’ ala maisntream adalah sesuatu yang kita lawan? Bukankah inti menjadi punk itu mengingatkan kita untuk meyakini pilihan kita sendiri? apapun itu, relijius atau tidak, stand up for what you believe in!
Apapun yang kawan-kawan yakini, jalani keyakinan kalian dengan kepala tegak. Tak ada aturan bahwa menjadi punk harus menjadi atheis, jadi jalani lorong spiritualitas kalian, peduli setan apapun yang orang katakan. Begitu pula sebaliknya, jika kalian yakin bahwa menjalani hidup tanpa keimanan bisa menjadikan kalian nyaman dengan apa yang kalian hadapi, mengapa pula harus mendengar petuah yang kalian sendiri tak yakini, termasuk masuk ke kamp rehabilitasi. Diluar sana, gonjang-ganjing ini mengerucut pada debat tak berujung dan stigmatisasi baik pada ‘Punk’ maupun ‘Islam’ (yang direpresentasikan polisi syariah). Jangan terperangkap di wilayah itu, menjadi punk bukan kriminal, dan tidak pula menjadi seorang muslim yang di beberapa pojokan diluar sana diperlakukan mirip kasus di Aceh. (Beberapa situs diskriminatif anti-toleransi mempergunakan isu Punk Aceh ini untuk mendiskreditkan Islam). Selama menjadi minoritas, akan selalu ada waktu dimana kalian melewati hari-hari cadas. Yang pasti sekali lagi; menjadi cengeng sama sekali tidak punk dalam menerima konsekuensi. Fight for it.
Akhirul kalam, mengemis penerimaan pada otoritas bukanlah sesuatu yang menyebabkan punk eksis di muka bumi. Now i sound too politicaly-correct, But fuck it, Lets make punk a threat again. Up the punx!
A.C.A.B
Skip basa-basi, berikut adalah poin-poin respon terhadap beberapa hal yang perlu saya tambahkan pasca tulisan ini dirilis:
1. Saya tak habis pikir jika ada yang beropini bahwa saya membuat banyak aturan dan kemudian menyuruh saya diam. Seperti layaknya fanzine, blog ini merupakan blog pribadi, bukan portal umum. Semua yang ditulis disini merupakan perspektif personal, ditulis di blog personal. Bukan kotbah sejuta umat pada media massa satu channel yang siap mencuci banyak otak. Oleh karenanya saya tak punya kepentingan untuk mengedit komen-komen atau bahkan menghapusnya. Perdebatan adalah bagian dari tulisan saya kemaren, sesampah apapun itu. Jadi, komentar yang menyuruh orang-orang berhenti berdebat atau diam di ruang yang bukan milik kalian itu sama sekali tak ada gunanya, meski memang saya tak akan menghapus atau mengedit komen-komen bernada seperti itu. Jika kalian tak menyukai banyak hal yang saya tulis di sini, sudah seharusnya kalian membuat media kalian sendiri dan menulis pendapat kalian tentang apapun yang kalian suka disana. Jika kalian membenci saya atau apapun yang saya tulis, tak seharusnya kalian mampir disini dan pergunakanlah waktu berharga kalian untuk hal-hal lain yang lebih penting. Sesederhana itu.
2. Pendapat itu seperti lubang pantat. Sebau apapun, setiap orang punya satu. Saya tidak pernah mengklaim sebagai yang paling benar, dan tidak pernah berniat membuat sebuah daftar FAQ tentang Punk atau kitab suci punk karena memang tak akan pernah ada. Punk selalu personal, oleh karenanya tak pernah ada yang seragam. Justu karena individualisme punk itulah saya menulis opini saya tentang sesuatu (dalam hal ini perihal aparat), sekali lagi, di blog saya sendiri. Yang saya tulis merupakan pandangan politik yang seperti layaknya berjuta opini diluar sana, beberapa orang sepakat, beberapa lain tidak.
3. Saya besar bersama Punk yang saya ketahui. Sedikit banyaknya berjasa membentuk dan membuat saya sampai di hari ini. Dan satu-satunya kontribusi balik saya bagi Punk adalah berbagi nilai-nilai yang saya pahami dan sepakati dengan beberapa lainnya. Senihil apapun makna itu hari ini. Saya kadung yakin bahwa punk bukan sekedar pilihan selera musik. Yang saya tekankan pada tulisan kemarin adalah soal prinsip non-kooperasi dengan aparat. Bukan hal lain. Saya tak punya hak mengganggu gugat bagaimana seharusnya mereka memainkan musik, harus bersuara seperti apa musik mereka, atau harus terlihat seperti apa mereka. Thats pointless. Kebebasan berekspresi sudah seharusnya mutlak milik mereka dan tak penting dipersoalkan dengan prinsip punk yang saya pahami tentang otoritas. Saya tak paham juga mengapa isu belok jadi soal debat apakah punk itu boleh bernuansa pop atau tidak. Atau isu ‘hiphop’ mengadu domba ‘punk’ yang sungguh terdengar menggelikan di era seperti sekarang dengan scene yang berjalan sejauh ini. Bagaimana bisa seseorang menghembuskan isu gogon sedangkal dan sehina itu?
4. Isu tentang mereka bermain di acara polisi sudah menjadi bahan perbincangan dimana-mana sejak hari Senin (2/07), di tangkringan dimanapun dengan nada dan sentimen yang sama sebelum saya menulisnya di blog pada hari kamis (5/07). Tuduhan bahwa saya yang mengakibatkan semua isu punk aparat ini sama sekali mengada-ada, apalagi isu niatan menghancurkan ‘karir’ sebuah band. Sebuah band dengan basis fans sebesar Rosemary tak akan runtuh oleh sebuah tulisan pendek di blog kecil di samudra informasi seperti hari ini. Satu-satunya yang saya harapkan untuk runtuh adalah keyakinan kalian menggantungkan hidup pada otoritas korup.
5. Saya dan Gatot (personil Rosemary) bertemu dan berbicara beberapa hari kemarin. Yang tak banyak orang paham bahwa kami berteman. Sulit untuk tidak saling kenal di scene di kota sekecil Bandung terutama dengan teman mutual kami sebanyak itu. Seperti mengenal banyak kawan lainnya, sebuah kehormatan pernah berkenalan dengan orang seperti Gatot dimana kami bisa bertukar pikiran, argumen dan pandangan. Perbedaan tak perlu disamakan, toh jalan yang kami tempuh tak sama. Tapi bukan artinya kami tak bisa berteman apalagi sekedar nangkring di parkiran dan berbagi kopi, meski Gatot tak suka kopi. Yang tak saya paham, bagaimana bisa artikel kecil soal prinsip non-kooperatif dengan aparat bisa berujung pada isu gosip murahan tentang saya yang menantang tarung fisik personil Rosemary? Menyebarluaskan fitnah tentang hal-hal yang bahkan tak saya tulis di artikel itu. In the end of the days, we’re just regular guys who walk the walk, talk the talk. Saya jalan dengan keyakinan saya, ia dengan prinsipnya. Kadang di satu titik bersinggungan, di titik lain berjarak. Rosemary tentu berhak membuat (atau tidak membuat) pernyataan mereka sendiri di media milik mereka sendiri. Mereka berhak menjelaskan apapun, mengklarifikasi apapun soal acara itu bahkan mentertawakan apa yang saya tulis sesuka mereka. Yang pasti apapun yang mereka tulis tak akan merubah pendapat saya tentang Gatot sebagai teman baik, juga tak akan merubah pendapat saya perihal prinsip non-kooperatif dengan aparat.
6. Isu ini berangsur menjadi menjijikan seperti gosip tabloid. Isu krusial tentang otoritas dilibas oleh isu-isu sampingan yang malah sama sekali tidak penting. Ketika sebuah gagasan tak lagi bisa memprovokasi diskusi sudah saatnya disudahi. Time to put action where your mouth is and practice what you preach.
7. Life goes on. Now, move on.
Post-Script By Herry "Ucok" Sutresna a.k.a.
1. Saya tak habis pikir jika ada yang beropini bahwa saya membuat banyak aturan dan kemudian menyuruh saya diam. Seperti layaknya fanzine, blog ini merupakan blog pribadi, bukan portal umum. Semua yang ditulis disini merupakan perspektif personal, ditulis di blog personal. Bukan kotbah sejuta umat pada media massa satu channel yang siap mencuci banyak otak. Oleh karenanya saya tak punya kepentingan untuk mengedit komen-komen atau bahkan menghapusnya. Perdebatan adalah bagian dari tulisan saya kemaren, sesampah apapun itu. Jadi, komentar yang menyuruh orang-orang berhenti berdebat atau diam di ruang yang bukan milik kalian itu sama sekali tak ada gunanya, meski memang saya tak akan menghapus atau mengedit komen-komen bernada seperti itu. Jika kalian tak menyukai banyak hal yang saya tulis di sini, sudah seharusnya kalian membuat media kalian sendiri dan menulis pendapat kalian tentang apapun yang kalian suka disana. Jika kalian membenci saya atau apapun yang saya tulis, tak seharusnya kalian mampir disini dan pergunakanlah waktu berharga kalian untuk hal-hal lain yang lebih penting. Sesederhana itu.
2. Pendapat itu seperti lubang pantat. Sebau apapun, setiap orang punya satu. Saya tidak pernah mengklaim sebagai yang paling benar, dan tidak pernah berniat membuat sebuah daftar FAQ tentang Punk atau kitab suci punk karena memang tak akan pernah ada. Punk selalu personal, oleh karenanya tak pernah ada yang seragam. Justu karena individualisme punk itulah saya menulis opini saya tentang sesuatu (dalam hal ini perihal aparat), sekali lagi, di blog saya sendiri. Yang saya tulis merupakan pandangan politik yang seperti layaknya berjuta opini diluar sana, beberapa orang sepakat, beberapa lain tidak.
3. Saya besar bersama Punk yang saya ketahui. Sedikit banyaknya berjasa membentuk dan membuat saya sampai di hari ini. Dan satu-satunya kontribusi balik saya bagi Punk adalah berbagi nilai-nilai yang saya pahami dan sepakati dengan beberapa lainnya. Senihil apapun makna itu hari ini. Saya kadung yakin bahwa punk bukan sekedar pilihan selera musik. Yang saya tekankan pada tulisan kemarin adalah soal prinsip non-kooperasi dengan aparat. Bukan hal lain. Saya tak punya hak mengganggu gugat bagaimana seharusnya mereka memainkan musik, harus bersuara seperti apa musik mereka, atau harus terlihat seperti apa mereka. Thats pointless. Kebebasan berekspresi sudah seharusnya mutlak milik mereka dan tak penting dipersoalkan dengan prinsip punk yang saya pahami tentang otoritas. Saya tak paham juga mengapa isu belok jadi soal debat apakah punk itu boleh bernuansa pop atau tidak. Atau isu ‘hiphop’ mengadu domba ‘punk’ yang sungguh terdengar menggelikan di era seperti sekarang dengan scene yang berjalan sejauh ini. Bagaimana bisa seseorang menghembuskan isu gogon sedangkal dan sehina itu?
4. Isu tentang mereka bermain di acara polisi sudah menjadi bahan perbincangan dimana-mana sejak hari Senin (2/07), di tangkringan dimanapun dengan nada dan sentimen yang sama sebelum saya menulisnya di blog pada hari kamis (5/07). Tuduhan bahwa saya yang mengakibatkan semua isu punk aparat ini sama sekali mengada-ada, apalagi isu niatan menghancurkan ‘karir’ sebuah band. Sebuah band dengan basis fans sebesar Rosemary tak akan runtuh oleh sebuah tulisan pendek di blog kecil di samudra informasi seperti hari ini. Satu-satunya yang saya harapkan untuk runtuh adalah keyakinan kalian menggantungkan hidup pada otoritas korup.
5. Saya dan Gatot (personil Rosemary) bertemu dan berbicara beberapa hari kemarin. Yang tak banyak orang paham bahwa kami berteman. Sulit untuk tidak saling kenal di scene di kota sekecil Bandung terutama dengan teman mutual kami sebanyak itu. Seperti mengenal banyak kawan lainnya, sebuah kehormatan pernah berkenalan dengan orang seperti Gatot dimana kami bisa bertukar pikiran, argumen dan pandangan. Perbedaan tak perlu disamakan, toh jalan yang kami tempuh tak sama. Tapi bukan artinya kami tak bisa berteman apalagi sekedar nangkring di parkiran dan berbagi kopi, meski Gatot tak suka kopi. Yang tak saya paham, bagaimana bisa artikel kecil soal prinsip non-kooperatif dengan aparat bisa berujung pada isu gosip murahan tentang saya yang menantang tarung fisik personil Rosemary? Menyebarluaskan fitnah tentang hal-hal yang bahkan tak saya tulis di artikel itu. In the end of the days, we’re just regular guys who walk the walk, talk the talk. Saya jalan dengan keyakinan saya, ia dengan prinsipnya. Kadang di satu titik bersinggungan, di titik lain berjarak. Rosemary tentu berhak membuat (atau tidak membuat) pernyataan mereka sendiri di media milik mereka sendiri. Mereka berhak menjelaskan apapun, mengklarifikasi apapun soal acara itu bahkan mentertawakan apa yang saya tulis sesuka mereka. Yang pasti apapun yang mereka tulis tak akan merubah pendapat saya tentang Gatot sebagai teman baik, juga tak akan merubah pendapat saya perihal prinsip non-kooperatif dengan aparat.
6. Isu ini berangsur menjadi menjijikan seperti gosip tabloid. Isu krusial tentang otoritas dilibas oleh isu-isu sampingan yang malah sama sekali tidak penting. Ketika sebuah gagasan tak lagi bisa memprovokasi diskusi sudah saatnya disudahi. Time to put action where your mouth is and practice what you preach.
7. Life goes on. Now, move on.
Post-Script By Herry "Ucok" Sutresna a.k.a.
Rabu, 18 Desember 2013
Catatan kecil Wildan "Mareng" Syamsulidin Untuk South United
Berangkat
dari sebuah gagasan untuk mempersatukan Band-Band Underground Bandung
Selatan, khususnya Band Punk South United Fest 1 memberikan titik terang
dan awal pergerakan yang pernah hilang sejak tahun 2000an,ketika
Uderground mulai bergema di Bandung Selatan sekitar tahun 1997an, ketika
Acara acara Underground banyak di gelar diberbagai tempat, adalah Gor
Saparua!!!tempat berkumpul bagi Grounder seluruh Bandung, di era 1997an
seakan wajib untuk datang di basis (Gor saparua) bagi Under Ground
Bandung.Keparat, Turtle Jr, Sendal Jepit, Burger kill, Jeruji, Jasad,
Dajjal, dll adalah band band yang dibesarkan di Gor Saparua Bandung,
Dari Bandung Selatan? mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Band yang
pertama yang merasakan hingar bingarnya dan menginjakan kakinya di Stage
Gor Saparua, adalah Sub Chaos Band Punk dari Banjaran, setelah itu
Effigy.Tidak bisa di pungkiri bahwa Banjaran adalah sebagai Center
Underground Bandung Selatan dan hal ini diakui oleh Grounder Bandung,
Alun-alun Banjaran, Gunung Puntang adalah Gigs Underground pada saat
itu, Dajjal, Burger kill, Noise damage, Dislaw, Virus, Band-band besar
yang pernah Main di Banjaran. sekitar tahun 2002 Underground mati suri
karena karena munculnya budaya POP.
South United memberikan ruh
bagi grounder Bandung Selatan tentunya untuk generasi sekarang,
Band-Band Punk bandung Selatan, Oposisi, Boomba, Lolita, curistart,
Extreme Teror, Sosial Outcash, System Fight dll hadir dengan teror musik
yang menghentak, dan Keparat Sebagai Band penutup. Acara bertempat di
GOR Matrix Kiangroke Banjaran, dengan berbagai kendala yang dihadapi,
dari mulai birokrasi, ijin masyarakat setempat adalah tantangan yang
memang harus diatasi,terutama adalah pencitraan ketika masyarakat
memandang sebelah mata, dan itu bukan hanya tugas panitia, tetapi ini
adalah tugas bersama untuk membuat citra yang baik, salah satu kejadian
yang menarik adalah ketika aparat kepolisian datang ke lokasi, dan
memberikan sambutan, semua yang berada di dalam Gor memberikan applause,
ini adalah salah satu bentuk pencitraan yang baik, kita harus sadar
diri bahwa berhubungan dengan birokrasi bukan lagi hal yang haram,
karena apa? kita butuh mereka, apabila tidak ada ijin mana mungkin acara
terlaksana, gigs-gigs besar di bandung pun sama demikian, cari
aman!!panitia masih butuh udara bebas!atau kita selamanya main di
studio? Bohong besar jika anak Punk bicara anti Coorporate, tapi masih
menggunakan KTP atau tercatat di kartu keluarga,atau bicara anti
Kapitalis, tapi masih belanja di Griya, minum Coca-cola, udud Marlboro!!
kita semua tahu pemimpin besar REVOLUSI Soekarno, ia anti Barat tetapi
bukan berarti ia tidak berhubungan dengan dunia barat, ia tetap
melakukan perlawanan terhadap dunia barat! demikian pun kita seharusnya,
dengan birokrasi pemerintah atau apapun kita bisa bekerjasama, tetapi
tetap perlawanan harus selalu ada jika ada ketidak beresan atau
ketimpangan ,karena fungsinya sebagai control, bukan bekerja sama dengan
birokrasi terus kita menjadi penjilat!!!, terlepas dari kekurangan nya,
kita patut memberikan acungan jempol untuk acara South United fest 1,
walau acara molor sekitar 1 jam, ketidak konsistenan antara peserta dan
panitia, di Cut tidaknya nya peserta yang terlambat..........(hampura
kaburu tunduh!)
begitulah guraunya dalam catatan ini :v
Rabu, 30 Oktober 2013
Food Not Bombs
Karena makanan adalah hak semua orang bukan hak istimewa segelintir orang saja!
Karena ada cukup makanan untuk semua orang dimana-mana!
Karena kekurangan bahan makanan pokok adalah bohong!
Karena disaat kita lapar atau kedinginan kita punya hak untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cara meminta, mengamen, atau menempati bangunan-bangunan kosong!
Karena kapitalisme menjadikan makanan sebagai sumber keuntungan, bukan sebagai sumber nutrisi!
Karena makanan tumbuh pada tanaman!
Karena kita butuh lingkungan bukan kendali!
Karena kita butuh rumah bukan penjara!
Karena kita butuh makanan bukan bom!
Karena ada cukup makanan untuk semua orang dimana-mana!
Karena kekurangan bahan makanan pokok adalah bohong!
Karena disaat kita lapar atau kedinginan kita punya hak untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cara meminta, mengamen, atau menempati bangunan-bangunan kosong!
Karena kapitalisme menjadikan makanan sebagai sumber keuntungan, bukan sebagai sumber nutrisi!
Karena makanan tumbuh pada tanaman!
Karena kita butuh lingkungan bukan kendali!
Karena kita butuh rumah bukan penjara!
Karena kita butuh makanan bukan bom!
Di berbagai penjuru dunia saat ini telah terbangun puluhan kelompok-kelompok yang aktivitasnya adalah membagi-bagikan makanan vegetarian
gratis untuk orang-orang miskin dan siapapun yang tidak mampu membeli
makanan. Kelompok-kelompok ini selain mengkampanyekan sikap
anti-kemiskinan mereka, secara lebih jauhnya bertujuan untuk menciptakan
sebuah tatanan masyarakat yang non-kekerasan. Dan walaupun memang
banyak kelompok-kelompok yang melakukan aktivitas tersebut dalam
berbagai nama, namun ada satu organisasi akar-rumput yang sangat
konsisten melakukan aktivitas tersebut dan organisasi ini telah
berkembang secara internasional, Food Not Bombs (FNB).
Sejarah
Bermula dari San Francisco,
FNB dengan aktivitasnya begitu cepat menyebar, dari Amerika Utara,
Eropa, bahkan hingga ke negara-negara Asia seperti Malaysia dan
Indonesia (seperti yang terjadi belakangan ini di beberapa kota).
Kebanyakan dari kita benar-benar percaya bahwa FNB dan strukturnya
beserta seluruh tujuannya sangat berkaitan erat dengan orientasi anarkis.
Masalah ideologis ini sendiri pada akhirnya menjadi elemen formal dari
politik FNB dan sebuah statement akan visi yang diadopsi secara terbuka
oleh seluruh grup dan menempatkan aksi-aksi harian ke dalam konteks
politik yang lebih radikal. Statement visi ini meliputi segalanya, dari
dedikasi grup terhadap perjuangan anti-seksis, hingga pembangunan kebun
komunitas dan pembuatan kompos sebagai sebuah aksi yang langsung menuju
sebuah tatanan masyarakat yang seimbang dengan lingkungannya.
Diharapkan tulisan ini akan membuka
diskusi tentang masa depan politis dari FNB dan gerakan-gerakan sejenis
sebagai sebuah gerakan transnasional yang bekerja keras melawan dominasi
global dari korporasi dan kemiskinan dunia. Tulisan ini juga diharapkan
dapat membantu yang lainnya dalam gerakan sosial untuk mengerti
aksi-aksi seperti diatas dan sisi politisnya. Adalah politik radikal
yang telah membuat kita, mengisi aktivitas kita dengan sesuatu yang
berarti, yang memberi energi dan vitalitas kepada usaha-usaha harian.
Disaat kita melihat bagaimana aktivitas harian berkaitan dengan gerakan
yang lebih besar demi keadilan sosial dan ekonomi, hal tersebut membantu
memberikan inspirasi dan motivasi yang kita butuhkan untuk terus
mengumpulkan dan membagi-bagikan makanan atau juga bergumul dengan
kompos atau sekedar bangun tidur lebih awal, membuat kopi dan sepotong
roti yang kita miliki untuk kemudian dibagikan kepada mereka yang
melakukan pemogokan. Perubahan sosial yang radikal dibangun dari hari ke
hari dengan menyadari bahwa diri kita adalah bagian dari sesuatu yang
jauh lebih besar dari diri kita sendiri, akan dapat membantu kita untuk
melewati hari-hari dengan aktivitas yang lebih berguna.
FB:Foodnotbombs Chapter Solo
Minggu, 13 Oktober 2013
PERANG SIPIL (Immortal Technique)
Ghetto adalah seperti sebuah penjara dengan bar terlihat
Tidak peduli di mana Anda di, selalu mengikuti Anda di mana Anda berada
Dan sulit di luar sana untuk germo untuk keluar dari
Tapi itu sulit bagi pelacur yang dia mengalahkan kotoran keluar dari
Aku punya niggas bawah tanah di negara-negara konfederasi
Saya merasa berjalan [?] Perbudakan yang menciptakan penjara
Jadi saya tidak pernah benci pada Selatan: Saya menghormati visi mereka
Aku hanya benci pada niggas yang mempromosikan Samboism
Dan putih eksekutif yang suka melihat kami dalam posisi itu
Mereka mencerminkan stereotip visi Amerika
Mereka ingin kita menari, cooning dan berteriak
Hanya hormat kami untuk bermain olahraga dan pemodelan
Lebih dari rasisme: itu tinggal di tempat-isme Anda
Lebih banyak orang terjebak dalam praktis blackface-isme
Jadi fuck Perang Saudara antara Utara dan Selatan
Ini antara niggas lapangan dan budak yang terjebak di dalam rumah
perang sipil untuk jiwa bangsa
Ini adalah perjuangan untuk menyelamatkan peradaban
Demonstrasi menggulingkan pendudukan
Penghancuran penjajahan mental yang
perang sipil untuk jiwa bangsa
Kami berjuang untuk masa depan peradaban kita
Hancurkan organisasi pemerintah yang korup
Mencoba untuk bertahan hidup pembunuhan budaya
Crip niggas, Darah nigga, eses, Asia
Kenapa sih kita berperang dengan populasi masing-masing?
Jika Anda pernah ingin mati semua penduduk kita
Orang-orang di bangsa, [?] Mengapa pemisahan?
Mengapa kita harus membenci Jamaika pada Hatians?
Ketika Inggris dan Perancis kedua negara diperkosa
Meksiko dan orang kulit hitam membunuh satu sama lain: lurus membenci
Sementara keuntungan pemerintah dari populasi penjara
Jika Anda pada bagian bawah, akan Anda Anglo atau Asia
Anda harus memahami realitas dari apa yang saya katakan
Anda harus mengenali G musuh lain di
Ketika naik polisi, mereka takut pada kita sering
Kita harus membuat Anda melihat di mana kebenaran akan
Jika Anda G, kemudian pergi dan mengembangkan GD
50 tahun geng dan rakyat kita masih miskin
Jika kita berjalan dari jalan-jalan kita benar-benar harus mengakhiri perang
Hati kami tercabik-cabik seperti itu y'alls
Menonton menara penuh jiwa jatuh ke serbuk gergaji
Setiap kita disebut kantor Anda Anda mengabaikan kami
Sekarang Anda memegang audiensi semua dalam Kongres
Mikroskop pada kita, tanyakan apakah kita jihadis
Jawaban saya ini sejalan dengan semua para Founding Fathers
Saya pikir itu yang terbaik Patrick berkata: Berikan saya kebebasan atau kematian
Saya tidak akan pernah menerima sesuatu yang kurang
Anda claimi bersalah
Anda mengatakan Anda tanpa korban
Tapi Anda memberikan ciuman kematian dalam nama diri
Perbudakan dan pencurian telah membawa bangsa kita sampai akhir
Ketentraman warga Anda dengan kesuksesan
Kami percaya pada kebebasan, keadilan, keamanan
Tapi mereka hanya baik bila diterapkan secara universal
Tentu saja jika saya marah terhadap mesin
Tujuan saya hanya untuk membersihkan kuman keluar dari sirkuit
Kudengar kau tidak perlu takut meletakkan dalam hati Anda
Buat Anda membakar Qu'rans dan mengatakan padaku untuk tidak membangun masjid
Saya tidak pernah membuat jihad
Kami hanya ingin menyentuh kepala kita ke lantai dan berbicara dengan tuhan
Mintalah dia untuk menghapus noda dari hati kita setiap
Ancaman terbesar di luar negeri tidak datang dari bom manapun
Saat Anda menolak hak asasi manusia hanya beberapa
Apa yang terjadi ketika bahwa beberapa termasuk Anda? Perang sipil
Tidak peduli di mana Anda di, selalu mengikuti Anda di mana Anda berada
Dan sulit di luar sana untuk germo untuk keluar dari
Tapi itu sulit bagi pelacur yang dia mengalahkan kotoran keluar dari
Aku punya niggas bawah tanah di negara-negara konfederasi
Saya merasa berjalan [?] Perbudakan yang menciptakan penjara
Jadi saya tidak pernah benci pada Selatan: Saya menghormati visi mereka
Aku hanya benci pada niggas yang mempromosikan Samboism
Dan putih eksekutif yang suka melihat kami dalam posisi itu
Mereka mencerminkan stereotip visi Amerika
Mereka ingin kita menari, cooning dan berteriak
Hanya hormat kami untuk bermain olahraga dan pemodelan
Lebih dari rasisme: itu tinggal di tempat-isme Anda
Lebih banyak orang terjebak dalam praktis blackface-isme
Jadi fuck Perang Saudara antara Utara dan Selatan
Ini antara niggas lapangan dan budak yang terjebak di dalam rumah
perang sipil untuk jiwa bangsa
Ini adalah perjuangan untuk menyelamatkan peradaban
Demonstrasi menggulingkan pendudukan
Penghancuran penjajahan mental yang
perang sipil untuk jiwa bangsa
Kami berjuang untuk masa depan peradaban kita
Hancurkan organisasi pemerintah yang korup
Mencoba untuk bertahan hidup pembunuhan budaya
Crip niggas, Darah nigga, eses, Asia
Kenapa sih kita berperang dengan populasi masing-masing?
Jika Anda pernah ingin mati semua penduduk kita
Orang-orang di bangsa, [?] Mengapa pemisahan?
Mengapa kita harus membenci Jamaika pada Hatians?
Ketika Inggris dan Perancis kedua negara diperkosa
Meksiko dan orang kulit hitam membunuh satu sama lain: lurus membenci
Sementara keuntungan pemerintah dari populasi penjara
Jika Anda pada bagian bawah, akan Anda Anglo atau Asia
Anda harus memahami realitas dari apa yang saya katakan
Anda harus mengenali G musuh lain di
Ketika naik polisi, mereka takut pada kita sering
Kita harus membuat Anda melihat di mana kebenaran akan
Jika Anda G, kemudian pergi dan mengembangkan GD
50 tahun geng dan rakyat kita masih miskin
Jika kita berjalan dari jalan-jalan kita benar-benar harus mengakhiri perang
Hati kami tercabik-cabik seperti itu y'alls
Menonton menara penuh jiwa jatuh ke serbuk gergaji
Setiap kita disebut kantor Anda Anda mengabaikan kami
Sekarang Anda memegang audiensi semua dalam Kongres
Mikroskop pada kita, tanyakan apakah kita jihadis
Jawaban saya ini sejalan dengan semua para Founding Fathers
Saya pikir itu yang terbaik Patrick berkata: Berikan saya kebebasan atau kematian
Saya tidak akan pernah menerima sesuatu yang kurang
Anda claimi bersalah
Anda mengatakan Anda tanpa korban
Tapi Anda memberikan ciuman kematian dalam nama diri
Perbudakan dan pencurian telah membawa bangsa kita sampai akhir
Ketentraman warga Anda dengan kesuksesan
Kami percaya pada kebebasan, keadilan, keamanan
Tapi mereka hanya baik bila diterapkan secara universal
Tentu saja jika saya marah terhadap mesin
Tujuan saya hanya untuk membersihkan kuman keluar dari sirkuit
Kudengar kau tidak perlu takut meletakkan dalam hati Anda
Buat Anda membakar Qu'rans dan mengatakan padaku untuk tidak membangun masjid
Saya tidak pernah membuat jihad
Kami hanya ingin menyentuh kepala kita ke lantai dan berbicara dengan tuhan
Mintalah dia untuk menghapus noda dari hati kita setiap
Ancaman terbesar di luar negeri tidak datang dari bom manapun
Saat Anda menolak hak asasi manusia hanya beberapa
Apa yang terjadi ketika bahwa beberapa termasuk Anda? Perang sipil

Hidup Nan Meredup
Maut.. Entahlah apa yang membuatmu mendekap nalarku disetiap celah pada otakku..
Bukan hanya pada nyataku, pada tidurkupun engkau memelukku mesra..
Membisikan kata indah pada ruh yang menempatiku..
Dan dunia kadang hilang dalam benakku..
Demi masa yang telah menjadi benalu kukuatkan raga merangkak diantara produk produk yang berteriak..
Dan hasrat kubuang ke dataran tak bepijak..
Manusia dengan eksistensinya
Ohh fuck meengapa mereka berteriak .. tak sedikit dengan nada membentak, membuatku bersemangat untuk memberontak..Persetan hidup atau apakah ini namanya.. hasrat pembangkangan ini tak bisa kutolak dan kumakan idealisme mentah mentah untuk jadikan matang dengan berkala..Anarki, yah Anarki.. itulah yang tersirat, takkan mati ku sebelum kutahu hirarki sejatinya..
Equality, yah akan kulakukan pemberontakan itu bersama individu yang sejalan denganku.. dan lalu akan kami hantam otoritas, komoditas yang menindas sampai darh kami mengering terbakar matahari dan api semangat kami..
Tuhan, aku menggugatmu karena aku dianggap setan
Damn, kenapa hasrat ini begitu menjerat dan entah kenapa kumerasa puas melakukannya..
Aku merasa hidup dan sangat bersemangat untuk terus membakar janggut para korporat..
Mungkin karena kekejian mereka kepada sesama yang membuatku muak sehingga kubegitu berhasrat membakar, merusak, memaki , mencemooh mereka..Manusia lain menganggapku setan, tapi peduli basi .. Fuck 'em all..
Bila memang aku seperti setan, maka pada khalayak kuberitahukan aku ini setan yang kalian pikirkan.. yah setan yang menggugat hal bodoh yang kalian tuhankan..
Dalam hidup, kumeredup
Entah sampai kapan kutemukan kebenaran, kebenaran yang sejatinya.. yang kutahu aku merasa benar bila kumembela kebebasanku..
Dan untuk mereka para anjing anjing fasis.. ku bertindak sporadis.. radikal.. dan terkadang tak terjangkau nalar dalam setiap tindakanku..
Aku dan mereka yang sepertiku tak tertahan dan penuh kebebasan..
Sampai kelak masaku untuk bersuaka dan semangat mulai meredup..
Bukan hanya pada nyataku, pada tidurkupun engkau memelukku mesra..
Membisikan kata indah pada ruh yang menempatiku..
Dan dunia kadang hilang dalam benakku..
Demi masa yang telah menjadi benalu kukuatkan raga merangkak diantara produk produk yang berteriak..
Dan hasrat kubuang ke dataran tak bepijak..
Manusia dengan eksistensinya
Ohh fuck meengapa mereka berteriak .. tak sedikit dengan nada membentak, membuatku bersemangat untuk memberontak..Persetan hidup atau apakah ini namanya.. hasrat pembangkangan ini tak bisa kutolak dan kumakan idealisme mentah mentah untuk jadikan matang dengan berkala..Anarki, yah Anarki.. itulah yang tersirat, takkan mati ku sebelum kutahu hirarki sejatinya..
Equality, yah akan kulakukan pemberontakan itu bersama individu yang sejalan denganku.. dan lalu akan kami hantam otoritas, komoditas yang menindas sampai darh kami mengering terbakar matahari dan api semangat kami..
Tuhan, aku menggugatmu karena aku dianggap setan
Damn, kenapa hasrat ini begitu menjerat dan entah kenapa kumerasa puas melakukannya..
Aku merasa hidup dan sangat bersemangat untuk terus membakar janggut para korporat..
Mungkin karena kekejian mereka kepada sesama yang membuatku muak sehingga kubegitu berhasrat membakar, merusak, memaki , mencemooh mereka..Manusia lain menganggapku setan, tapi peduli basi .. Fuck 'em all..
Bila memang aku seperti setan, maka pada khalayak kuberitahukan aku ini setan yang kalian pikirkan.. yah setan yang menggugat hal bodoh yang kalian tuhankan..
Dalam hidup, kumeredup
Entah sampai kapan kutemukan kebenaran, kebenaran yang sejatinya.. yang kutahu aku merasa benar bila kumembela kebebasanku..
Dan untuk mereka para anjing anjing fasis.. ku bertindak sporadis.. radikal.. dan terkadang tak terjangkau nalar dalam setiap tindakanku..
Aku dan mereka yang sepertiku tak tertahan dan penuh kebebasan..
Sampai kelak masaku untuk bersuaka dan semangat mulai meredup..
Personal Interview With Herry Sutresna (Revolusianto)
Sore kemarin (senin, 24/11), cuaca sedang mendung bertempat pinggir
jalan sebuah warung kopi yang memang kegiatan kegemaran mencari
inspirasi bersama tukang becak, dan.. Kemudian pikiran berserapah
membuat suatu keinginan *ting ~ serupa bohlam yang menyala* sebelum raga
ini mati ingin membuat ‘Personal Interview’ kepada 3 idola yang selama
ini memang mempengaruhi kehidupan saya, yea that’s right. Tak serupa
dengan interview formal kebanyakan di media, ini sebuah personal dan
saya juga bingung, mengapa saya membuatnya selama ini (?).
Dia adalah Herry Sutresna a.k.a Ucok a.k.a Morgue Vanguard, yea… 14 tahun [1994 - 2007 and R.I.P] lalu berjaya bersama band hip-hop dengan sebutan HOMICIDE. Mungkin beberapa dari kalian sudah mengenalnya, atau malah seperti beberapa sekawan dan sekumpulan bule yang terkejut melihat tulisan “HOMICIDE” yang tertera pada baju saya? apa malah bingung ketika saya setiap pagi medengarkan rima-rima serupa hadist dari karya ultra-brilliant mereka? hahahaha terserah apa presepsi – argumen kalian, amigo… Mari kita santai sejenak. :D
1. Ini adalah pertanyaan yang paling menghantui pikiran saya selama ini, mengapa Homicide bubar?
Pertama karena kelamaan, bosen. Kedua, semua anggota aslinya udah pada ga ada. Aszi, Lephe, Kiki dah cabut semua. Dah ga jelas juga diterusin pake nama Homicide yang notabene Lephe yang ngasih nama. ketiga; bosen. Alesan ke-empat dst-nya, bosen.
2. Dan Apa rutinitas Anda selama ini?
Cari makan, cari masalah dan cari kesenangan.
3. Rutinitas melatih otak yang tidak pernah anda tinggalkan?
Emang perlu dilatih?
4. Dimana anda tinggal saat ini, mengapa anda tinggal disana?
Di Bandung. Karena emang betah di Bandung. Meski sekarang makin menyebalkan, saya ga yakin bisa tinggal di kota laen sebetah disini
5. Dimana tempat manggung yang paling berkesan atau inspiratif dan mengapa?
Di toko buku Ultimus dulu sekali, waktu masih di jalan Lengkong pas launching Nekrophone Dayz. Selain tempat itu anek buat bikin panggung kecil yang intim, saya senang karena acaranya dibuat semau kami dan yang maen manggung bareng adalah teman2 sendiri yang band-band nya saya juga sukai, ada acara diskusi antar elemen-nya juga dan yang di undang datang semua. Dari serikat petani sampe serikat mantan karyawan PTDI, semuanya orang2 yang saya kagumi dan saya hormati. Dan gak ada polisi datang ngebubarin. That was a great day.
6. Apa yang anda lakukan ketika sedang jenuh dengan kepenatan hidup?
Apa ya? karena saya ga pernah penat idup. Kalo pertanyaan ini maksudnya konsultasi, saran saya sih paling pikirin aja besok pagi kamu mati, dan hari ini hari terakhir, dijamin seger lagi dan semangat mikirin mau ngapain.
7. Hal paling kejam apa yang pernah di katakan orang kepada Anda?
Gak ada kalo kejam sih. Kalo nyebelin banyak.
8. Hal Tentang apa, semua orang harus tutup mulut?
Apa ya? Gak ada kayaknya.
9. Nasihat apa yang Anda telah ambil, namun tidak Anda Lakukan?
Nasihat berhenti merokok. Klasik.
10. Apa yang Anda pikirkan ketika Anda memikirkan Indonesia?
Gak ada, karena gak pernah mikirin Indonesia.
11. Album (kaset / CD) siapa yang pertama anda beli dengan Uang anda sendiri?
Album “Raising Hell” – RUN DMC, taun 86. Duitnya dapet dari ngejual duren di Rangkasbitung dulu. Beli kasetnya naek kereta api ke Jakarta. Tapi sebenernya bukan duit sendiri juga, soalnya durennya dapet dari kebon nenek tanpa izin. Alias maling.
12. Bagaimana Anda memanjakan diri sendiri?
Mmmm, banyak cara. Mendengarkan musik dan membeli rekaman yang saya suka adalah salah satunya.
13. Hal apa yang anda paling takuti?
Takut air dalem. Ga bisa berenang.
14. Well, apakah arti sebuah pemberontakan menurut Anda?
Apa ya? bingung saya juga…
15. Apa Anda pernah bertemu selebriti yang aneh, siapa? (penggagas nasionalisme usang, ‘Pandji’, mungkin) *ups*
Semua orang juga aneh, at least punya keunikannya sendiri. Selebriti Itu urusan laen. Gak ada hubungan ama yg aneh2. Kalo soal Pandji dari jaman kuliah juga udah kenal, dia adik kelas saya. Komik Hellboy saya masih di dia rasanya. Dia bukan penggagas nasionalisme usang, dia cuman korban dari orang2 yg nganggap nasionalisme itu solusi buat ngatasin krisis akhir jaman kaya sekarang. Padahal nasionalisme udah kehilangan relevansi nya. But he’s damn funny person anyway. Its good to know him.
16. Siapa yang akan menjadi Tamu ideal makan malam Anda, hidup atau mati, dan apa yang akan Anda layani untuk dia/mereka?
Ibu anak-anak saya tentunya. Saya akan melayani dia termasuk untuk hal yang kinky-kinky.
17. Pertanyaan terakhir dari saya. Lagu apa yang ingin di putar pada acara pemakaman Anda?
Ga usah muter apa2. Ga penting. Udah mati ya mati aja.
Dan ada pertanyaan titipan dari para sahabat dan kenalan saya;
1. Launching album solo atau yang sama DJ-Still ditunggu pisaaaaaaan, kapan keluarnya?
Kolabo 7″ dengan DJ Still (The Brutalist School) dah beres. Lagi dia mastering. Mungkin awal desember rilisnya. Album solo sih awal taun moga2 kelar. Masih saya kejar. Thanks for asking.
2. Dan menurut anda walikota bandung itu seperti apa? [Bani Adam]
Jangan tanya. Dengernya namanya aja udah menyebalkan.
Morgue Vanguard with Bani Adam on Inagurasi Fikom 2010
3. Kapan bikin album lagi? [Rahung Nasution]
Lagi bikin masbro-bung-om-coy-lae rahung :)
4. Menurut Anda, kapan negara ini sadar dengan rakyat? [Putu Harta Wirasana]
Menurut anda sendiri kapan rakyat sadar kita ga butuh negara?
sumber: http://illsurrekshun.wordpress.com/2011/10/27/personal-interview-with-morgue-vanguard/
Dia adalah Herry Sutresna a.k.a Ucok a.k.a Morgue Vanguard, yea… 14 tahun [1994 - 2007 and R.I.P] lalu berjaya bersama band hip-hop dengan sebutan HOMICIDE. Mungkin beberapa dari kalian sudah mengenalnya, atau malah seperti beberapa sekawan dan sekumpulan bule yang terkejut melihat tulisan “HOMICIDE” yang tertera pada baju saya? apa malah bingung ketika saya setiap pagi medengarkan rima-rima serupa hadist dari karya ultra-brilliant mereka? hahahaha terserah apa presepsi – argumen kalian, amigo… Mari kita santai sejenak. :D
1. Ini adalah pertanyaan yang paling menghantui pikiran saya selama ini, mengapa Homicide bubar?
Pertama karena kelamaan, bosen. Kedua, semua anggota aslinya udah pada ga ada. Aszi, Lephe, Kiki dah cabut semua. Dah ga jelas juga diterusin pake nama Homicide yang notabene Lephe yang ngasih nama. ketiga; bosen. Alesan ke-empat dst-nya, bosen.
2. Dan Apa rutinitas Anda selama ini?
Cari makan, cari masalah dan cari kesenangan.
3. Rutinitas melatih otak yang tidak pernah anda tinggalkan?
Emang perlu dilatih?
4. Dimana anda tinggal saat ini, mengapa anda tinggal disana?
Di Bandung. Karena emang betah di Bandung. Meski sekarang makin menyebalkan, saya ga yakin bisa tinggal di kota laen sebetah disini
5. Dimana tempat manggung yang paling berkesan atau inspiratif dan mengapa?
Di toko buku Ultimus dulu sekali, waktu masih di jalan Lengkong pas launching Nekrophone Dayz. Selain tempat itu anek buat bikin panggung kecil yang intim, saya senang karena acaranya dibuat semau kami dan yang maen manggung bareng adalah teman2 sendiri yang band-band nya saya juga sukai, ada acara diskusi antar elemen-nya juga dan yang di undang datang semua. Dari serikat petani sampe serikat mantan karyawan PTDI, semuanya orang2 yang saya kagumi dan saya hormati. Dan gak ada polisi datang ngebubarin. That was a great day.
6. Apa yang anda lakukan ketika sedang jenuh dengan kepenatan hidup?
Apa ya? karena saya ga pernah penat idup. Kalo pertanyaan ini maksudnya konsultasi, saran saya sih paling pikirin aja besok pagi kamu mati, dan hari ini hari terakhir, dijamin seger lagi dan semangat mikirin mau ngapain.
7. Hal paling kejam apa yang pernah di katakan orang kepada Anda?
Gak ada kalo kejam sih. Kalo nyebelin banyak.
8. Hal Tentang apa, semua orang harus tutup mulut?
Apa ya? Gak ada kayaknya.
9. Nasihat apa yang Anda telah ambil, namun tidak Anda Lakukan?
Nasihat berhenti merokok. Klasik.
10. Apa yang Anda pikirkan ketika Anda memikirkan Indonesia?
Gak ada, karena gak pernah mikirin Indonesia.
11. Album (kaset / CD) siapa yang pertama anda beli dengan Uang anda sendiri?
Album “Raising Hell” – RUN DMC, taun 86. Duitnya dapet dari ngejual duren di Rangkasbitung dulu. Beli kasetnya naek kereta api ke Jakarta. Tapi sebenernya bukan duit sendiri juga, soalnya durennya dapet dari kebon nenek tanpa izin. Alias maling.
12. Bagaimana Anda memanjakan diri sendiri?
Mmmm, banyak cara. Mendengarkan musik dan membeli rekaman yang saya suka adalah salah satunya.
13. Hal apa yang anda paling takuti?
Takut air dalem. Ga bisa berenang.
14. Well, apakah arti sebuah pemberontakan menurut Anda?
Apa ya? bingung saya juga…
15. Apa Anda pernah bertemu selebriti yang aneh, siapa? (penggagas nasionalisme usang, ‘Pandji’, mungkin) *ups*
Semua orang juga aneh, at least punya keunikannya sendiri. Selebriti Itu urusan laen. Gak ada hubungan ama yg aneh2. Kalo soal Pandji dari jaman kuliah juga udah kenal, dia adik kelas saya. Komik Hellboy saya masih di dia rasanya. Dia bukan penggagas nasionalisme usang, dia cuman korban dari orang2 yg nganggap nasionalisme itu solusi buat ngatasin krisis akhir jaman kaya sekarang. Padahal nasionalisme udah kehilangan relevansi nya. But he’s damn funny person anyway. Its good to know him.
16. Siapa yang akan menjadi Tamu ideal makan malam Anda, hidup atau mati, dan apa yang akan Anda layani untuk dia/mereka?
Ibu anak-anak saya tentunya. Saya akan melayani dia termasuk untuk hal yang kinky-kinky.
17. Pertanyaan terakhir dari saya. Lagu apa yang ingin di putar pada acara pemakaman Anda?
Ga usah muter apa2. Ga penting. Udah mati ya mati aja.
Dan ada pertanyaan titipan dari para sahabat dan kenalan saya;
1. Launching album solo atau yang sama DJ-Still ditunggu pisaaaaaaan, kapan keluarnya?
Kolabo 7″ dengan DJ Still (The Brutalist School) dah beres. Lagi dia mastering. Mungkin awal desember rilisnya. Album solo sih awal taun moga2 kelar. Masih saya kejar. Thanks for asking.
2. Dan menurut anda walikota bandung itu seperti apa? [Bani Adam]
Jangan tanya. Dengernya namanya aja udah menyebalkan.
Morgue Vanguard with Bani Adam on Inagurasi Fikom 2010
3. Kapan bikin album lagi? [Rahung Nasution]
Lagi bikin masbro-bung-om-coy-lae rahung :)
4. Menurut Anda, kapan negara ini sadar dengan rakyat? [Putu Harta Wirasana]
Menurut anda sendiri kapan rakyat sadar kita ga butuh negara?
sumber: http://illsurrekshun.wordpress.com/2011/10/27/personal-interview-with-morgue-vanguard/
Sabtu, 12 Oktober 2013
Cinta, Duka Lara dan Anganku Terbakar Fajar
Kumeliat langit senja, jingga dan kelabu membeku kaku..
Jingga, indah dengan langit yang retak bercelah seperti terbelah.. Gelap dan hitam pekat perlahan merayap menelan langit yang jingga itu, tapi itulah bagian yang kusukai kala senja berganti gelap gulita..Gelap pekat, ya pekat dan memeluk erat.. Melilit hasrat untuk terus berbuat,, aku sendiri tak pernah mengerti kenapa kegelapan memberiku nyawa, membuaiku dalam ikatan terdalam lautan kelam..Anjing, aku terlanjur sesat dan bukan nikmat sesaat.. PerSETAN .. PerTUHAN .. damned, what the hell it..!!!Dalam gelap ku merasakan kenikmatan, namun entah setan apa yang merasukiku.. aku tak kuasa pada bintang.. bintang yang berkelip terang, memelukku penuh kehangatan, memberiku kebahagiaan namun membakar semangatku sampai hangus kala fajar..
Seperti biasa, malamku berganti dan matahri tak pernah mengkhiati..
Berjuta khalayak mungkin kini mulai terbangun dari mimpi, pembangkang mulai membuka mata untuk bersiap tegap menantang setelah memadu kasih dengan sang malam,, Sinar fajar kini mulai binar meludahi nalar dan aku bertindak tanpa harus ditalar..
Secangkir kopi hitam dan sebatang roko kurasa cukup untuk santap pagiku, karena itu kebiasaanku yang kini telah mendarah daging.. entahlah, tidak sedikit individu yang menceramahiku bahwa ini bukanlah gaya hidup sehat namun bagiku ini akal sehatku bukan keegoisanku yang mengganggu mereka.. WHAT THE FUCK 'EM ALL :v
Matahari tak seindah bintang..Udara sejuk kian menusuk, perlahan hilang bersuaka bersama memuai pada dedaunan menjadi embun ..Surya, nama lainmu.. ribuan tahun para purba memujamu.. mengagungkan kehebatanmu menerangi dunia, tak bermasa tak berkala.. menjadi kultur yang mereka jaga dengan jiwa dan rasa mereka.. apa hebatmu tanpa penciptamu.. kau bukan apa apa bagiku, hanya sebatas cahaya abadi atau mungkin api abadi yang kapanpun bisa membakar kami..Tapi tanpamupun aku takkan bisa mencumbui bintang, kau tak pernah iri meski kuhanya mencintai bintang.. bahkan kau setia meminjamkan cahayamu untuknya, tapi itu takkan merubah rasaku.. karena bintanglah yang menemani kegelapanku, memeluku erat dan benar benar hangat.. kau tak seindah bintang..
Jumat, 11 Oktober 2013
Underground dan Punk di Bandung
Bandung kota urban dengan beribu musisi cadas, dan mungkin genre PUNK mendominasi termasuk dengan gaya hidup, kultur juga fashion nya..
Rasanya sangatlah menggelitik bila PUNK yang dikenal dengan rasa persaudaraan juga kebersamaannya dipenuhi dengan perselisihan, adu cek cok mulut, saling sindir di dunia nyata dan media sosial, juga keegoisan idealisme yang bertolak belakang..Mungkin kita baca sejarah PUNK terlebih dahulu sebagai berikut :
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama. Dan Kita Simak Sejarah Bandung Underground
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama. Dan Kita Simak Sejarah Bandung Underground
ALAH BESAR JIKA MENGANGGAP BANDUNG UNDERGROUND HANYA SEBUAH SCENE ATAU SUBKULTUR. IA TELAH MENJELMA JADI PENANDA JAMAN KETIKA GAIRAH BERMUSIK DIMANIFESTASIKAN KE DALAM SEMANGAT PEMBERONTAKAN TERHADAP KEMAPANAN, KEBERSAMAAN UNTUK MENGATASI KETERBATASAN, SERTA EKSISTENSI DIRI.

BARUDAK Bandung selalu punya cara tersendiri untuk berinteraksi dengan jamannya. Generasi Gito Rollies dan Deddy Stanzah, misalnya, menunjukkan spirit pemberontakan mereka dengan menganut gaya hidup urakan-ugal-ugalan. Sambil, tentu saja, tidak lupa berlaku-pagu via musik. Dan rock ‘n roll dipilih menjadi rel untuk menghela gerbong gejolak jiwa mereka.
Generasi Gito Rollies dikenal sangat badung. Tapi faktanya prestasi mereka dalam bermusik sangat istimewa. Itulah yang menyebabkan kebadungan mereka bisa ditolerir sejarah. Bahkan sejarah malah berbalik menyanjung mereka sebagai figur-figur prestisius.
Lebih-kurang dua dekade setelah era keemasan angkatan Gito Rollies dan Deddy Stanzah berlalu, generasi muda Bandung menganut cara lain dalam menunjukkan eksistensinya. Ketika ruang arusutama didominasi kemestian bernama komodifikasi yang selalu berbaju proyeksi mengejar keuntungan materi semata — sehingga tidak memberi spasi memadai buat spirit lain di luar itu, mereka memilih jalan lain dalam mengekspresikan letupan-letupan liar dalam benak mereka. Letupan-letupan itu awalnya mengecambah secara sendiri-sendiri di titik-titik tertentu. Maka kemudian, tumbuhlah beberapa kantung komunitas. Sekadar menyebut, ada komunitas TU yang biasa nongkrong di Jalan Teuku Umar. Band-band semacam Balcony atau Take A Stand mengerek komunitas ini. Komunitas ini kemudian melahirkan kompilasi historikal bertajuk Brain Baverages.
Ada juga komunitas Balkot yang doyan nangkring di Balai Kota Bandung. Di samping fokus pada musik, mereka ini punya kecenderungan mengakrabi olahraga ekstrem skateboarding. Mungkin ini ada kaitannya dengan saujana Balkot yang memang cukup asoy dijadikan tempat bermain papan luncur. Bahkan di kemudian hari komunitas ini mengidentifikasikan diri sebagai salah satu scene yang meletakkan fondasi subkultur skateboarding di kota kembang.
Sampai kemudian di era mutakhir awal 2000-an, masih di Balkot, muncul pula komunitas lain bernama Kolektif Balkot Jam Lima Sore. Komunitas yang bersulih nama menjadi Balkot Terror Project ini adalah sebuah gerakan kolektif yang dibangun secara sel dengan semangat memelihara kemurnian ideologi bermusik. Di mata mereka, betapa pun arus komodifikasi terhadap scene sudah sedemikian dahsyat dan merongrong idealisme, gelombang komersialisasi tetap harus dilawan dengan segenap upaya (catatan: untuk Kolektif Balkot Jam Lima Sore akan dibahas dalam tulisan khusus).
Semangat D.I.Y (Do It Yourself) pun jadi pilihan. Mereka menggelar gigs atau mengeluarkan rilisan — baik album maupun newsletter — secara permana dan murni swadaya. Gigs digelar dengan cara kolektif, dalam arti setiap band yang main harus urunan untuk sekadar menyewa alat musik dan tempat. Sebuah solusi yang kemudian jadi pilihan ketika minta ijin untuk menggelar acara sepelik mencari jarum di padang ilalang. Sementara rilisan dikemas sesederhana mungkin, nu penting kumaha carana lagu uing bisa didengekeun ku batur. Pola penggandaan CD dengan menggunakan personal komputer pun kerap ditempuh dan lantas dijual dengan harga: ceban!!!
Jangan lupakan pula sekelompok pengusung idealisme dan ideologi punk yang sampai sekarang tetap panceg dina galur berinteraksi dengan sejawatnya di sekitar kawasan perbelanjaan Bandung Indang Plaza (BIP). Jangan pernah menganggap sepele kontribusi mereka dalam meletakkan fondasi Bandung Underground. Salah satu gigs bersejarah bernama Gorong-Gorong Bandung dicetuskan Dadan Ketu, salah seorang peretas komunitas tersebut.
Bukan hanya gigs Gorong-Gorong, Dadan Ketu bersama PI Crew — nama lain dari komunitas BIP — menancapkan pula tonggak lain bernama Bandung’s Burning. Sebuah rilisan berisi kompilasi sejumlah band punk yang mencatat sukses luar biasa. Band-band seperti Jeruji, Runtah, The Bollocks, atau Keparat, harus diakui, terkerek namanya berkat kompilasi yang dirilis menggunakan label Riotic Records itu.
Dan voila… komunitas paling fenomenal tentu saja Ujungberung Rebel. Komunitas ini tumbuh sedemikian rupa jadi kisi-kisi penting harakah musik bawah tanah kota kembang. Tidak hanya komitmen tinggi panceg dina galur memainkan musik-musik ultragaduh, di sana juga ada geliat ekonomi kreatif-kerakyatan mulai dari jualan kaus, tukang sablon, sampai mendirikan perusahan rekaman independen yang sangat marak. Harus kita akui, komunitas inilah yang mencancapkan fondasi, pengaruh, dan kontribusi paling besar terhadap Bandung Underground.
Tak bisa dipungkiri, kantung-kantung komunitas itulah yang menjadi noktah-noktah penyangga dari sebuah fenomena bernama Bandung Underground. Sebuah fenomena peradaban yang gaungnya kini tidak hanya terdengar di ranah nasional, melainkan juga sudah merambah sampai ke mancanegara. Sayangnya, subkultur ini harus menjalani masa-masa paling sulit sejak awal 2008. Tepatnya selepas tragedi AACC yang ditandai meregangnya sebelas orang nyawa dalam acara peluncuran album perdana Beside.
Satu hal penting yang mesti digarisbawahi, betapa pun identik dengan band-band bising, keliru juga jika kita menganggap Bandung Underground melulu dihuni dan dibesarkan oleh band-band punk, hardcore, metal, jeung sajabana. Sejumlah godfather yang meletakkan fondasi Bandung Underground justru tidak memainkan musik metal. Sebut saja Richard Mutter. Bersama Yukie, Bengbeng, dan Trisno di Pas Band, Richard tidak memainkan metal sefrontal yang diperagakan Sonictorment, Forgotten, atau Jasad. Demikian pula dengan Pure Saturday yang sampai saat ini tetap dianggap sebagai salah satu peletak tiang pancang eksistensi Bandung Underground. Ada pula band indiepop klasik seperti Kubik atau Cherry Bombshell.
Meski demikian, kita tidak bisa menyalahkan persepsi khalayak jika Bandung Underground diidentikan dengan band-band bising. Sebab, salah satu momen yang membuat istilah Bandung Underground berkibar kencang seperti sekarang memang berkat imbas kesuksesan sebuah gigs metal bernama Bandung Underground.
KELAHIRAN
Sebuah literatur menyebutkan, istilah underground sudah dipakai di Majalah Aktuil pada 70-an. Istilah itu muncul untuk mendeskripsikan sebuah gaya bermusik dengan memainkan lagu-lagu kencang yang substansinya amat sarat dengan perlawanan terhadap sistem nan mapan. Tentu saja saat itu istilah Bandung Underground belum muncul atau setenar sekarang. Meski demikian, kota kembang tetap mengirimkan wakilnya ke garda depan saat khalayak bicara musik underground. Ada grup bernama Super Kid dan Giant Step, dua band legendaris yang sangat diperhitungkan dalam sejarah rock tanah air. Mereka dianggap ‘gerilyawan’ pengacau patron industri musik tanah air yang saat itu didominasi lagu-lagu pembangkit buluh perindu.
Sebuah literatur menyebutkan, istilah underground sudah dipakai di Majalah Aktuil pada 70-an. Istilah itu muncul untuk mendeskripsikan sebuah gaya bermusik dengan memainkan lagu-lagu kencang yang substansinya amat sarat dengan perlawanan terhadap sistem nan mapan. Tentu saja saat itu istilah Bandung Underground belum muncul atau setenar sekarang. Meski demikian, kota kembang tetap mengirimkan wakilnya ke garda depan saat khalayak bicara musik underground. Ada grup bernama Super Kid dan Giant Step, dua band legendaris yang sangat diperhitungkan dalam sejarah rock tanah air. Mereka dianggap ‘gerilyawan’ pengacau patron industri musik tanah air yang saat itu didominasi lagu-lagu pembangkit buluh perindu.
Super Kid dan Giant Step tidak sendirian dalam meletakkan fondasi musik ala bawah tanah. Ada AKA dan SAS dari Surabaya, Terencem dari Solo, sampai grup rock paling legendaris di tanah air, God Bless, yang mengibarkan bendera ibu kota. Dan kita sama sekali tidak bisa memungkiri, merekalah yang meletakkan kisi-kisi subkultur bermusik ala underground. Setidaknya mereka telah mengajak generasi muda untuk memberontak terhadap nilai-nilai kolot yang mengungkung kreativitas.
Beruntunglah, apa yang mereka bangun tidak sampai kehilangan benang merah terhadap generasi setelahnya. Khususnya di Bandung, apa yang sudah diretas The Rollies, Super Kid, atau Giant Step, diteruskan oleh anak-anak muda generasi 90-an. Salah satu embrio terpenting scene Bandung Underground diyakini lahir dari Studio Reverse, yang terletak di daerah Sukasenang. Adalah Richard Mutter dan Helvi, dua figur penting di balik lahirnya Reverse. Studio ini dianggap penting bukan hanya karena menyediakan tempat berlatih buat band-band bising. Reverse memegang peran krusial dalam sejarah Bandung Underground saat mendirikan distro yang menyediakan pernak-pernik musik dari mancanegara. Kaset, CD, kaos, poster, dan lain-lain, tersedia di sana. Dengan cara itu, ibaratnya, Reverse membukakan jalan bagi para scenester untuk bersinggungan dengan dunia luar.
Richard kemudian menindaklanjuti sumbangsih penting buat scene dengan mendirikan Pas Band dan label rekaman independen dengan nama unik, 40.1.24. Pas Band ditahbiskan sebagai grup munggaran di Indonesia yang merilis album secara independen pada 1993. Album mereka bertajuk Four Through The S.A.P mencuri perhatian setiap orang yang punya gendang telinga tebal dan tak heran bila 5000 keping kasetnya tandas diburu orang dalam waktu satu setengah kejap.
Empat tahun kemudian, masih dengan bendera 40.1.24, Richard juga merilis sebuah mahakarya kompilasi yang diberi tajuk Masaindahbangetsekalipisan. Kompilasi ini layak disebut mahakarya bukan hanya karena memuat band-band anjisuranjis-edunsuredun macam Burgerkill dan Puppen, tapi juga menyodorkan sebuah inisiasi kepada publik mundial bahwa aing ge bisa nyieun nu kieu!
Tanpa konsep distribusi yang muluk dan ribet, gaung Four Through The S.A.P dan Masaindahbangetsekalipisan tembus ke mana-mana. Pada waktu bersamaan, sebuah stasiun radio yang tak kalah anjisuranjis-edunsuredun bernama GMR (singkatan dari Generasi Muda Radio), tengah mengibarkan bendera ke angkasa dengan sekencang-kencangnya. Peran Radio GMR sangat krusial sebagai media penyambung antara band dan anak muda bergendang telinga tebal. Inilah radio yang secara konsisten menyediakan frekuensinya untuk disesakki musik-musik bising melulu. Lagu-lagu dari kedua album tersebut nyaris saban hari menderu-deru di frekuensi 104.4 FM.
Ketika spasi buat musik ultragaduh di tempat lain masih sangat dikebiri, GMR dengan lantang memutar lagu-lagu dari band dengan nama-nama asing. Bukan hanya rilisan dari band lokal, tapi juga grup dari luar negeri. Radio inilah yang membuat barudak kota kembang cepat akrab dengan grup seperti Carcass, Benediction, Gorfest, dan sejibun band inspiratif lain. Sebuah kondisi yang tak terjadi di tempat lain. GMR juga punya kepedulian maksimal jadi media publikasi verbal rilisan-rilisan lokal. Bahkan rilisan amatir pun mereka mau memutarkannya (Catatan: tentang GMR akan dibahas khusus pada bagian lain).
SCENE
Di antara sejumlah faktor yang membuat Bandung Underground cepat besar, komunitas adalah faktor yang sangat penting — kalau tidak boleh menyebut paling penting. Merekalah yang menyemai embrio dan memeliharanya agar terus hidup di antara himpitan setumpuk persoalan.
Di antara sejumlah faktor yang membuat Bandung Underground cepat besar, komunitas adalah faktor yang sangat penting — kalau tidak boleh menyebut paling penting. Merekalah yang menyemai embrio dan memeliharanya agar terus hidup di antara himpitan setumpuk persoalan.
Walaupun dianggap sebagai ikon komersial, pusat pertokoan Bandung Indah Plaza (BIP) ternyata punya peran penting dalam sejarah Bandung Underground. Tempat ini jadi kilometer nol kelahiran sebuah komunitas sangat klasik yang menamakan diri Bandung Death Metal Area alias Badebah. Komunitas ini lahir di tangan para penggila thrash, death metal, dan grindcore. Prokalamator komunitas ini adalah Uwo, vokalis band Funeral asal Sukaasih, Ujungberung. Di samping Funeral, para personel band Jasad dan Necromancy juga secara intens menggerakkan scene ini.
Babedah tumbuh tanpa disekat perbedaan aliran musik, sebab kemudian barudak dari bermacam latar belakang pun turut bergabung. Bendera Badebah makin berkibar setelah dijadikan program siaran di Radio Salam Rama Dwihasta yang bermarkas di Sukaasih, Ujungberung. Di tangan kuartet penyiar Agung-Dinan-Uwo-Iput, program ini mengudara pada rentang 1992 hingga 1993 dan sertamerta jadi primadona. Ukurannya sederhana: 200 sampai 300 pucuk kartu pos mampir ke markas Radio Salah Rama Dwihasta saban pekan. Eusina macem-macem, mulai menta lagu nepi ka nitip salam keur dulur nu lain.
Di tempat berbeda, barudak lain juga membangun komunitas masing-masing atau bergabung dengan komunitas yang sudah terbentuk. Para scenester tidak hanya menjadikan komunitas-komunitas ini sebagai tempat nongkrong. Mereka juga menjadikan komunitas sebagai sarana untuk membangun jejaring dan mengembangkan ide.
Barudak Ujungberung lagi-lagi berada di garda depan. Di sebuah studio musik bernama Palapa, insting bergaul hanya untuk jadi ajang nongkrong pengisi waktu senggang, pelahan-lahan dikoreksi sehingga membuahkan hasil yang lebih produktif. Setelah ritual nongkrong sudah dianggap mentok dan tidak menghasilkan apa-apa, mereka kemudian membentuk Extreme Noise Grinding (ENG). ENG sukses membuka jaringan ke mana-mana, sampai ke luar kota bahkan mancanegara.
ENG membuat konsep berkomunitas jadi lebih terarah. Salah satu sumbangsih terbesar ENG adalah gigs metal yang sangat fenomenal bernama Bandung Berisik. Zine Revograms yang dirilis kali pertama pada Maret 1995 bisa menghajar mata scenester juga berkat ENG. Revograms sangat inspirasional karena jadi zine underground munggaran di tanah air.
Kelebihan ENG ada pada kemampuannya memberdayakan lingkungan. Mereka tidak hanya menempa anggota komunitas dalam hal bagaimana bermusik yang baik. Alhasil, ENG sanggup ngigelan jaman. Scene ini kemudian bersulih rupa jadi Homeless Crew yang sangat identik dengan Ujungberung. Nama Homeless Crew dicetuskan Ivan Scumbag sebagai manifestasi penolakan terhadap (lagi-lagi) kemapanan.
Tahun 1997, sejumlah band yang aktif di Homeless Crew sepakat merilis kompilasi Ujungberung Rebels yang ultrahistorikal di bawah bendera Independen Records. Kompilasi ini tak memuat hal lain kecuali musik ultragaduh dari band-band edan yang di kemudian hari semuanya jadi metalhead. Sedemikian historikalnya Ujungberung Rebels, sehingga tak ada satu pun band yang ikut dalam kompilasi ini yang tidak menjadi legenda. Tak heran bila publik menjadikan kompilasi ini sebagai salah satu relief sejarah terpenting Bandung Underground.
Saking besarnya efek kompilasi Ujungberung Rebels, barudak Homeless Crew pun kadang disebut Ujungberung Rebels. Sampai sekarang, komunitas ini tanpa henti melahirkan band dan musik yang mematikkan.
GIGS
Bandung Underground mencapai puncak kejayaan ketika GOR Saparua secara berkala menggelar gigs. Inilah tempat yang menjadi titik api Bandung Underground. Semangat bermusik yang diusung masing-masing komunitas mengalir dan bermuara ke GOR Saparua. Di sinilah nama-nama angker seperti Puppen, Jasad, Forgotten, Burgerkill, Jeruji, Blind to See, Balcony, Turtle Jr., Koil, dan sederet nama lain, dibaptis jadi wakil generasi terbaik Bandung Underground.
Bandung Underground mencapai puncak kejayaan ketika GOR Saparua secara berkala menggelar gigs. Inilah tempat yang menjadi titik api Bandung Underground. Semangat bermusik yang diusung masing-masing komunitas mengalir dan bermuara ke GOR Saparua. Di sinilah nama-nama angker seperti Puppen, Jasad, Forgotten, Burgerkill, Jeruji, Blind to See, Balcony, Turtle Jr., Koil, dan sederet nama lain, dibaptis jadi wakil generasi terbaik Bandung Underground.
Nonton gigs di GOR Saparua lantas menjadi ritus wajib bagi para scenester. Saban akhir pekan GOR tersebut ibarat muara tempat bertemunya berbagai kepentingan, mulai dari vokalis band yang hendak merentang otot leher, pagawai drum yang gatal ingin menghajar snar sekencang-kencangnya, sampai hasrat penonton yang ingin memeras keringat di dalam GOR Saparua yang ventilasinya teu bisa disebut alus. Dan jangan lupakan satu hal, di sana ada pula geliat ekonomi. Sebab, faktanya sejumlah gigs di GOR Saparua berhasil mengeruk keuntungan materi yang lumayan. Belum lagi kiprah para penjaja makanan dan minuman ringan serta calo tiket.
Yeahhh… Saparua kadung identik dengan Bandung Underground, padahal gigs serupa sebenarnya kerap pula dihelat di tempat lain. Semuanya berawal dari Hullaballo I yang digelar pada 1994. Inilah tombol pelatuk yang memicu pentas-pentas musik underground. Bandung Underground, Gorong-Gorong, Campur Aduk, Bandung Berisik, Boomer Underground, atau Master of Underground, tak akan mudah dilupakan siapa pun yang pernah menyaksikannya. Bayangkan, GOR Saparua yang kapasitasnya tidak seberapa, penuh sesak sampai teu bisa usik saat pentas-pentas tersebut digelar.
Namun saat GOR Saparua semarak dengan gigs edan, di sisi lain terjadi sebuah ironi. Hegemoni band-band seperti Burgerkill atau Puppen (sekadar menyebut nama) atas panggung GOR Saparua, membuat banyak grup kecil tak memperoleh kesempatan memadai untuk mengecap sangarnya beraksi di sana.
Sebagai bentuk perlawanan, kemudian lahirlah pola gigs kolektif di awal 2000-an. Band yang tak kunjung mendapat kesempatan tampil di GOR Saparua, berinisiatif menggelar gigs mandiri. Caranya, setiap band yang mau tampil urunan sejumlah uang. Uang yang terkumpul lalu dijadikan modal untuk menyewa alat dan tempat. Di sana mereka main sepuasnya dan memekikkan kalimat: gigs aing kumaha aing!
Karena kadung mengusung semangat D.I.Y, tiket dijual dengan banderol pikaseurieun. Ada gigs yang menjuat tiket dengan harga dua rebu perak. Dan biasanya tiket dijual tidak terlalu lama. Setelah itu, penonton bisa ngabres bebas asup.
Masa keemasan GOR Saparua langsung menguap saat pemerintah kota tidak lagi memberi ijin menggelar pertunjukkan di sana. Praktis, barudak Bandung pun kesulitan mencari tempat untuk menggelar pentas. Pola gigs kolektif pun kian mendapat angin. Jika sebelumnya menyewa tempat-tempat murah seperti gudang tak terpakai atau garasi mobil rumah seorang kawan, polanya kemudian beralih dengan cara menyewa studio musik. Uangnya lagi-lagi hasil urunan band yang tampil. Gigs semacam ini biasa disebut studio show. Studio Jawara di bilangan Jalan Lengkong Besar hampir tiap pekan merelakan ruangan sempitnya dipakai pogo dan anjrut-ajrutan. Juga Studio Grama di Jalan Cihampelas dan Studio Elang di dekat kawasan Bandara Husen Sastranegara.
Pola gigs kolektif atau studio show semakin jadi pilihan paling realitis setelah meletus Tragedi AACC pada 9 Februari 2008. Sebelas anak muda tewas dalam acara peluncuran album Beside. Inilah titik nadir sejarah gigs Bandung Underground. Untuk beberapa waktu acara musik bising di kota kembang seperti mati suri.
Meski demikian, semangat untuk menggelar acara tak pernah padam hanya gara-gara pemerintah memberlakukan ketentuan ekstra ketat dalam mengeluarkan ijin pagelaran. Setahun berselang, pelahan-lahan sejumlah komunitas mulai bisa menggagas dan menggelar kembali gigs skala besar. Salah satu yang tetap langgeng adalah Death Fest, kendati dalam dua kali pagelaran harus dilaksanakan di kompleks tentara. Bahkan memasuki tahun 2011, gigs metal pelahan-lahan kembali semarak, termasuk bangkitnya Bandung Berisik yang sudah tertidur selama lima tahun.
RILISAN
Ketika hasrat menggelar gigs terbentur bermacam hal, semangat merilis karya musik tetap tumbuh subur. Meski di lain pihak, seperti dikatakan empunya Riotic Record Dadan Ketu, “Ngarilis album band underground mah tong ngarep untung! Ieu mah urusan hate!”.
Ketika hasrat menggelar gigs terbentur bermacam hal, semangat merilis karya musik tetap tumbuh subur. Meski di lain pihak, seperti dikatakan empunya Riotic Record Dadan Ketu, “Ngarilis album band underground mah tong ngarep untung! Ieu mah urusan hate!”.
Dalam hal ini, sekali lagi, kita harus berterima kasih kepada Richard Mutter dengan label 40.1.24-nya yang telah merilis kompilasi Masaindahbangetsekalipisan pada 1993. Inilah rilisan yang menginspirasi siapa pun tanpa kecuali.
Tapi, jangan pernah lupakan kompilasi Injak Balik yang dirilis pada 1997 dalam bentuk piringan piringan hitam oleh label asal Perancis, Tian An Men 89 Records. Popularitasnya memang tidak semenjulang Masaindahbangetsekalipisan atau Ujungberung Rebel, namun rilisan yang hanya dicetak 500 kopi ini layak digolongkan sebagai tonggak sejarah. Injak Balik memuat lagu dari Puppen, Runtah, Jeruji, Piece of Cake, Deadly Ground, Savor of Filth, Turtles Jr., dan All Stupid. Dan yang terpenting, Injak Balik asilnya bisa didengarkan dengan gramafon karena berformat vinyl. Sebuah sensasi luar biasa buat siap pun yang memilikinya!
Tahun 1997, Riotic Records mengeluarkan Bandung’s Burning-Bandung Punk Rock Storm Volume 1 yang menghajar gendang telinga dengan suguhan rawk dari sederet band ikon punk seperti Keparat, Jeruji, Runtah, Rotten to the Core, Turtle Jr., Total Riot, dan The Bollocks. Tiga belas tahun berselang, Bandung’s Burning Volume 2 dirilis. Kali ini dengan semangat perlawanan lebih gigih.
Sebuah kompilasi yang sangat eksklusif karena hanya digandakan seratus keping turut mewarnai generasi pertama Bandung Underground. Album tersebut diberi tajuk Bandung Holocaust, kompilasi sederet band crustcore, dirilis Holocaust Records pada 1997.
Dari kubu indiepop, Fast Forward (FFWD) Records, yang kebetulan milik Helvi, tak mau kalah langkah. Bahkan label ini sudah merintis rilisan band dari luar negeri sejak 1999. The Chinkees dari Amerika, Cerry Orchard (Perancis), dan 800 Cheries, adalah gelombang pertama band dari mancanegara yang albumnya didistribusikan FFWD di pasar lokal. FFWD secara konsisten mempertahankan gayanya sampai sekarang.
Oh ya… bicara soal rilisan, jangan kesampingkan Extreme Soul Productions (ESP). Menggunakan nama ESP Records, label milik Iwan D ini sudah mulai merintis album-album dari band beraliran deathmetal dan sebangsanya sejak 1996. Baik band luar negeri, terlebih lagi grup domestik. Salah satu produk prestisius dari ESP adalah kompilasi band-band ultragaduh bertajuk Brutally Sickness. Sempat tertidur beberapa waktu, Iwan kembali membesut ESP sejak 2009.
Di samping kompilasi, sejak Puppen melepas This Is Not a Puppen EP dan Pas Band merilis Four Through The S.A.P, rilisan album dari band-band lain tak pernah berhenti mengalir. Sampai detik ini. Demikian pula dengan label rekaman, tak kalah semarak dengan kemunculan grup-grup musik anyar. Yang paling mutakhir adalah Rottrevore Records yang gigih menjembatani kinarya grup-grup metal untuk kemudian menjadikannya sebuah produk yang bisa menyelusup ke balik gendang telinga.
ZINE, LITERATUR, KAOS
Jika Reverse dan label 40.1.24 jadi pionir dalam urusan rekaman, maka fondasi penting dalam hal literasi adalah Revograms. Adalah Dinan — vokalis Sonic Torment — yang membidani kelahiran zine ini tahun 1995. Inilah batu pertama budaya literasi Bandung Underground yang menginspirasi terbitnya puluhan, bahkan ratusan, newsletter di kemudian hari.
Jika sekarang orang lebih banyak membicarakan Trolley atau Ripple sebagai bagian penting budaya literasi Bandung Underground, itu karena dua zine ini lahir dalam kemasan aduhai. Berbeda dengan kebanyak zine yang hanya foto kopian. Padahal di luar Trolley atau Ripple, terlalu banyak zine bagus yang sangat berpengaruh. Sebut saja Tigabelas, Membakar Batas, atau Beyond Barbed Wire yang sangat provokatif itu.
Jika Reverse dan label 40.1.24 jadi pionir dalam urusan rekaman, maka fondasi penting dalam hal literasi adalah Revograms. Adalah Dinan — vokalis Sonic Torment — yang membidani kelahiran zine ini tahun 1995. Inilah batu pertama budaya literasi Bandung Underground yang menginspirasi terbitnya puluhan, bahkan ratusan, newsletter di kemudian hari.
Jika sekarang orang lebih banyak membicarakan Trolley atau Ripple sebagai bagian penting budaya literasi Bandung Underground, itu karena dua zine ini lahir dalam kemasan aduhai. Berbeda dengan kebanyak zine yang hanya foto kopian. Padahal di luar Trolley atau Ripple, terlalu banyak zine bagus yang sangat berpengaruh. Sebut saja Tigabelas, Membakar Batas, atau Beyond Barbed Wire yang sangat provokatif itu.
Belakangan budaya tulis mulai menapaki undakan lebih baik dengan berdirinya toko-toko buku keren seperti Tobucil, Ultimus, Rumah Buku, dan Omuniuum. Bahkan kemudian muncul pula Minor Books, sebuah penerbitan yang digagas orang-orang gila dengan komitmen gila pula. Satu masterpiece Minor Books adalah buku biografi Ivan Scumbag berjudul Myself: Scumbag Beyond Life and Death karya Kimung yang terbit pada 2007.
Semangat mengekspresikan ghirah bermusik ke dalam bentuk literatur berbanding lurus dengan geliat ekonomi di bidang merchandise band, dalam hal ini kaos. Industri clothing yang tumbuh secara masif membuat band mudah meliris merchandise. Dibanding album musik atau zine, harus diakui, merilis merchandise adalah cara paling pragmatis untuk menyambung napas band itu sendiri.
Pada akhirnya, Bandung Underground memang bukan sekadar musik ultragaduh, rilisan album, zine, atau lain-lain. Lebih dari itu, Bandung Underground adalah lapangan tempat menyiasati hidup yang kadung disumpeki setumpuk sistem yang kadang tidak cocok dengan keinginan ideal kita. Tapi bukankah itu sebuah kesadaran yang tak boleh padam, agar Bandung Underground terus langgeng ti baheula nepi ka ayeuna jeung salawasna! Hail yeahhh!!! (disarikan dari berbagai sumber)
Saya sendiri merasa malu dengan kejadian kejadian pro-kontra masalah idealisme yang terjadi di sekitaran scene dibandung ini, dan bukan hanya band lama ataupun band baru mulai kehilangan idealisme yang mereka banggakan dan hanya menyisakan idealistis yang cenderung egois khususnya Punk, tidak sedikit band band yang dulunya berkarya karena jiwa kini berkarya karena harta.
Seperti yang Tremor muntahkan pada lirik lagu milisi kecoa Punkrock Terdomestikasi Punkrock jadi hiburan di panggung. Punkrock jadi papan iklan berjalan.Punkrock dibayar untuk menghibur. Sekalian saja ikut kampanye parpol !Punkrock tak punya sikap , Netral itu dungu!Punkrock doger monyet, Semua bertepuk tangan.
Saya sendiri merasa malu dengan kejadian kejadian pro-kontra masalah idealisme yang terjadi di sekitaran scene dibandung ini, dan bukan hanya band lama ataupun band baru mulai kehilangan idealisme yang mereka banggakan dan hanya menyisakan idealistis yang cenderung egois khususnya Punk, tidak sedikit band band yang dulunya berkarya karena jiwa kini berkarya karena harta.
Seperti yang Tremor muntahkan pada lirik lagu milisi kecoa Punkrock Terdomestikasi Punkrock jadi hiburan di panggung. Punkrock jadi papan iklan berjalan.Punkrock dibayar untuk menghibur. Sekalian saja ikut kampanye parpol !Punkrock tak punya sikap , Netral itu dungu!Punkrock doger monyet, Semua bertepuk tangan.
Entahlah ini mungkin sekedar opini saya sendiri dengan inspirasi dari meraka yang lebih tahu juga sejarah yang ada, dan mungkin kalian lebih tahu dari saya kenapa harus ada pertengkaran dalam persaudaraan jika perdamaian yang kita inginkan..
#cheerrsss
#cheerrsss
Langganan:
Postingan (Atom)